Biografi Syeikh Abdul Qodir Al-Jilani. Bagian 5/5
'Dia menerima tujuh puluh janji dari Allah SWT, bahwa dia tidak akan pernah dikecewakan”.
Syeikh Hammad melihatnya, dia berkata:
“Tidak akan pernah ada yang menjadi suatu keberatan pada orang yang diberkati dengan janji Ilahiyah seperti itu, tidak ada seorang pun pernah dapat berkeberatan kepadanya, Allah Ta’ala memberkati siapa sahaja yang sesungguhnya Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya."
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a biasa berkata:
"Tidak ada seorang pun diantara pengikutku (muridku) akan mati sebelum mereka taubat penuh penyesalan. Mereka semua akan mati sebagai hamba-hamba Allah yang beriman, masing-masing diantara pengikutku yang akan menyelamatkan tujuh orang saudaranya yang berdosa dari api neraka. Seandainya jauh di barat,alat kelamin salah seorang dari pengikutku kerana kurang berhati-hati tersingkap secara tiba-tiba, kami meskipun berada jauh di timur akan menutupinya sebelum seseorang dapat melihat (sebagai suatu kiasan)."
"Aku telah diberi sebuah kitab, iaitu sebuah kitab yang panjangnya sejauh mata dapat melihatnya, berisi semua nama orang yang akan mengikutiku hingga akhir zaman,dengan berkat Allah Ta’ala, kami akan menyelamatkan semua diantara mereka, diberkati orang-orang yang melihatku, aku rindu kepada orang-orang yang tidak akan melihatku."
Semua orang yang mengikatkan diri mereka sendiri kepada Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani senantiasa damai dan bergembira.
Seseorang bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani:
"Kamu tahu kedudukan para pengikut anda yang soleh dan apa yang menanti mereka di akhirat? Akan tetapi bagaiman tentang mereka yang buruk?,”
Beliau menjawab:
"Orang-orang yang soleh sayang kepadaku dan aku menyayanginya demi menyelamatkan mereka yang buruk.”
Seorang wanita muda menjadi pengikut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani yang tinggal di sri-lanka, pada suatu hari dia diserang di sebuah tempat yang sepi oleh seorang lelaki yang hendak memperkosanya, dalam keadaan tidak berdaya, dia berteriak (menjerit):
“Selamatkan aku, wahai Syeikhku Abdul Qadir AL-Jailani!”
Saat itu Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a sedang mengambil wudhuk di Baghdad, orang-orang melihat Syeikh tiba-tiba berhenti kemudian dengan marah, dia mengambil terompahnya dan melemparkannya ke atas, mereka tidak melihat terompah tersebut jatuh, kerana terompah tersebut jatuh diatas kepala orang yang sedang menyerang gadis muda itu di sri-lanka dan membunuhnya.
Disebutkan bahwa terompah tersebut tetap berada di sana (sri-lanka), disimpan sebagai barang peninggalan.
Syeikh Ath-Thustari menceritakan bahwa suatu hari para pengikut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani di Baghdad mencarinya ke mana-mana, tiba-tiba seseorang berkata kepada mereka bahwa dirinya telah melihatnya (Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani) sedang berjalan menuju ke sungai Tigris.
Lalu, para pengikutnya berlarian menuju ke sana hendak menyusulnya, ketika sampai di sungai tersebut, mereka melihat Syeikhnya itu berada ditengah sungai sedang berjalan di atas air menuju ke arah mereka, semua ikan menjulurkan kepalanya ke atas permukaan air dan memberi salam.
Hal itu terjadi pada waktu solat zuhur, mereka melihat di atas mereka selembar sejadah yang luas membentang di atas kepala mereka, menutupi seluruh langit, sejadah tersebut berwarna hijau dan dipermukaannya bersulamkan ayat-ayat dari emas dan perak.
