Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah hidup Zaenx dari sampah masyarakat sampai jadi pahlawan masyarakat. Part 1. Karir di dunia sepakbola


Itulah kisah Zaenx dalam karir sepakbola, mulai dari 'FIFA', kemudian turun jadi 'PSSI', kemudian turun lagi jadi Presiden Klub. Kemudian turun lagi jadi pelatih, kemudian turun lagi jadi pemain.

PurwakartaOnline.com - Jalan hidup manusia tidak ada yang sama, yang ada hanya mirip-mirip saja. Begitu pula yang dialami Zaenx!

Ia adalah sampah masyarakat, tidak banyak peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Kenapa?

Saat itu tahun 2003, ia baru saja keluar dari penjara. Menghabiskan masa hukuman sebagai narapidana atas perbuatannya dalam kasus ganja.

Ia patut bangga dengan kesuksesannya dalam dunia hitam, tapi Tuhan menyelamatkannya dari kehancuran.

Kala itu tahun 2000, ia bersama kawan-kawannya mewujudkan kekuatan bisnis haram yang cukup disegani.

Secara tidak langsung, klub motor Barong Racing Team (BRT) saat itu jadi menjadi kolam kamufalse dari bisnisnya.

Langsung atau tidak langsung, Zaenx memanfaatkan komunitas motor untuk melancarkan aksi kriminalnya tersebut.

Bagi aparat keamanan, komplotan Zaenx dinilai cukup licin. Konon Zaenx berhasil ditaklukan dengan cara yang tidak biasa.

Yakni dengan 'meminta' kepada guru dan ibu kandungnya (almarhumah). Penangkapan Zaenx ada peran dari seorang polisi yang juga 'saudara seperguruan' dengannya.

Tidak baik menceritakan panjang lebar di palebah ini. Kita pangkas saja ceritanya!

Setelah keluar dari penjara, Zaenx berusaha mendapat pekerjaan. Hingga akhirnya menikah.

Setelah pun menikah tidak juga mendapat pekerjaan tetap, sehari-hari hanya serabutan.

Jangankan untuk makan, untuk merokok saja harus mengumpulkan puntung.

Menurut pengakuannya, Zaenx sempat terpikir untuk kembali ke 'lorong hitam'.

"Sudah berkeluarga, tapi tidak punya penghasilan. Orang-orang menatap curiga," keluh Zaenx.

"Saya kasus ganja, bukan pencurian atau pembunuhan. Tapi tetap namanya dari penjara kita 'disekompet-daunkan'. Dianggap berbahaya," ujar Zaenx mengenang.

Berkarir di sepakbola

Mengisi waktu jatah hidup dari Tuhan seakan melelahkan. Tidak tahu mau mengerjakan apa.

"Menunggu mati rasanya lama sekali, kita (seakan-akan) dianggap bukan orang yang 'harus ada' oleh semua orang," kata Zaenx.

"Untung punya kawan seperti inanx, kami sering ngobrol, maen PS bareng. Akhirnya kami membuat 'dunia sepakbola' dalam PS. Kami jadi FIFA-nya," kenang Zaenx sambil terkekeh.

"Banyak anak-anak sampai tengkulak pisang yang ikut kompetisi internasional. Beli klub sampai beli pemain, lengkap ada harganya sampai ada musim belanja pemainnya,"

Tapi lama-lama mereka tidak puas jadi FIFA, karena hanya dalam playstation. Lalu mereka membuat kompetisi bola asli di dunia nyata.

Kompetisi sepakbola di lingkungan desa ini membuat Zaenx dan Inanx merasa jadi PSSI. Ia membuat segala peraturan yang diperlukan.

Setelah sukses membuat kompetisi, kembali kejenuhan menghampiri. Tapi membawanya mendapatkan sebuah ide baru!

Akhirnya mereka berdua membuat klub untuk membina anak muda yang potensial dalam sepakbola.

Beberapa 'anak asuh' Zaenx yang kini bersinar adalah Wahyu yang kini memperkuat Persipo Purwakarta dan Egi Kusmana yang kini menjadi Guru Olahraga.

Zaenx dan Inanx saat itu menduduki jabatan Presiden Klub BRT Junior. BRT kali ini memiliki kepanjangan Barong Raya Tim.

Kembali tidak puas, akhirnya mereka berdua menurunkan jabatan dari presiden sekaligus pemilik klub menjadi hanya pelatih saja.

Inanx saatbmemimpin sesi latihan. Foto: Grup Facebook BRT Football Club

Sukses melatih dengan 'prestasi' 15 gol. 15 gol ini kemasukan dan tidak memasukan sama sekali.

