Refleksi 1 Juta Pelanggan Guru Gembul: Di-blacklist oleh Universitas Besar!
Guru Gembul |
Assalamualaikum, sahabat. Selamat datang kembali di saluran Guru Gembul. Jika Anda pernah mendengarkan saya dalam seminar, forum diskusi, atau acara talk show sebelumnya, Anda mungkin tahu bahwa saya tidak selalu sebegitu tenang seperti ini. Saya sering bersemangat dan berapi-api dalam menyampaikan gagasan dan semangat saya.
Beberapa waktu yang lalu, saya diundang oleh sebuah universitas besar di Indonesia di bawah naungan perusahaan BUMN. Saya berbicara tentang literasi teknologi dan dengan semangat yang sama seperti biasanya, saya berbicara dengan antusias. Namun, di tengah-tengah presentasi saya, saya meminta izin untuk mengoreksi pembicara sebelumnya karena saya merasa ada kesalahan dalam data yang disampaikan. Ini adalah hal yang biasa dalam forum diskusi ilmiah, di mana pembicara dapat mengkritik dan mengkoreksi pemikiran orang lain.
Namun, setelah saya mengkritik pembicara sebelumnya yang kebetulan merupakan seorang pejabat, reaksi yang saya terima tidaklah positif. Saya diblacklist dan dilarang berbicara di kampus tersebut. Alasannya adalah pernyataan saya dianggap kontroversial dan saya diduga memiliki koneksi dengan jaringan Islam liberal. Alasan-alasan ini sebenarnya terasa absurd karena dalam acara seminar dan talk show, kontroversi adalah hal yang biasa untuk dibahas, dan berdiskusi adalah bagian dari proses akademik.
Pertanyaan saya adalah, mengapa sebuah universitas besar yang dikelola oleh BUMN dapat memblacklist seorang pembicara hanya karena diduga terkait dengan jaringan Islam liberal, sementara topik yang saya bahas adalah literasi teknologi? Apa hubungannya antara literasi teknologi dengan Islam liberal?
Selain itu, mengapa sebuah universitas yang seharusnya menjadi tempat akademik terbuka malah memblacklist pembicara hanya karena ada indikasi tertentu? Ini adalah hal yang tidak masuk akal.
Saya juga ingin menyoroti bahwa saya tidak berafiliasi dengan kelompok Islam liberal atau kelompok lainnya. Saya tidak berafiliasi dengan ormas, partai politik, atau tokoh tertentu. Jadi, tudingan bahwa saya memiliki afiliasi semacam itu juga tidak benar.
Saya bertanya-tanya bagaimana sebuah kampus umum yang dikelola oleh perusahaan BUMN dapat memutuskan untuk memblacklist seorang pembicara hanya karena alasan yang tidak relevan dengan topik yang dibahas. Ini adalah pertanyaan yang mengganjal.
Selain itu, saya juga telah menghadapi tudingan dan pengecaman dari beberapa pihak, termasuk beberapa masjid besar di Bandung yang mengklaim bahwa saya menghujat dan menjelek-jelekkan agama Islam. Ketika saya mengkritik sistem pendidikan di Indonesia dan mengusulkan agar guru-guru diajarkan cara mengajar yang lebih efektif, saya juga mendapat somasi.
Beberapa video saya bahkan dihapus karena dianggap kontroversial. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih cenderung tidak menyukai kritik dan resisten terhadap pendapat yang berbeda. Kami tampaknya tidak terbiasa berdialektika dan terbuka dalam diskusi.
Namun, saya merasa beruntung memiliki 1 juta pelanggan di saluran YouTube ini. Saya melihat mereka bukan hanya sebagai angka, melainkan sebagai teman-teman diskusi yang memiliki keraguan dan pertanyaan yang sama, tetapi mungkin tidak memiliki akses atau keberanian untuk mengungkapkannya. Saya berterima kasih kepada semua pelanggan lama yang telah mendukung saya sejauh ini.
Namun, saya ingin menegaskan bahwa saya tidak melihat diri saya sebagai subjek yang berhasil mengumpulkan 1 juta objek. Saya lebih melihatnya sebagai kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi ide di tengah masyarakat yang mungkin kurang berliterasi dan berdialektika.
Saya juga ingin mengingatkan bahwa influencer tidak hanya mempengaruhi orang lain, tetapi juga dipengaruhi oleh audiens mereka. Saya selalu mendengarkan pendapat dan masukan dari penonton saya, dan mereka membantu membentuk arah dan konten dari saluran ini.
Saya juga menyadari bahwa konten di saluran ini sangat bervariasi, dan saya tidak selalu memihak pada satu pihak. Kami berupaya berbicara tentang apa yang kami anggap benar, tanpa pandang bulu. Saya juga ingin meminta pelanggan baru untuk beradaptasi dengan variasi ini sebelum membuat kesimpulan tentang saya.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih besar kepada pelanggan lama yang telah setia menyimak saya sejauh ini. Terima kasih atas dukungan, perhatian, dan penghargaan yang telah Anda berikan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mempopulerkan saluran ini, seperti Pak Edobisa, Pak Helmi Yahya, dan Pak O.
Terima kasih telah menyimak saya, Guru Gembul. Saya pamit, dan sampai jumpa di video berikutnya. Salam sejahtera.***