Yang Artinya:
Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (surah yunus: 62)
Artinya:
"Para malaikat itu berkata, “apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? (itu adalah) Rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (surah Hud:73)
Sajadah tersebut terapung seperti sejadah terbangnya Nabi Sulaiman a.s, dan turun ke bumi, orang-orang merasa takjub,diam dan dengan tenang mereka berjalan menuju kepadanya.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani berpakaian indah melangkah diatas sejadah tersebut dan memimpin mereka melakukan solat diatasnya, ketika dia mengangkat tangannya dan mengucapkan “Allahu Akbar”, seluruh seolah-olah menggemakan suara yang sama, ketika dia berdoa, para malaikat dari tujuh petala langit dalam paduan suara mengulang doanya.
Ketika dia mengucapkan, “segala puji syukur hanya bagi Allah semata”, sebuah cahaya hijau keluar dari mulutnya, menyelimuti langit.
Pada akhir solat (setelah salam), Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a membuka kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah, Ya Tuhanku, demi leluhurku (keturunan) Nabi Muhammad SAW, kekasih-Mu, dan demi orang-orang diantara ciptaan-Mu yang takut dan mencintai-Mu. Jangan ambil sesuatu dari para pengikutku kepada-Mu sampai mereka dimaafkan dari dosa-dosanya dan sampai keimanan mereka sempurna.”
Pada saat itu, setiap orang mendengar dengungan senandung dari para malaikat dan mengatakan, “Amin”, mereka juga mengikuti para malaikat dengan mengucapkan “Amin”. Kemudian mereka mendengar satu suara (hatif) dari dalam diri mereka kata-kata “bergembiralah!” Aku telah menerima doa kalian.”
Rasulullah SAW bersabda, ”seorang guru (Syeikh) yang sempurna adalah bagaikan seorang Nabi bagi kaumnya”
Sesungguhnya Hadhrat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah salah seorang diantara para Syeikh yang sempurna tersebut yang telah membukakan orang-orang kepada pintu gerbang kebahagiaan di dunia ini dan pintu gerbang syurga di akhirat.
Setelah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a menguasai nafsunya dan menjadi seorang yang sempurna dan hanya dengan di-ilhami perintah Rasulullah SAW dia menjadi seorang Syeikh dan membangun/menjalin hubungan dengan orang-orang. Dirinya sentiasa mengikut teladan dari leluhurnya (keturunannya) Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Ketika pengaruh ajaran Sayyid Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a tersebar ke seluruh pelusuk dunia, banyak diantara murid-muridnya mendapat kedudukan penting dan banyak pejabat (pegawai pemerintah) yang menjadi muridnya sesuai kemampuan mereka, kualiti dunia dalam batin dan tingkatan spiritual, dia memerintahkan banyak diantara murid-muridnya untuk bertindak sebagai wakil-wakilnya.
Diantaranya ada yang dijadikan sebagai guru spiritual dan yang lainnya sebagai hakim (qhadi), bahkan diantara muridnya dia tetapkan sebagai gabenor dan para pemegang kekuasaan dunia.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a telah memberikan seluruh dirinya kepada Allah Azza Wa Jalla. Malam-malamnya berlalu dengan sedikit atau bahkan tanpa tidur, dalam doa dan perenungan(muraqabah) menyendiri.
Dia menghabiskan hari-harinya sebagai seorang pengikut sejati Nabi Muhammad SAW dalam pelayanan (berkhidmat) kemanusiaan tiga kali dalam seminggu, dia selalu menyampaikan “pengajian umum” kepada puluhan ribu manusia.
Setiap hari diwaktu pagi dan petang dia memberi pengajaran tafsir Al-Quran,hadis Nabi SAW, ilmu Tauhid, ilmu Fiqh dan Tasawuf. Setelah solat zuhur, dia memberikan nasihat dan waktu konsultasi kepada orang-orang, sama ada orang itu pengemis atau raja, siapa saja yang datang akan dilayaninya.
Sebelum solat asar, hujan ataupun cerah, dia pergi ke jalanan untuk membagikan (memberikan) makanan (roti) kepada orang-orang miskin.
Dalam seluruh hari-harinya dibulan Ramadhan, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani hanya makan sekali sehari, setelah solat maghrib,beliau tidak pernah makan sendirian.
