Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Tak Perlu Pujian Orang untuk Kesuksesan, Fokuslah Pada Potensi Diri!

Purwakarta Online - Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat bagus dibanding dengan rekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan.

Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan org yang memberi tepuk tangan kepadanya.

Suatu hari, di kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. 

Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya.

Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya, "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah Bapak punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat Bapak tentang tarian saya,".

"Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit!" jawab Sang Pakar.

"Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan Si Gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun,".
 
"Betapa hancur Si Gadis Muda melihat sikap Sang Pakar. Si Gadis langsung berlari keluar. Pulang ke rumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan Sang Pakar."
 
Kemudian dia ambil sepatu tarinya dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan lagi menari.

Puluhan tahun berlalu. Sang Gadis Muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan.

Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yg diadakan di kota itu. Nampak Sang Pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si Ibu Muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. 

Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari Sang Pakar dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada Sang Pakar. Sang Pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.

Si ibu bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan Bapak bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga Bapak langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"

"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari," jawab Sang Pakar.

Si Ibu Muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. 

"Ini tidak adil!" seru si ibu muda.

"Sikap Bapak telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa Bapak meninggalkan saya begitu saja, ketika saya baru menari beberapa menit? Bapak seharusnya memuji saya dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia, bukan hanya menjadi pelayan toko!".

***

Si pakar menjawab lagi dengan tenang, "Tidak! ... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda selama 10 menit penuh untuk membuktikan tarian Anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan Anda, untuk mengambil kartu nama saya dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari."

"Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa Anda mestinya fokus pada impian Anda, bukan pada ucapan atau tindakan Saya".

"Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasimu, bisa pula melemahkanmu."

"Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang bertumbuh, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya berhenti. Saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agar hal itu bisa melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi". 

"Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri, tidak sepantasnya Anda meminta pujian dari orang lain. Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele, seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia."

"Mungkin Anda sakit hati pada waktu itu, tapi sakit hati Anda akan cepat hilang begitu Anda berlatih kembali, walau sakit hati karena penyesalan hari ini tidak akan pernah bisa hilang selama-lamanya".

***

Sahabatku, Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mudah berpuas diri dan selalu mengharap pujian dari orang lain. Demikian juga sebaliknya, jangan patah semangat hanya karena sikap negatif seseorang terhadap kita. Dan mari kita belajar lebih tentang kerendahan hati, karena kesombongan hati akan menghancurkan kita sendiri." (*)

* Dari Vita Mindset Trainer di Law of Attraction