Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

2 KANJUT yang menarik hati Dedi Mulyadi

dedi-mulyadi-purwakarta-kontroversi-kanjut-kanyut
H. Dedi Mulyadi, SH.
MANGENJANG.COM - H. Dedi Mulyadi, SH., adalah sosok yang unik. Kontroversi dan kekaguman masyarakat seolah enggan jauh dari kehidupannya. Penuh kontradiksi, namun begitulah adanya.

Kontroversi musyrik patung, kontroversi apel muda-mudi dikawinkan paksa, kontroversi kawin dengan Nyai Roro Kidul dan banyak lagi kontroversi Kang Dedi lainnya. 

Tapi sisi unik mengenai ketertarikan Kang Dedi terhadap dua Kanjut ini seolah tenggelam tak terlihat.

1. Kanjut Pertama

Ditengah kesibukannya sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, sebagai seorang ayah, sebagai bapak angkat, sebagai suami, sebagai politisi, seniman, budayawan, Ketua DKM Masjid Tajug Gede Cilodong dan banyak kesibukan Kang Dedi lainnya, ia masih sempat menemui, nge-vlog dan berbagi kegembiraan dengan Kanjut Pertama ini.

Siapakah Kanjut Pertama ini?

Kanjut pertama ini telah menikah sebanyak 7 kali saat bertemu dengan Kang Dedi Mulyadi. Kemudian aktivitas sehari-harinya adalah berdagang untuk bertahan hidup, Kang Dedi Mulyadi rupanya merasa iba dan ingin membantu.

Kanjut pertama ini adalah seorang wanita bernama asli Wasti yang berasal dari Kabupaten Subang. Karena memiliki penyakit 'geh-geran' atau latah dengan menyebut kata 'kanjut' setiap kali terkejut, maka wanita yang telah berumur ini kerap dipanggil Mak Kanjut oleh tetangganya.

Kang Dedi menemui Mak Kanjut saat Mak Kanjut sedang berjualan. Kang Dedi tidak segan-segan mengajak Mak Kanjut bercengkrama, mengenai dagangannya maupun kehidupannya.

Mak Kanjut adalah penjual makanan olahan keliling dan setiap hari ia berjalan kaki menyusuri perkampungan di salah satu daerah di Kabupaten Subang. 

Emak menjajakan dagangan milik anaknya sendiri, dengan keuntungan hanya Rp. 20 ribu rupiah per hari, itupun kalau masakan yang ia jual semuanya laku terjual.

Namun demikian, Emak tetap saja riang. Tidak ada keluh dalam hidupnya. Bahkan latah atau kata orang sunda disebut geh-geran, membuatnya menjadi sosok yang kerap membuat orang lain tertawa.

Dibalik keceriaannya, tersimpan cerita perjalanan hidup, mulai dari perjalanan cinta hingga kehidupan sehari-harinya. 


Emak Kanjut mengaku telah tujuh kali kawin dan kini berstatus janda, karena selalu ditinggal mati oleh suami-suaminya.

Kini diusia senjanya, ia menghabiskan waktu dengan mengurus cucu kesayangannya yang menjadi korban perceraian orang tuanya. Semangat Emak, adalah sosok yang patut dicontoh oleh kita kaum muda. Emak yang selalu ceria menjadi tauladan, seberat apapun hidup jangan pernah mengeluh.

Sebuah video yang inspiratif sekaligus menghibur, silakan simak saja videonya Kang Dedi Mulyadi dan Mak Kanjut di bawah ini:



2. Kanjut Kedua

dedi mulyadi kanjut
Kang Dedi dan Pak Kanjut
Kanjut kedua adalah seorang pria asal Karawang. Saking tertariknya hati Kang Dedi Mulyadi mengundang pria ini langsung ke Rumah Dinasnya di Purwakarta.