Khadam (pembantu)nya akan berdiri dipintu menayakan orang-orang yang lewat (melalui) jika mereka lapar agar mereka dapat ikut makan.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a wafat pada hari sabtu tanggal 8 Rabi’uts Tsani tahun 561H/1166M, pada usia 91 tahun.
Makamnya yang berada di Madrasah Babud Darajah di Kota Baghdad Iraq, yang telah menjadi tempat penting dari kunjungan para penziarah kaum sufi dan semua muslim.
Ketika mengidap penyakit yang menghantarkan kewafatannya itu, salah seorang anak lelakinya iaitu Abdul Aziz melihat bahwa dia menderita sakit yang luar biasa, meregang dan menggulingkan tubuh ditempat tidurnya.
“Jangan mencemaskanku“
Syeikh berkata kepada putranya:
“Aku berbalik dan berbalik lagi dalam pengetahuan Allah Azza Wa Jalla.”
Ketika anak lelakinya yang lain, yakni Abdul Jabbar bertanya kepadanya tentang rasa sakitnya, dia berkata:
Ketika anak lelakinya yang lain, yakni Abdul Jabbar bertanya kepadanya tentang rasa sakitnya, dia berkata:
“semua tubuhku terasa sakit kecuali hatiku, tidak ada rasa sakit disini kerana hati ini bersama Allah!”
Anak lelakinya yang lain, iaitu Abdul Wahhab berkata kepadanya, “berilah aku beberapa nasihat tentang apa yang harus dilakukan setelah engkau meninggalkan dunia ini.”
Dia berkata:
Anak lelakinya yang lain, iaitu Abdul Wahhab berkata kepadanya, “berilah aku beberapa nasihat tentang apa yang harus dilakukan setelah engkau meninggalkan dunia ini.”
Dia berkata:
“takutlah kepada Allah dan tiada sesuatu pun yang lain, berharaplah dari Allah dan percayakan seluruh kebutuhanmu (keinginan/keperluan) kepada-Nya, tidak mengharap dan menginginkan apa pun kecuali Dia, menyandarkan diri kepada Allah dan tidak kepada sesuatu yang lain,bersatu dengan-Nya,bersatu dengan-Nya, bersatu dengan-Nya.”
Sebelum meninggal dunia, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani melihat sekeliling dan berkata kepada orang-orang yang hadir, “telah datang dihadapanku selain kalian, Makhluk lain yang kalian tidak melihatnya telah datang kepadaku. Persiapkan ruangan dan belaku sopan santunlah kepada mereka! (yakni menghormati kehadiran para malaikat yang tidak dapat dilihat) Aku adalah biji tanpa kulit, kalian melihatku bersama kalian, sementara aku dengan seseorang yang lain, sebaiknya kalian meninggalkanku sekarang.”
Kemudian dia berkata, “wahai malaikat pencabut nyawa, aku tidak takut kepadamu,tidak juga kepada sesuatu pun yang lain. Kecuali kepada-Nya Azza Wa Jalla yang telah menemaniku dan bermurah hati kepadaku!”
Pada saat terakhir, dia mengangkat tangan dan berkata, “tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Kemuliaan hanya bagi Allah Yang Maha Agung, Yang Hidup Abadi, kemuliaan hanya milikNya,Yang Maha Kuasa, Yang Menguasai hamba-hamba-Nya dengan kematian.”
Kemudian dia mengeluarkan seruan yang keras dan berkata, Allah,Allah,Allah! Dan rohnya yang mulia serta diberkati meninggalkan jasadnya.
ABDUL WAHHAB, putera Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, meminta wasiat dari belaiu, ketika ayahandanya itu sakit yang membawa kewafatan beliau. Beliau berkata:
"Tetaplah engkau takwa dan taat kepada Allah s.w.t. Jangan engkau takut kepada seorang juapun dan janganlah engkau mengharapkanya."
"Serahkanlah semuanya keperluanmu kepada Allah s.w.t dan tuntutlah daripada-Nya. Janganlah engkau bergantung kepada seorang manusia pun selain daripada-Nya. Tauhid…! Tauhid…! Tauhid…! Sumber semuanya itu adalah tauhid…..! ”
Tatkala sakit beliau telah semakin parah, beliau berkata:
"Apabila kalbu sudah benar bersama-Nya, maka tidak ada yang sepi dari hati dan tidak ada yang keluar daripadanya. Aku adalah inti tanpa kulit ”.
