Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Penjelasan Perang Rusia-Ukraina


RUSIA vs UKRAINA

Sebenarnya Amerika telah lama melakukan praktek seperti ini di belahan bumi manapun, tidak jauh beda dengan negara-negara Eropa sebelum Amerika lahir, memporak-porandakan negara miskin dan menguasainya. Namun ternyata Amerika jauh lebih hebat dan malah memimpin gurunya dalam hal ini.

Pecahnya Uni Soviet juga sedikit banyak, langsung tak langsung adalah perang dingin kekuasaan dan perang ideologi yg dari zaman dahulu sudah berjalan, seiring hancurnya negara-negara komunisme dan sosialisme dihantam ideologi terbaru dan terpopuler yakni kapitalism dengan sistem racun konsumerismenya. Kalau gak percaya lihat saja file rahasia CIA yang dibuka setelah 25, 50 tahun setelah kejadian, termasuk kita lihat puluhan tahun kedepan.

Indonesia dulu pun begitu, digulingkannya Soekarno karena beliau anti kapitalisme dan jelas-jelas berkiblat ke Blok USSR dan China. Makanya tidak diberi ampun, langsung dilengserkan memakai Soeharto dan beberapa antek-antek USA yang maju tak gentar dengan lagu pembuka Pemberontakan G30S PKI, masalahnya adalah Rusia dan China tidak ada membentuk semacam NATO versi sekarang, bila Indonesia masuk barisan USSR dan RRC, tidak segampang itu kita jatuh seperti isu pemberontakan semu itu. Dan Indonesia sendirian, dibantai habis-habisan sumber daya alamnya. Elite Negara Global malah sempat mau mencabik Indonesia dengan mereferendumkan Timor Timor dan mereka berhasil, dan RI tak berdaya.

Nah, sekarang mau tau cerita sederhana dari pengalaman kita tadi? Buat versi harian saja ya, biar enak nelannya.

Cerita ini dimulai lebih dari 20 tahun yang lalu, Ukraina (istri) menceraikan suaminya (Rusia), dan atas kesepakatan bersama, beberapa anak menjadi miliknya.

Mantan suaminya juga sangat akomodatif padanya dan meninggalkan banyak harta keluarga untuknya. Setelah itu, mantan suaminya juga melunasi lebih dari $200 miliar utang untuknya.

Setelah menyingkirkan mantan suaminya, Ukraina mulai bergaul dengan para begundal dan mulai tergoda oleh seorang kepala preman (AS) dan sekelompok anak buah preman tersebut (NATO) sampai dia benar-benar dalam pelukan mereka. Sang mantan suami tidak peduli terhadap kelakuan mantan istrinya, tapi sikap sang mantan suami mulai berubah karena merasa terganggu ketika para preman tersebut mulai memanfaatkan mantan istrinya untuk mengancam dan berniat mengkerdilkan dirinya serta merebut hartanya di desa tersebut. 

Sang mantan suami mulai marah dan sebagai peringatan pada mantan istrinya, dia mengambil kembali salah seorang  anak mereka: Krimea.

Sang mantan istri mulai menyimpan dendam dan mimpi. Dia ingin menikah dengan keluarga preman (NATO) dan bermimpi suami barunya nanti akan membalas dendamnya ke mantan suaminya. Namun kepala preman dan keluarga preman menolak untuk  menikahinya. Dia hanya digunakan mereka untuk memprovokasi mantan suaminya.

Melihat kelakuan ibu mereka yang semakin melunjak, dua anak mereka (Donetsk dan Luhansk) ingin keluar dari rumah ibunya, tidak mau lagi tinggal bersama ibunya. Mereka memohon pada ayahnya untuk mengeluarkan mereka dari rumah ibunya.

Kepala preman dan keluarganya terus-menerus mendorong sang mantan istri untuk berani melawan mantan suaminya. Sebagai tanda dukungan, mereka terus mengirim senjata-senjata usang dan amunisi kadaluarsa (yang sudah tidak mereka pakai lagi) agar sang mantan istri memiliki keberanian untuk bertengkar dengan mantan suaminya. Mereka juga memberi janji akan membelanya dalam pertikaian ini. 

Karena terus menerus diprovokasi, sang mantan suami akhirnya bertindak mengambil kembali dua anaknya yg memohon untuk dibebaskan dari rumah ibunya (Donetsk dan Luhansk). 

Sang mantan istri mengira ia mempunyai backing yang kuat, namun ternyata ketika sang mantan suami sudah benar-benar murka dan menyerang, para preman justru bersembunyi, hanya berkoar-koar mencaci sang mantan suami dan mengajak seisi desa memusuhi sang mantan suami.

Jadi sebenarnya ini masalah internal, kata orang pamalih ikut campur, apalagi sampai bawa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, kalian mau negara ini dimerdekakan ulang dengan ideologi lain? Kalau enggak, ya perang dong, masa cuma bareng-bareng mata melotot doang, Putin mah enggak gitu orangnya. Jokowi aja berani lawan Amerika, eh Freeport dikuasai, lawan China, eh Natuna dikuasai. Gak perang karena, gak imbang pasti RI dibela banyak negara.

Lawan Rusia, Amerika perlu cari sela melalui Ukraina, itupun bawa segerobak OKP level negara (NATO). Ahhh semoga China gak latah nanya ke Rusia ”Rus, lu kalau mau pesta bilang ya, gua mau ikut, sisain tuk gua,". Aku yakin Amerika dan NATO auto mundur, sebelum China minta hutang-hutang mereka yang sudah bertahun jatuh tempo segera dibayar.

So, bedakan perang menjajah dengan perang sebagai perlawanan. Kalau kita tidak suka dengan perang dengan alasan damai, ingat, kita bisa nyantai. Medsos sekarang ini ada karena perang besar dan berkepanjangan, membebaskan kita dari penjajah yang ingin menindas dan mengeksploitasi bangsa dan tanah air kita. (*)

Oleh: Troy Sirait dalam Facebook