Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cara bisnis cilok hingga naik haji dan koleksi properti

Purwakarta Online - Kompas.com mengupas kisah sukses Harsono, yang berhasil menjual cilok hingga terbeli 13 rumah dan 3 apartemen. Nama 'Cilok Edy: pun sudah terkenal di Jember dan laris manis.

Cemilan ini bisa dibeli di sejumlah penjual yang satu grup dengan cilok Edy di sejumlah titik di Jember, antara lain depan kantor DPRD Jember, kampus Universitas Jember dan Universitas Muhammadiyah Jember.

Cilok Edy juga bisa ditemui di cabang lainnya di Probolinggo dan Bondowoso.

Adalah Harsono, pemilik Cilok Edy yang terkenal itu. Berkat menjual cilok dengan brand Cilok Edy itu, Harsono bisa meraup Rp 5 juta per hari dari empat rombong.

Bahkan sebelum pandemi Covid-19, ia bisa mendapatkan Rp 9 juta per hari. Kini, Harsono dibantu oleh 10 karyawan.

Hasil dari penjualan cilok ditabung hingga Harsono bisa membeli sejumlah properti seperti 3 apartemen, 13 rumah kontrakan hingga sawah.

Ia juga bisa menunaikan ibadah haji dari berjualan Cilok. Cilok adalah nama dari singkatan aci dicolok itu.

Lalu bagaimana Harsono bisa sukses berjualan cilok di tengah pandemi ini? Berikut tipsnya yang dirangkum dari Kompas Regional, Minggu (20/6/2021).

Tips sukses jualan cilok ala Harsono


1. Mampu menangkap peluang

Harsono awalnya adalah tukang ojek. Namun pendapatan dari profesi itu tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup.

Ia mencoba menjadi tenaga honorer petugas kebersihan di Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jember. Lagi-lagi pendapatannya tidak cukup untuk menafkahi keluarga.

Ia kemudian berpikir hingga akhirnya mendapat ide berjualan cilok. Namun cilok yang ingin dijualnya harus memiliki ciri khas.

Harsono pun melakukan riset kecil dan menyimpulkan bahwa di Jember tidak ada penjual cilok daging. Yang ada hanya cilok tepung.

Ia pun mulai membuat cilok daging. Resepnya berasal dari ayahnya yang juga berjualan panganan serupa di Bali.

2. Gencar pemasaran

Dengan modal awal Rp 20.000, Harsono memulai bisnis berjualan cilok. Ia memasarkan produknya ke berbagai tempat.

Harsono berangkat berjualan keliling cilok mulai pukul 06.30 WIB.Target pasar yang potensial adalah tempat keramaian seperti sekolah, perkantoran dan lainnya.

3. Tetap sabar dan berusaha

Semangat perjuangan Harsono berjualan cilok sempat meredup karena penghasilannya tidak sesuai harapan. Ia sempat kembali ke profesi awalnya sebagai tukang ojek selama 2 bulan.

Namun berkat dorongan sang istri, Harsono kembali berjualan cilok. Selama 5 tahun Harsono berjualan cilok hingga dikenal masyarkat luas.

Rasa ciloknya yang enak membuat orang ketagihan untuk membelinya. Wali murid yang awalnya enggan membeli, kini mulai ketagihan cilok Harsono dengan brand "Cilok Edy" itu.

4. Berani pinjam uang ke bank

Karena merasa ciloknya mulai terkenal, Harsono menangkap peluang untuk perluasan pasar. Ia pun memberanikan diri untuk meminjam uang modal ke perbankan Rp 15 juta.

Harsono memanfaatkan uang itu untuk menambah rombong jualan cilok. Dari modal sebesar itu, ia mampu membuat lima rombong.

Hasil penjualan cilok dari lima rombong itu kemudian diputar lagi hingga ia sampai memiliki 10 rombong cilok.

5. Tingkatkan mutu hadapi persaingan

Ciloknya semakin laris membuat Harsono memiliki tantangan baru, yakni makin banyaknya penjual cilok dan mereka berpotensi menjadi pesaing.

Agar bisa bertahan di tengah persaingan itu, Harsono kemudian bekerja keras untuk meningkatkan cita rasa cilok.

Sang istri, Siti Fatimah ditugaskan untuk terus mengawasi kualitas cilok agar tidak berubah, mulai ukuran, rasa dan lainnya.

6. Investasi di bidang lain

Hasil berjualan cilok tidak dipakai Harsono untuk membeli barang yang sifatnya konsumtif.

Ia malah mengalokasikannya untuk investasi di bidang lain yang berpotensi bisa meningkatkan pendapatan.

Harsono kemudian membeli belasan rumah dan kamar kos untuk dikontrakkan. Ia juga membeli 3 apartemen hingga sawah.

Untuk membeli properti itu, Harsono meminjam uang secara kredit ke bank dan cicilannya dibayar dari hasil berjualan cilok. (*)

Sumber: Kompas.com