Beliau juga berkata kepada putera-putera beliau:
“Menyingkirlah kamu dari sekitarku, sebab secara zahir aku bersama kamu dan secara batin aku adalah bersama orang lain. Antara aku, kamu dan semua makhluk ada jarak sejauh antara langit dan bumi. Maka janganlah kamu menyamakan aku dengan seseorang dan janganlah kamu menyamakan seseorang dengan aku,”
Kemudian Beliau Berkata lagi:
"Selain kamu ada yang hadir di dekatku. Maka berilah mereka tempat duduk, dan bersopan-santunlah kamu kepada mereka. Disini ada rahmat yang agung. Dan janganlah kamu menyempitkan tempat terhadap mereka ”.
Salah seorang murid beliau yang paling rapat dan menjadi pencatat wasiat dan nasihat beliau pernah diberitahu oleh sebahagian putera beliau, bahawa beliau pernah berkata:
“Dan semoga kamu mendapat keselamatan, rahmat Allah dan Berkah-Nya. Semoga Dia mengampuni aku dan kamu. Semoga Dia menerima taubatku dan taubatmu. Dengan nama Allah s.w.t ”.
Sebelum meninggal dunia, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani melihat sekeliling dan berkata kepada orang-orang yang hadir, “telah datang dihadapanku selain kalian, Makhluk lain yang kalian tidak melihatnya telah datang kepadaku. Persiapkan ruangan dan belaku sopan santunlah kepada mereka! (yakni menghormati kehadiran para malaikat yang tidak dapat dilihat) Aku adalah biji tanpa kulit, kalian melihatku bersama kalian, sementara aku dengan seseorang yang lain, sebaiknya kalian meninggalkanku sekarang.”
Kemudian dia berkata, “wahai malaikat pencabut nyawa, aku tidak takut kepadamu,tidak juga kepada sesuatu pun yang lain. Kecuali kepada-Nya Azza Wa Jalla yang telah menemaniku dan bermurah hati kepadaku!”
Pada saat terakhir, dia mengangkat tangan dan berkata, “tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Kemuliaan hanya bagi Allah Yang Maha Agung, Yang Hidup Abadi, kemuliaan hanya milikNya,Yang Maha Kuasa, Yang Menguasai hamba-hamba-Nya dengan kematian.”
Kemudian dia mengeluarkan seruan yang keras dan berkata, Allah,Allah,Allah! Dan rohnya yang mulia serta diberkati meninggalkan jasadnya.
//Wasiat Terakhir Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani
ABDUL WAHHAB, putera Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, meminta wasiat dari belaiu, ketika ayahandanya itu sakit yang membawa kewafatan beliau. Beliau berkata:
"Tetaplah engkau takwa dan taat kepada Allah s.w.t. Jangan engkau takut kepada seorang juapun dan janganlah engkau mengharapkanya."
"Serahkanlah semuanya keperluanmu kepada Allah s.w.t dan tuntutlah daripada-Nya. Janganlah engkau bergantung kepada seorang manusia pun selain daripada-Nya. Tauhid…! Tauhid…! Tauhid…! Sumber semuanya itu adalah tauhid…..! ”
Tatkala sakit beliau telah semakin parah, beliau berkata:
"Apabila kalbu sudah benar bersama-Nya, maka tidak ada yang sepi dari hati dan tidak ada yang keluar daripadanya. Aku adalah inti tanpa kulit ”.
Beliau juga berkata kepada putera-putera beliau:
“Menyingkirlah kamu dari sekitarku, sebab secara zahir aku bersama kamu dan secara batin aku adalah bersama orang lain. Antara aku, kamu dan semua makhluk ada jarak sejauh antara langit dan bumi. Maka janganlah kamu menyamakan aku dengan seseorang dan janganlah kamu menyamakan seseorang dengan aku,”
Kemudian Beliau Berkata lagi:
"Selain kamu ada yang hadir di dekatku. Maka berilah mereka tempat duduk, dan bersopan-santunlah kamu kepada mereka. Disini ada rahmat yang agung. Dan janganlah kamu menyempitkan tempat terhadap mereka ”.
