Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Mengenang sosok Kyai Panutan (KH. Adang Badruddin / Abah Cipulus)

Abah Cipulus (kanan)

Oleh: KH. Ahmad Anwar Nasihin, SHI.,

Beliau adalah Pangersa Almagfurllah Almarhum Abah Cipulus, saya tidak berani menyebut nama beliau secara langsung, takut su'ul adab. cukup di hati saja, nama beliau akan terus diingat dan dikenang.

Pada Tahun 1998, saya diajak bersilaturahmi oleh Almarhum bapa saya ke Ponpes Cipulus, untuk mendatangi kasepuhannya (waktu itu sebutannya Aa Cipulus ). 

Ketika itu saya bisa mencium tangan Beliau, bahkan bapak saya meminta dido'akan agar saya dapat berkah dari Abah. beliau bertanya kepada saya "Mondok dimana Jang?", saya menjawab sealakadarnya karena saya merasa azrih dan malu.

Dari pembicaraan beliau berdua, saya hanya mendengarkan sepenggal-sepenggal ucapan Beliau tentang: Nahdlatul Ulama dan PKB, bahkan ada kedengaran dari pembicaraan beliau, soal kehebatan Gusdur (Pembicaraannya tidak terekam semua di memori kepala saya). Intinya saya bangga bisa ketemu dan saya bisa mengenal langsung Abah Cipulus.

Pada Tahun 2004, saya akhirnya sering ketemu dengan Abah Cipulus di Sekretariat PCNU, bahkan sekali-kali saya bersilaturrahmi ke Ponpes Cipulus. Hanya mengatakan kuncinya nama Bapak saya (Red Hehe) beliau langsung ingat.

Abah itu sangat terbuka terhadap tamu siapapun tidak melihat Anak-anak, Muda atau tua, ketika bertamu kepada Beliau, Abah menyambut dengan baik, dengan bahasa yang sangat gamblang dan sederhana serta gampang dimengerti.

Pada tahun 2009, Bapak saya wafat, pangersa Abah Cipulus pun berta'ziah. Tatkala itu beliau bilang kepada saya, yang sampai hari ini saya ingat, "Teruskeun sabisa-bisa tapak lacak kolot, ulah galideur urus pasantren," 

Beliau terus men-support saya, supaya tidak menjadi 'Durriyyatan Dhi'afa / Generasi yang lemah'. Bahkan kalau saya bersilaturahmi ke rumah Abah, pasti beliau nanya soal Perkembangan Pesantren Liunggunung. Inilah hebatnya Abah!

Pada tahun 2012, saya terpilih menjadi Ketua PC GP Ansor Purwakarta, Abah berpesan lagi kepada saya, agar jangan sampai terlena dalam mengurus organisasi. Sehingga pesantren diacuhkan kata beliau, "Ansor Urus Pasantren ge kade katoler-toler," lanjut kata Abah.

"Da ngurus pasantren ge sarua jeung memperkuat NU ," dari pembicaraannya itu beliau sangat menghawatirkan kepada saya soal Pondok Pesantren.

Saya selalu berkoordinasi kepada Abah, dalam urusan ber-Ansor dan Ber-NU dan Abah sangat bersahaja dalam memberikan pendapat pendapatnya, saklek dan Bijaksana. 

Bahkan tatkala saya meminta Putranya (Sahabat H. Acep Muhammad) untuk menjadi Bendahara Ansor sampai dengan Ketua PC Ansor, saya menghadap terlebih dahulu ke Abah Cipulus, meminta pendapat Beliau.

Beliau adalah Guru dari Maha Guru, yang terus peduli terhadap Keumatan dan Kebangsaan. Selamat tinggal Abah, berikanlah Syafa'at/ Pertolongan nanti di Akhirat kelak kepada Santri dan murid muridmu....

Sumber: Facebook

* Penulis adalah Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Tarbiyah, Plered Purwakarta, sekaligus Ketua Majlis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor di Provinsi Jawa Barat