Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Si Kijing (3): Tak ada revolusi berjalan tanpa keterlibatan perempuan


Rangkuman cerita sebelumnya:
Si Kijing (2): Terobsesi Perempuan Tak Berkutang

Si Kijing ditampung di rumah Adiwira, Sang Kepala Desa Wanapoyi. Sementara Abah Dumadi menduga Si Kijing 'Kabur Pangacian', jiwanya tertawan di Hutan Sukma.

Ada Sosok ghaib yang menyandera sukmanya Si Kijing. Berita viral di kampung, bahwa orang asing ditemukan dalam kondisi gila. Si Kijing sendiri mulai merindukan sosok yang tak dikenalnya.


:::saling memikirkan

Sementara Kades berfikir keras untuk kesembuhan Si Kijing, dari gangguan jiwa. Si Kijing pikiran sibuk akan nasib warga Desa Wanapoyi dan sekitarnya, yang mana daerah tersebut seperti luput dari pembangunan.

Si Kijing dalam pikirnya berencana untuk berkomunikasi dengan Kades, supaya Kades Adiwira mau membujuk Kades-kades lainnya agar memberontak dan mendirikan negara baru.

:::rencana pemberontakan

Sekiranya, 121 kilometer persegi cukup luas untuk membuat sebuah negara baru. Lihat saja, negara San Marino hanya 61 KM persegi, negara Tuvalu hanya 26 kilometer persegi, apalagi negara Nauru hanya 21 kilometer persegi.

Tidak kalah kecil, Monaco kan cuma 2 kilometer persegi. Dan tentu saja ada negara yang lokasinya di tengah kota Roma. Yah, negara Vatikan, dengan luas 0,44 kilometer persegi tetaplah diakui sebagai negara, semua mengakui.

Sepertinya banyak sumberdaya yang tersembunyi di sekitar Wanapoyi. Wisata jelas termasuk, sekilas terbersit nakal dalam benak Si Kijing. 'Negara baru dengan ganja sebagai tanaman legal'.

"Hahahaa....hihihi....", Si Kijing tertawa sendiri, mengamini rencana cerdas dalam pikirannya sendiri.

Sementara Adiwira hanya bisa geleng-geleng kepala, sedih melihat kondisi Si Kijing yang saban hari sering ketawa-ketawa sendiri. Adiwira ingin segera menyembuhkan Si Kijing, serta memulangkan kepada keluarganya.

:::mahasiswi KKN

Adiwira, sebagai Kepala Desa menjadi lebih sibuk lagi dengan hadirnya para Mahasiswa yang 'KKN'. Para Mahasiswa yang hampir lulus, dengan segudang ilmu di kepalanya.

Para mahasiswa yang didominasi oleh para gadis berkulit putih bersih agak kekuningan. Mereka hadir dengan tekad bulat, dengan ilmu yang mereka miliki akan membasuh Wanapoyi dari kubang ketertinggalan.

:::mahasiswi mandi di sawah

Sesuai arahan Dosen pembimbing, di desa tempat KKN, sebaiknya para mahasiswa agar segera beradaptasi dengan penduduk setempat. Ikuti dan lakukan apapun yang biasa jadi adat-kebiasaan warga di desa tersebut.

Mandi di tampian, makan lesehan, memasak di hawu, mencari kayu bakar, semua dilakukan demi mendapat penerimaan dari warga desa. Dengan harapan warga akan mau menerima arahan dari mahasiswa, sebagai agen perubahan.

Dengan kekeringan hati dari rasa cinta, syahwat Si Kijing tidak padam begitu saja. Antara perasaan hati dan kebutuhan biologis perlu dibedakan. Mahasiswi mandi di sawah tentu saja jadi hiburan tersendiri bagi seorang revolusioner sejenis Si Kijing.

:::negara baru

Sebelum lebih jauh membentuk 'pasukan', sebelun pergerakan kemerdekaan Wanapoyi di mulai. Setidaknya harus disusun beberapa persiapan dan ini harus dirancang bersama para tokoh yang seidiologi.

Para mahasiswa idealis jangan sampai tahu rencana ini. Setidaknya ada 4 syarat pembentukan negara baru yang Si Kijing tahu, yaitu:

  1. Rakyat
  2. Wilayah
  3. Pemerintahan yang berdaulat
  4. Pengakuan dari negara lain
  5. Lainnya adalah kita tentu perlu nama negara, bahasa, bendera dan lain sebagainya. 

Selain tokoh, sepertinya satu atau dua orang mahasiswa gila perlu dilibatkan dalam proyek persiapan kemerdekaan ini. Cukup satu, dua atau tiga orang mahasiswa gila, yang mengidamkan kebebasan, mengiginkan sebuah aturan baru dalam kehidupan bernegara.

Atau orang yang pesimis dengan masa depan bangsa, sekaligus siap mati dan siap berjuang dengan segenap apa yang dia punya.

:::bersambung....

Cerita selanjutnya:
Si Kijing (4): Romantisme masa lalu