Salah seorang murid beliau yang paling rapat dan menjadi pencatat wasiat dan nasihat beliau pernah diberitahu oleh sebahagian putera beliau, bahawa beliau pernah berkata:
“Dan semoga kamu mendapat keselamatan, rahmat Allah dan Berkah-Nya. Semoga Dia mengampuni aku dan kamu. Semoga Dia menerima taubatku dan taubatmu. Dengan nama Allah s.w.t ”.
Beliau mengatakan hal itu selama sehari semalam. Beliau juga berkata:
“Aduhai…! Aku sungguh kasihan kepadamu…! Aku tidak mempedulikan sesuatupun, dan tidak juga terhadap malaikat maut. Mengingkirlah engkau…! Sebab kami sudah mempunyai Tuhan yang menguasai kami selain daripada kamu”.
Beliau menjerit dengan keras pada hari yang beliau wafat, pada petang harinya. Sebahagian putera beliau menanyakan tentang apa yang beliau lihat. Maka beliau menjawab:
"Janganlah ada seorang pun yang bertanya kepadaku tentang sesuatu. Aku adalah ini. Aku bergerak-gerak dalam ilmu Allah s.w.t ”.
Beliau berkata kepada putera beliau, Abdl Jabar:
"Engkau tidur ataukah terbangun..? Matilah kamu dalam diriku, maka kamu akan terbangun”.
Salah seorang murid beliau yang bernama ‘Afif mendatangi beliau tatkala sebahagian putera beliau berada disisi beliau, yang bernama Abdul Aziz menulis atas nama beliau.
Beliau lalu menyuruh puteranya itu memberikan kepada muridnya tersebut untuk mencatat apa yang akan disampaikannya. Kemudian muridnya itu menulis:
"Niscaya Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan ” (Surah Al-Thalaq : 7)
"Hukum dapat berubah, namun ilmu tidak boleh berubah."
"Hukum dapat disalin, sedangkan ilmu tidak. Ilmu Allah tidak dapat dilawan oleh Hukum-Nya"
Dua orang putera beliau, Abdul Jabbar dan Musa mengabarkan bahwa Tuan Syeikh Qadir Al-Jailani mengangkat dan mengulurkan tangan beliau sambil berkata:
“Bertaubatlah kamu dan masuklah kamu ke dalam barisan…!”
Beliau juga berkata:
"Rahmahlah…! Rahmahlah kamu…!"
Kemudian datanglah al-Haq dan sakarat maut, lalu beliau berkata:
"Aku meminta pertolongan kepada Laillahaillallah yang tidak akan mati dan tidak takut kepada kematian. Maha suci Dzat yang Maha Agung dengan kekuasaan-Nya dan mengalahkan hamba-hamba-Nya dengan kematian. Laillahaillallah Muhammad Rasullullah“
Putera beliau yang bernama Musa menceritakan, bahawa tatkala beliau menyatakan:
“ ’Azim ” (Agung) maka lisan beliau tidak mampu lagi berkata secara benar.
Beliau selalu mengulang-ulang hingga beliau berkata ‘Azim dan beliau memanjangkannya, sehingga beliau berkata dengan benar. Kemudian beliau mengucapkan:
"Allah..! Allah..! Allah..! ”.
Lalu suara beliau samar dan lidah beliau menempel pada langit-langit beliau. Kemudian beliau wafat. Semoga Allah s.w.t meridhainya dan meridhakannya, serta semoga Dia mengumpulkan antara beliau dan kita di tempat yang mulia disisi Allah Rabb Yang Maha Kuasa.
//Doa Atau Hizib dan Khasiatnya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Siapakah yang tak tahu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani? Beliaulah Sulthaanul Auliya', dan pada pagi siang hari ini admin akan membagikan salah satu doa yang dinisbatkan kepada beliau.
