Cara KH Adang Badruddin syi'arkan NU di masyarakat
Oleh: H. Hadi M. Musa Said, M.Si.,
Tak ada yang menyangsikan kalau Abah Cipulus itu NU tulen, Penggerak NU, semangat nya dalam berkhidmat di NU luar itu biasa. Kalau saya boleh mengatakan dan menulis, ber NU nya Abah itu diatas rata-rata, atau melampaui semangat dan jiwa kapasitas jamannya.
Kita sering mendengar cerita tentang NU dari Gus Dur, Gus Dur sendiri mengistilahkan orang NU itu terbagi menjadi 2. Yang pertama, NU Gila dan yang kedua Gila NU.
NU Gila artinya orang yang hampir setiap harinya memikirkan NU dan beraktivitas di NU. Yang kedua Gila NU orang yang setiap hari beraktifitas di NU, 24 jam mikirin NU dan bahkan tidurnya pun seringkali di kantor NU.
Disitulah keunikan NU kalau sudah cinta dan mahabah dengan NU memang tidak bisa kelain Hati. Tidak perlu alasan atau penjelasan panjang lebar, ikut dan berkhidmat di NU itu InsyaAllah barokah bagi yang benar-benar tulus, ikhlas, dalam mengabdi dan berkhidmat di NU.
Abah Cipulus dalam mencintai NU sekali lagi betul-betul diatas rata-rata. Bahkan dalam setiap kesempatan baik mengisi pengajian diluar atau sedang mengajar di Pesantren dihadapan para Santri selalu memulai dan mengawali serta mengingatkan kita semua untuk tidak lelah dalam berkhidmat di NU.
Dan bagi Santri Pesantren Cipulus setelah pulang harus dan wajib bergabung dalam organisasi NU baik di NU nya atau banom-banom yang ada di naungan NU.
Kenapa karena kita dalam keseharian selalu berhubungan dengan ibadah yang didasari oleh ilmu Agama yang diajarkan oleh para Ulama. Dan Ulama yang dimaksud adalah Ulama Ahlussunah Wal Jamaah yang tergabung dalam organisasi NU, agar sanad atau genealogi keilmuan dan keber-Islam-an kita sampai kepada Rosulullah SAW.
Berjamaah dan berjam’iyah berkumpul dalam satu wadah organisasi NU artinya kita mengikuti para Ulama yang memang betul-betul keilmuanya bisa dipertanggung-jawabkan dihadapan Allah SWT.
Sampai Abah sendiri membuat jargon “Ulama NU Mawa Urang NU Milu” artinya Ulama yang membawa kita yang mengikuti. Jadi kalau ada orang yang bertanya mana dalilnya ziarah kubur, muludan, rajaban, dibaan, ratiban, sholawatan, dalilnya cukup satu, Ulama NU Mawa Urang NU Milu, ulama yang membawa kita yang mengikuti, InsyaAllah selamat dunia akherat.
Begitulah Abah Cipulus menjelaskan dengan ringan dan sederhana bagaimana dan kenapa kita harus mengikuti Ulama NU. Karena keilmuan kita belum sampai tingkatan yang mujtahid atau yang mampu dan paham dalam banyak Ilmu.
Islam itu tidak memaksakan siapapun untuk memeluknya tapi kesadaran beragama yang didasari dengan pengetahuan keilmuan dan keyakinan akan kebutuhan kita sebagai manusia/hamba Allah SWT.
Dalam kesempatan lain Abah selalu menyampaikan dalam ceramahnya dengan sholawat yang digubahnya menjadi versi sunda agar memudahkan jamaah dalam memahami apa yang disampaikan.
Ini yang dimaksud dengan kearifan lokal tanpa meninggalkan budaya tapi tetap bisa menemukan jalan dalam berdakwah.
Belakangan jalan dakwah tersebut ramai di lingkungan akademik disebut Vernakularisasi dan Pribumisasi ajaran Islam.
Islam begitu lembut dan santun jadi harus disampaikan dengan cara-cara yang baik, bukan dengan kekerasan atau paksaan. Karena Islam datang sebagai rahmat, sebagai jalan kebenaran atau keselamatan untuk manusia yang selama ini hidup dalam kejahilan.
Disitulah nilai-nilai Islam harus dipahami sebagai bagian dari nilai-nilai kebenaran yang diyakini mampu menjadi solusi ditengah kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, ataupun ruang dialektika lain baik yang lebih global, maupun lingkup yang lebih lokal.
