Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Thomas Alva Edison brengsek, Nikola Tesla ilmuwan bangkrut. Apa maunya Kaskuser?

thomas-alva-edison-bola-lampu-ilmuwan-kaya-nikola-tesla
Thomas Alva Edison, ilmuwan yang lebih kental bertindak sebagai pengusaha, pemilik 'Pabrik Penemuan'.
PurwakartaOnline.com - Thomas Alva Edison adalah seorang ilmuwan yang memiliki banyak penggemar hingga saat ini.

Mungkin anda pembaca adalah salah satu penggemar ilmuwan yang sangat terkenal di dunia tersebut.

Tapi bagaimana reaksi Anda ketika mendengar bahwa Thomas Alva Edison itu adalah seorang ilmuwan yang memiliki karakter yang sangat buruk?

Sangat mengejutkan! Dalam sebuah website forum yang dikenal dengan nama Kaskus, ada beberapa thread yang mengungkapkan kelakuan buruk Thomas Alfa Edison.

Kalau tidak salah cerita tersebut berjudul 10 Kelakuan buruk Thomas Alfa Edison terhadap Nikola Tesla!

Siapa Nikola Tesla itu?
Nikola Tesla adalah seorang ilmuwan yang sangat jenius dan dipercaya jauh lebih jenius daripada Thomas Alva Edison itu sendiri.

Nikola Tesla pernah menjadi seorang ilmuwan yang bekerja di perusahaan milik Thomas Alva Edison.

Tetapi di kemudian hari Nikola Tesla berhenti dari perusahaan milik Thomas Alva Edison tersebut.

Selanjutnya, Nikola Tesla membuat laboratorium penelitian sendiri dan patennya polifasa di oleh Westinghouse Electric.

Persaingan dua ilmuwan
Sejarah mencatat tentang persaingan antara dua ilmuwan terkemuka di dunia ini.

Di satu sisi Nikola Tesla dipercaya memiliki tingkat keilmuan yang lebih tinggi dari Thomas Alva Edison.

Tetapi dari sisi entrepreneurship Nikola Tesla kalah jauh dari Thomas Alva Edison.

Maka saat ini penduduk bumi lebih mengenal Thomas Alva Edison dibanding Nicolas Tesla.

Thomas Alva Edison lebih mampu menjual diri dan namanya, sehingga dia berhasil dikenal oleh dunia sebagai penemu dengan ribuan hasil karya yang dipatenkan. 

Kemudian Thomas Alfa Edison juga tercatat meninggal dalam keadaan kaya dan terkenal.

Sebaliknya Nikola Tesla meninggal dalam keadaan miskin dan menyedihkan.

Thomas Alva Edison menjelekan Nikola Tesla
Dalam tulisan yang diposting oleh kaskuser tersebut, disebutkan bahwa Thomas Alva Edison selalu menjelek-jelekan hasil karya Nikola Tesla.

Seolah-olah Thomas Alva Edison takut tersaingi oleh pamor Nikola Tesla.

Dari banyak temuan yang tercatat sebagai hasil penemuan Thomas Alva Edison, yang ternyata diketahui temuan tersebut bukan benar-benar hasil penemuan Thomas Alva Edison sendiri.

Tetapi Thomas Alva Edison memiliki kemampuan untuk melihat peluang.

Penemuan-penemuan yang telah ada dan kurang sempurna, oleh Thomas Alva Edison disempurnakan lagi sehingga bernilai jual tinggi.

Oleh karena, itu banyak yang berpendapat bahwa Thomas Alva Edison itu sebetulnya bukanlah seorang ilmuwan sejati.

Tetapi dia adalah seorang pengusaha yang oportunis, sebagai contohnya adalah penemuan bola lampu.

Ribuan kali percobaan bola lampu
Bola lampu pijar dikenal luas sebagai hasil penemuan Thomas Alva Edison dengan percobaan 3000 kalinya.

Bahkan tak jarang percobaan ribuan kali yang dilakukan Thomas Alva Edison tersebut banyak dikutip dan dijadikan contoh oleh para guru entrepreneur.

Menjadi teladan tentang betapa pentingnya kerja keras dan keuletan.

Serta menjadi contoh tentang betapa bisnis memerlukan mental pantang menyerah.

Bukan Thomas Alva Edison yang menemukan bola lampu
Ternyata bola lampu tersebut telah ditemukan sebelumnya oleh seorang ilmuwan yang bernama Warren De La Rue.

Kemudian teknologi penerangan tersebut lebih disempurnakan lagi oleh R. Glove, tapi hasilnya masih belum praktis.

Selanjutnya disempurnakan kembali oleh Sir J.W. Swan dan dipatenkan.