Dilansir dari AyoBandung.com (Kamis, 27/7/2017), setelah Netizen dihebohkan dengan berita soal seorang kakek berusia 85 tahun asal Desa Waluya, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang yang bernama Kanjut. 

Identitasnya menjadi viral setelah identitas KTP dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) miliknya tersebar luas di berbagai media sosial dan grup WhatsApp.

Pria lanjut usia yang berprofesi sebagai gembala domba ini ramai diperbincangkan karena namanya yang dalam Bahasa Sunda berarti alat kelamin pria. 

Tak hanya masyarakat biasa, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi pun sempat bingung dan penasaran mendengar ada orang dengan nama seperti itu.

Karena rasa penasaran yang tinggi, orang nomer satu di Kabupaten Purwakarta pun mengundang Kakek Kanjut untuk bersilahturahmi datang ke rumah dinasnya di Jalan Gandanegara, Kab.Purwakarta. 

Saat menemui Dedi Mulyadi, Kakek Kanjut menceritakan bahwa nama aslinya dahulu bukan Kanjut tetapi Rasyid.

"Nama asli mah Rasyid, cuma karena sering sakit, disuruh ganti nama sama pak mantri menjadi Kanjut," ungkapnya, Kamis (27/07/2017).

Karena sakit-sakitan, jadi 'Kanjut'

 
kanjut
KTP Pak Kanjut
Berdasarkan penuturan kakek yang juga mengaku jago silat itu, dirinya terlahir dengan nama Rasyid. 

Namun, akibat sering sakit-sakitan, saat berusia enam tahun mantri di daerah kelahirannya menyarankan kedua orang tua Kakek Kanjut untuk mengganti nama Rasyid menjadi Kanjut.

Ajaibnya, berdasarkan keterangan Kakek Kanjut, penyakit yang dideritanya perlahan menghilang seketika setelah namanya berubah dari Rasyid menjadi Kanjut.

"Langsung sembuh, jaman dulu mah kan suka percaya kalau sakit diakibatkan oleh nama, jadinya diganti," jelasnya.

Di sisi lain, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi mengatakan dirinya mengaku bingung dan penasaran setelah mendengar ada seorang pria tua bernama Kanjut.

"Aneh, awalnya masa iya namanya Kanjut. Ternyata benar setelah melihat kartu identitasnya, namanya ini. Saya sering memakai kata Kanjut kalau sedang bergurau. Ternyata ada nama asli dari seseorang. Abah ini pun terkenal di Purwakarta karena namanya itu. Ini berkah dari sebuah nama Abah," ungkap Dedi.

Diketahui, sebelum meninggalkan rumah dinas Bupati Purwakarta, Kakek Kanjut ini sempat diberikan hadiah oleh Dedi Mulyadi berupa sejumlah ekor domba mengingat profesi sang kakek sebagai penggembala domba.

'Kanjut' dalam pandangan Dedi Mulyadi

Dilansir dari PurwakartaOnline.com, Mantan Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi, SH., selaku Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Tajug Gedè, memberi sambutan dalam acara 'Temu Teknis Penyuluh dan Petani Andalan' di Cilodong, Bungursari, Purwakarta (27/02/2019).

Secara mengejutkan Ia bercerita soal 'kanjut'. Menurutnya dalam bahasa sunda kata 'kanjut' tidak perlu dianggap tabu. 

Karena itu adalah bahasa keseharian, jangan sampai punah karena tidak digunakan lagi. Banyak peribahasa sunda yang menggunakan kata 'kanjut' dan itu bersifat lumrah.

"Kanjut dina tarang, arti na èraan. Kanjut na punduk, arti na sieunan. Ngetrukeun eusi kanjut, arti na ngawinkeun budak pangbungsu na. Mun penyuluh nyandung? Nu kitu ngaran na 'hambur kanjut'!", seloroh Kang Dedi, sapaan akrab H. Dedi Mulyadi, SH., disambut tawa hadirin yang terdiri dari penyuluh, petani dan santri tani.***