Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Marhaban ya Ramadhan, Coretan Senja. Ramadhan, Covid-19 dan ketahanan pangan


Oleh: Hadi M. Musa Said, M.Si.,

Hari Jum'at tanggal 24 April 2020, kita akan memasuki Bulan Ramadhan. Bulan dimana kita diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Wajib bagi umat Islam yang sudah memenuhi syarat rukunnya untuk menjalankan ibadah puasa.

Tentu kita sangat berbahagia bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan rahmat Allah SWT, keberkahan dan pahala yang luar biasa besarnya. Bahkan Allah SWT sendiri yang akan menilainya.

Ada yang berbeda bulan puasa tahun ini dari biasanya, dikarenakan adanya virus Covid-19 yang sedang mewabah di tanah air kita, bahkan di hampir semua Negara. Ribuan korban bahkan mungkin ratusan ribu, semua negara berusaha melawannya dengan melakukan karantina pada warganya.

Tak terkecuali Indonesia, Covid 19 yang berawal dari Kota Wuhan Cina telah menyebar ke seluruh Negara tidak ada yang bisa membatasi hanya sekedar menekan penyebaran. Sebagian Negara berusaha menemukan obat anti virusnya untuk menghambat penyebaran yang relatif tidak terkendali.

Kepatuhan kita dituntut untuk ikut berperan dan membantu pemerintah dalam mengajak warga lainnya untuk bersama mencegah penularan dan penyebaran yang sangat mengkhawatirkan.

Pandemi covid-19 ini sungguh telah meruntuhkan kenormalan hidup kita. Pola hidup kita berubah, ekonomi masyarakat lumpuh, kepekaan dan rasa sosial kita diuji, kita sebagai Bangsa terus berusaha membendung pandemi ini sekuat tenaga. Kebersamaan kita dipertaruhkan, keadilan Pemerintah dibutuhkan.

Sekali lagi terus berdoa dan berusaha secara bersama-sama melakukan pencegahan sekuat mungkin. Kita sudah sangat khawatir bahkan sebagian sudah sangat paranoid, ketakutan yang berlebihan, kita harus bangkit untuk.melawan dan kita tidak boleh kalah dengan covid-19 atau Corona ini.

Mari kita sambut Ramadhan dengan penuh suka cita dan cinta, walaupun suasananya berbeda dengan Ramadhan sebelumnya. Kita harus tetap mengikuti anjuran para Ulama dan pemerintah, untuk bisa hidup lebih baik lagi, memakai masker, hindari kerumunan, tetap di rumah saja, karena setiap diri kita adalah 'Orang Dalam Pengawasan atau ODP'.

Hikmahnya pandemi corona ini, mungkin kita diminta untuk lebih mawas diri dan menyadari bahwa kita selama ini terlalu berlebihan dalam menjalani kehidupan di dunia dan melupakan tugas yang sebenarnya sebagai seorang hamba. Kita seringkali lupa tugas kemanusiaan kita untuk saling mengingatkan, menolong satu sama lain.

Saatnya Ramadhan membuka ruang seluas-luasnya untuk mengevaluasi setiap gerak langkah dan perilaku kita selama ini baik di hadapaan Allah SWT atau sesama manusia bahkan Alam sekitar kita.

Biasanya puasa disambut dengan suka cita dan gegap gempita diseluruh Negeri. Adat budaya menyatu menyambut kabar gembira datangnya Ramadhan dengan sepenuh cinta. Umat Islam begitu bahagia bisa bertemu dengan bulan suci, bulan yang diagungkan karena didalamnya banyak sekali amalan yang pahalanya dilipat-gandakan oleh Allah SWT.

Inilah yang membuat Indonesia berbeda dengan Bangsa lain didunia, Indonesia begitu menghormati budaya yang berkembang di masyarakatnya. Selagi itu tidak bertentangan dengan norma Agama karena di situlah kekayaan yang sesungguhnya dipunyai oleh rakyat dan bangsa yang besar ini.

Kita semua harus tetap berpegang pada aturan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah dan didukung oleh para Ulama dan Kyai kita. Semoga wabah ini segera hilang dan kita sebagai bangsa bisa hidup normal seperti sebelumnya.

Ketahanan Pangan

Ini tentu persoalan kita bersama dan bukan hanya tanggungjawab Negara, karena semua orang punya peran untuk saling membantu satu dan yang lainya. Soal pangan adalah soal kemanusiaan, pandemi ini sedikit banyak telah melumpuhkan jalur distribusi pangan rakyat. Karena semua orang harus dirumahkan, ekonomi berhenti tidak bergerak distribusi pangan terhambat sementara kebutuhan tidak bisa ditunda apalagi dihentikan.

Sebagian Petani kesulitan menjual hasil panennya, karena tidak adanya pembeli yang biasanya menjualkan hasil buminya. Pedagang berhenti, pembeli juga kerepotan karena sebagian besar pasar ditutup, lumpuh itulah yang kita saksikan sekarang. Langkah awal Pemerintah mungkin tidak salah tapi harus ada ketegasan kembali.

Dan setiap kebijakan selalu ada resikonya, Pemerintah sebagian mungkin sudah membeli hasil bumi Petani tapi hanya daerah-daerah tertentu saja belum merata.

Solusinya beli semua hasil pertanian dengan (harga -red) wajar bagikan ke rakyat yang membutuhkan. Atur jalur distribusi dengan benar, pergunakan anggaran sebaik-baiknya untuk rakyat. Ini saatnya kita berbenah dalam ber-Negara, ber-Bangsa dan ber-Indonesia. Tata ulang Ketahanan Pangan kita, dan kebijakan Negara berdasarkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sadar atau tidak kita sebagai manusia, diingatkan untuk menjaga Bumi Ini dengan baik. Termasuk di Indonesia dari kerusakan yang berlebihan yang dilakukan oleh Manusia, mungkin Bumi butuh istirahat sejenak.

Saatnya kita bersama ber-munajat meminta perlindungan dan keselamatan dunia dan Akhirat. Saat yang tepat di bulan Suci Ramadhan ini, Bumi juga ciptaan Tuhan yang membutuhkan rasa kebersamaan kita dalam dekapan Rahman Rahim-Nya, Wallahu A'lam.

Cipulus Purwakarta, 22/4/2020
Hadi M Musa Said
Korban Karantina

* Penulis adalah Khadam Pondok Pesantren Cipulus, Wanayasa, Purwakarta, Humas FSGN Nusantara, Ketua PP GP Ansor, Cipulus Purwakarta, Khadam JAM PMII NUsantara