• Doa Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan Khasiatnya
Doa di bawah ini dikenal dengan sebutan Hizib Abdul Qadir Al-Jailani, berisi kumpulan doa dan ayat al-Quran dan merupakan hizib yang dinisbatan kepada junjungan kita Sayyidina Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, rajanya para wali dan para kekasih Allah. Doa berikut ini apabila diamalkan maka memiliki khasiat yang banyak, diantaranya sebagai berikut:
1. Akan hilang kesusahannya, bagaimanapun besar kesusahan yang dirasakannya
2. Akan dihilangkan keprihatinan dalam hidupnya
3. Akan diluaskan rizkinya, sehingga mengucur deras sebagaimana kucuran air hujan dari langit
4. Akan selamat dari setiap orang yang hendak mencelakakannya. Sebab doa ini merupakan pagar gaib yang sangat ampuh.
5. Akan dijauhkan dari musuh-musuhnya, dan apabila mereka mendekat kepadanya maka mereka akan binasa
6. Akan dijauhkan dari sihir, tenung, teluh, dan sebangsanya. Apapun sihirnya, insya Allah tidak akan bisa membahayakannya. Sebab ini doa untuk mengalahkan para dukun yang beramal menggunakan amalan setan
7. Dan lain sebagainya.
Nah, tanpa panjang lebar lagi, berikut ini doanya, saya ambilkan dari kitab Mujarabat:
رَبِّ اِنِّي مَغْلُوْبٌ فَانْتَصِرْ وَاجْبُرْ قَلْبِي المُنْكَسِرْ وَاجْمَعْ شَمْلِي المُنْدَثِرْ اِنَّكَ اَنْتَ الرَّحْمَنُ المُقْتَدِرْ وَاكْفِنِي يَا كَافِي فَأَنَا العَبْدُ المُفْتَقِرْ وَكَفَي بِا للهِ وَلِيًّا وَكَفَي بِاللهِ نَصِيْرًا اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ وَمَا اللهُ يُرِيْدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ فَقُطِعَ دَابِرُ القَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
Tulisan latin:
Rabbi innii maghluubun fantashir. Wajbur qalbil munkasir. Wajma' syamlil mundatsir innaka antarrahmaanul muqtadir Wakfinii yaa kaafii fa anal 'abdul muftaqir wa kafaa billaahi waliyyan wa kafaa billaahi nashiiraa innasy Syirka ladzulmun 'adziim. wamallaahu yuriidu dzulman lil'ibaad. Faquthi'a daabirul qaumilladziina dzalamuu walhamdulillaahi rabbil 'aalamiin.
Artinya:
"Wahai Allah, aku telah kalah (kalah oleh tubuh dan nafsuku hingga tak mampu terus-menerus berdzikir dan mendekat kepadaMu), maka berilah pertolongan. Maka hiburlah hati yang telah hancur ini."
"Maka padukanlah kemuliaan dan kesempurnaan yang telah terselubung, sungguh Engkau Yang Maha Pengasih dan maha Menentukan"
"Cukupkanlah bagiku (cukupilah segala kebutuhanku) dan aku adalah hamba yang sangat membutuhkan uluran bantuan dari Mu dan cukuplah sudah Allah sebagai Dzat yang diandalkan, dan cukuplah sudah Allah sebagai penolong"
"Sungguh menduakan Allah merupakan kejahatan atau kedzaliman yang amat besar, dan tiadalah Allah itu menginginkan kejahatan dan kegelapan bagi hamba-hambaNya"
"Maka terputuslah segala tipu daya dan usaha mereka yang berbuat kejahatan dan segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam."
Cara Pengamalan:
1. Bacalah doa di atas sebanyak tujuh kali setiap ba'da shalat maghrib dan tujuh kali setiap ba'da shalat subuh
2. Sebelum membacanya, ada baiknya berkirim hadiah bacaan fatihah kepada:
- Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam 1x
- Keluarga beliau dan para sahabat beliau 1x
- Syaikh Abdul Qadir al-Jailani 1x
- Para ulama al-amilin 1x
- Kaum muslimin seluruhnya 1x