Dalam rangka memudahkan, mempopulerkan atau pribumisasi ajaran-ajaran Aswaja Al-Nahdliyah salah satu gubahan karya Abah yang bisa dikatakan cukup mudah untuk dihafal adalah Sholawat NU versi sunda yang berbunyi:
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Bapak NU Ibu Muslimat
Anak ansor jeng fatayat
Adik IPNU IPPNU
Itu warga warga NU
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Baca Maulid dan Rajaban
Nyieun acara raramean
Tanda cinta lahir Nabi
Itulah tradisi NU
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Tahlil Tawashul dan Marhaban
Yasinan dan solawatan
Baca usholi niat Sholat
Itu amal-amalan warga NU
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Sumber Qur’an serta Hadits
Dengan ijma dan Qiyasnya
Mujtahid mutlaq lmamnya
Itu pegangan Warga NU
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Abu Hasan Al-Asy’ari
Abu mansur al-maturidi
Itu Imam Tauhidnya
Yang diikuti Warga NU
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Imam Hanafi, Imam Maliki
Imam syafi’i, Ahmad hambali
Itu Imam-imam pilihan
Pilihan warganya NU
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Abu Qosim Junaedi
Serta Imam Ghozali
Sayyid Abdulloh Al-Haddad
Imamnya tashawuf NU
Sholatullah Salamullah
Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
Alaa Yasiin Habibillah
Ayo mari Saudaraku
Ahlusunnah waljama’ah
Jangan lepas dari imamnya
Itulah ruhnya NU
***
Melalui karya syi’iran tersebut, tentu saja dengan karya-karya Abah yang lain, tidak butuh waktu lama, Orang Purwakarta lebih jauhnya orang Jawa Barat, mampu mengenal lebih dalam siapa dan apa itu NU.
Bahkan tidak sedikit Kyai ataupun seseorang yang masih menganggap NU adalah Partai Politik, bersimpati atau bahkan berjuang dibawah panji NU.
Ber-NU-nya Abah Cipulus itu paripurna, disamping menghidmatkan dirinya sendiri dalam jam’iyah NU juga mengajak anak dan istrinya, saudaranya juga Jamaah Majelis taklimnya serta para Santrinya.
Inilah yang saya sebut Abah ber-NU-nya diatas rata-rata, betapa Kecintaan Abah terhadap Sholawat dan NU luar biasa. Mudah-mudahan karena kecintaan Abah dengan sholawat akan membawanya bertemu dengan Rasulullah dan kecintaanya terhadap NU akan menjadikanya berkumpul dengan para Pendiri Nahdlatul Ulama Rois Akbar Hadratusyeh KH Hasyim As’Ari dan para sesepuh NU lainya.
NU betul-betul sudah mendarah daging dalam kehidupan Abah hampir setiap hari. Sebelum memulai mengaji di hadapan santri selalu membuka dengan Sholawat NU yang diikuti oleh Santri-santrinya. Dan menekankan kepada seluruh santri untuk terus didalam ikatan NU jangan sampai lepas atau meninggalkanya.
Wallahu a’lam bishowab
Cipulus, September 2020
**Hadi M Musa Said
**Khadam/Humas PP Cipulus
**Ketua PP GP Ansor
Sumber: Facebook
Bahkan tidak sedikit Kyai ataupun seseorang yang masih menganggap NU adalah Partai Politik, bersimpati atau bahkan berjuang dibawah panji NU.
Ber-NU-nya Abah Cipulus itu paripurna, disamping menghidmatkan dirinya sendiri dalam jam’iyah NU juga mengajak anak dan istrinya, saudaranya juga Jamaah Majelis taklimnya serta para Santrinya.
Inilah yang saya sebut Abah ber-NU-nya diatas rata-rata, betapa Kecintaan Abah terhadap Sholawat dan NU luar biasa. Mudah-mudahan karena kecintaan Abah dengan sholawat akan membawanya bertemu dengan Rasulullah dan kecintaanya terhadap NU akan menjadikanya berkumpul dengan para Pendiri Nahdlatul Ulama Rois Akbar Hadratusyeh KH Hasyim As’Ari dan para sesepuh NU lainya.
NU betul-betul sudah mendarah daging dalam kehidupan Abah hampir setiap hari. Sebelum memulai mengaji di hadapan santri selalu membuka dengan Sholawat NU yang diikuti oleh Santri-santrinya. Dan menekankan kepada seluruh santri untuk terus didalam ikatan NU jangan sampai lepas atau meninggalkanya.
Wallahu a’lam bishowab
Cipulus, September 2020
**Hadi M Musa Said
**Khadam/Humas PP Cipulus
**Ketua PP GP Ansor
Sumber: Facebook