Setelah itu, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menjadi pemain.

Tentu saja mereka punya julukan unik, karena sama-sama penggemar klub Chelsea.

Zaenx di dalam lapangan dipanggil John Terry dan Inanx dipanggil Syech Lampard.

Sumber: Grup Facebook BRT Football Club.

Foto diatas adalah pemain BRT FC yang asli, sedangkan Zaenx dan Inanx tidak masuk line-up saat kompetisi tiba.

Oleh karenanya Zaenx dan Inanx dikemudian hari membuat klub baru untuk mengikuti sebuah kompetisi, yakni BRT Illusions.

Karir di lapangan hijau sebagai pemain cukup menggemparkan publik. Karena di setiap kesempatan mereka selalu berhasil meyakinkan orang-orang tentang kehebatan mereka saat bermain bola.

Mereka berdua, Zaenx dan Inanx bahu-membahu saling memuji kehebatan masing-masing saat memainkan si kulit bundar.

Dibumbui dengan ulasan strategi dan formasi permainan ala klub-klub besar di Liga Premier Inggris.

Dengan begitu, banyak pemuda dan warga yang berminat untuk bergabung ke dalam klub 'mega bintang' BRT Illusions saat menjelang kompetisi sepakbola di wilayah desa.

Ternyata saat kompetisi berlangsung banyak anggota tim yang sangat kecewa dan marah-marah.

Pasalnya, Zaenx dan Inanx ternyata tidak seperti yang mereka bayangkan. Permainan mereka ternyata 'atah pisan'.

Jangankan mengolah si kulit bundar dengan teknik atraktif seperti 'bangus' mereka, cara berlarinya saja seperti 'engkang-engkang'.

Berikut adalah video aksi Zaenx menerima umpan, saat harus mengontrol bola. Bolanya malah terinjak dan Zaenx pun terjatuh. Memalukan!


Dalam kompetisi tersebut BRT Illusions menjadi lumbung gol. Kemasukan 9 tanpa memasukan sama sekali.

Padahal setiap pertandingan, Brt Illusions adalah klub dengan supporter paling banyak.

Jeritan histeris ibu-ibu di sisi lapangan menjadi pemandangan biasa jika BRT Illusions bertanding.

Tentu saja penonton histeris bukan terpukau dengan skill kelas atas, tapi histeris menertawakan tingkah para pemain BRT Illusions.

Pemain BRT Illusions tidak ada yang asli pemain bola, keseharian mereka diantaranya adalah ngarit (nyambit rumput pakan ternak), ngojek, nyangkul di sawah dan kuli panggul.

Gerak-gerik pemain BRT Illusions sangat kocak, karena selain baru pertama kali main bola juga tidak tahu aturan bermain bola.

Contohnya adalah saat lemparan kedalam, wasit meniup peluit, lemparan kedalam dianggap tidak sah dan harus diulangi.

Pemain BRT lalu dikasih tahu oleh para penonton dipinggir lapangan, "kakinya...kakinya...ngangkat satu,"

Lalu pemain BRT mengulangi lemparan ke dalam, tapi peluit wasit kembali ditiup, "priiiiit....,"

Pemain BRT tambah bingung, sedangkan penonton di sisi lapangan sudah bergelimpangan semua, tidak ada yang sanggup lagi memberi tahu pemain.

Penonton tidak bisa menahan tawa, karena Adang yang melempar bola kedua kalinya dengan meloncatkan kaki dua-duanya.

Adang, pemain BRT Illusions tidak tahu jika saat lemparan kedalam, kedua kaki tidak boleh terangkat meskipun hanya salah satu, apalagi dua-duanya.

Saat BRT Illusion harus angkat koper karena tidak lolos penyisihan, penonton meminta untuk terus bertanding di fase berikutnya. Tapi panitia tidak mengizinkan.

Itulah kisah Zaenx dalam karir sepakbola, mulai dari 'FIFA', kemudian turun jadi 'PSSI', kemudian turun lagi jadi Presiden Klub. Kemudian turun lagi jadi pelatih, kemudian turun lagi jadi pemain. Baru kemudian pensiun.

Saat Inanx cedera lutut parah dalam sebuah pertandingan eksibisi dan membuatnya harus pensiun lebih awal.

Zaenx kehilangan partner sehati di lapangan, lalu ikut pensiun beberapa tahun kemudian.

Ikuti kelanjutan Kisah Hidup Zaenx selanjutnya. Masuk dunia teh jadi tengkulak uyut. (sol)