Ironi Di Negeri Penghasil Minyak Sawit Terbesar Di Dunia, Rakyatnya Harus Antri dan Rebutan!
Pada 2019, Indonesia memproduksi minyak sawit mencapai 42,50 per juta metrik ton penyumbang 58 persen produksi minyak kelapa sawit dunia. Malaysia berada di posisi kedua dengan 19 per juta metrik ton dan penyumbang 26 persen produksi minyak kelapa sawit dunia.
Sementara itu DIRJEN Perdagangan Dalam Negeri menyatakan bahwa,
Pemerintah sebelumnya menerapkan kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng di dalam negeri sebesar Rp 14.000 per liter.
Kebijakan tersebut membuat para produsen CPO mengekspor hasil kebunnya ke luar negeri lantaran harga CPO global yang sedang tinggi ketimbang menjualnya sebagai minyak goreng dalam negeri yang harganya dibatasi.
Oleh karena itu menurutnya,pemerintah menerapkan DMO yaitu para eksportir CPO harus mengalokasikan 20 persen dari total volume ekspornya untuk kebutuhan dalam negeri.
Menurut Pengamat Ekonomi universitas Airlangga Imron Mawardi menyatakan. "Selama implementasi dan pengawasan distribusi benar. Saya rasa masalah ini tak akan bertahan lama," katanya.
Lalu bagaimana tanggapan anda?
Ironi Diatas Ironi
Begini kritik netizen bernama Felix Wu, Ironi di Negara Penghasil Kelapa Sawit
terbesar di dunia, Rakyatnya antri beli
minyak goreng karena langka dan mahal.
Permasalahannya bukan di hilir atau Pedagang, namun di hulu yaitu Para Produsen. Para produsen kompak menaikkan harga dengan dalih menyesuaikan dengan harga minyak sawit (CPO) di pasar global
Diduga ada Praktek Kartel yaitu penetapan harga tinggi hasil kesepakatan antar Para Pengusaha Besar & Praktek Monopoli demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Pendapat ini tentunya lantas disangkal oleh perwakilan Pengusaha dengan argumen macam-macam.
Pertanyaannya, kalau bisnis ini tidak sangat menguntungkan dari tahun ke tahun bagaimana mungkin mereka tekuni berpuluh tahun?
Harusnya kelebihan untung mereka justru dikembalikan untuk subsidi harga dalam negeri. Bukan malah dijadikan alasan untuk ikut naik.
Lahan Kelapa Sawit yang mereka kelola
adalah Tanah Negara bahkan Pengusaha
Besar bisa mendapatkan HGU sampai ratusan ribu hektar hingga jangka waktu tidak terbatas.
Apapun alasannya perlu diingat bahwa Tanah Negara sejatinya Rakyatlah yang paling berhak menikmati keuntungan. Pengusaha HANYA MEMBANTU mengelola Bumi dan air dan kekayaan alam digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran Rakyat.
Namun yang terjadi sebaliknya yang Empunya Tanah.. Sang MAJIKAN yaitu RAKYAT luas justru dapat dikatakan hanya dapat ampasnya. (*)
#Ironi #KelapaSawit #Permainan #Monopoli
#Kartel #Bisnis #Pengusaha #PasarGlobal
#Dalih #Argumen #Subsidi #TanahNegara
#MinyakGoreng #Harga #Rakyat #KritikSosial