Teknologi teranyar dari Sir J.W. Swan tersebut kembali disempurnakan di perusahaan milik Thomas Alva Edison.

Nikola Tesla sempurnakan bola lampu
Konon, ilmuwan yang mengerjakan bola lampu di Perusahaan milik Thomas Alva Edison tersebut bernama Nikola Tesla.

Ya, Nikola Tesla berhasil menyempurnakan bola lampu.

Namun konon Thomas Alva Edison mengingkari kesepakatan dengan Nikola Tesla, sehingga Nikola Tesla memilih keluar dari perusahaan milik Thomas Alva Edison.

Tetapi karena mungkin status Nikola Tesla saat itu sebagai ilmuwan yang bekerja pada Thomas Alva Edison.

Maka hingga saat ini nama Thomas Alva Edison lebih dikenal sebagai penemu bola lampu.

Tanggapan Kaskuser
Para kaskuser menanggapi secara beragam, ada yang yang menganggap Apa yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison tersebut sah-sah saja.

"Apa salahnya memperbaiki dan menyempurnakan hasil temuan orang lain?" ungkap salah seorang kaskuser.

Kaskuser lain menanggapinya dengan nada tendensius, menurutnya Apa yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison sebagai tindakan yang tidak fair.

Karena mencatut hasil karya orang lain sebagai hasil karyanya.

Hanya dengan sedikit utak-atik, lalu hasil penemuan ilmuwan lain dipatenkan olehnya.

Tanggapan yang berbeda dari seorang kaskuser yang bernada mendukung Apa yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison.

Menurutnya apa yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Steve Job.

Dengan perusahaan apple-nya apa yang dilakukan oleh Steve Job itu hanyalah menyempurnakan hasil temuan yang sudah ada.

Apple fokus menjadikan penemuan yang sudah ada tersebut menjadi lebih praktis digunakan.

Belok dulu ke Tung Desem Waringin
Dari kasus Thomas Alva Edison ini kita menjadi teringat dengan apa yang diajarkan oleh seorang pembicara entrepreneur bernama Tung Desem Waringin. 

Tung Desem Waringin menyarankan calon pengusaha yang belajar kepadanya untuk menjadi pelopor.

Mengenai jadi Pelopor, oleh Tung Desem Waringin dicontohkan dengan sebuah produk air mineral yang bermerek Aqua.

Merk Aqua merupakan merek pertama di Indonesia yang digunakan untuk sebuah produk air mineral dalam kemasan.

Nama Aqua begitu melekat dalam hati masyarakat, sehingga sampai sekarang masih banyak masyarakat yang menyebut air mineral itu dengan menyebutnya Aqua.

Padahal Aqua bukanlah nama produk itu sendiri, tetapi Aqua adalah merek dari sebuah produk.

Kesimpulannya adalah dalam dunia bisnis, agar sukses maka kita harus menjadi yang pertama. 

Jurus Bisnis bernama ATM
Tetapi pada kenyataannya sangat sulit untuk berinovasi membuat sebuah produk baru.

Produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga bernilai jual tinggi.

Alternatif lain yang bisa kita ambil adalah dengan cara pandai melihat peluang dari produk yang sudah ada.

Kita harus jeli mencari apa kelemahannya dan apa yang harus diperbaiki.

Sehingga produk yang sudah ada tersebut menjadi sempurna dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari produk sebelumnya.

Tung Desem Waringin dengan lugas menyebutnya teknik tersebut disebut modifikasi.

Atau sering juga Tung Desem Waringin menyebut jurus tersebut sebagai ATM, yang merupakan singkatan dari Amati Tiru dan Modifikasi.

Itulah salah satu jurus yang bisa ditempuh oleh calon entrepreneur atau oleh praktisi entrepreneur dalam membuat produk yang bernilai jual tinggi.

Sampai disini kita bisa melihat bahwa apa yang dilakukan Thomas Alva Edison itu merupakan hal yang wajar dalam dunia bisnis.

Pandai membuat produk tapi tidak pandai menjual itu tidak akan mendatangkan kekayaan bagi si pembuat produk itu sendiri.

Beda nasib dua pelukis legendaris
Oke, jadi teringat kembali dalam lembaran awal di buku marketing Revolution karya Tung Desem Waringin.

Dicontohkan tentang bagaimana nasib dua orang pelukis, yang satu bernama Vincent Van Gogh dan satu lagi bernama Pablo Picasso.

Dua orang pelukis terkenal ini memiliki nasib yang jauh berbeda.

Bahkan bisa dikatakan bahwa nasib dua orang pelukis ini sangat bertolak belakang, yang satu miskin dan yang satu lagi sangat kaya.

Jika dilihat dari karyanya, khususnya bagi masyarakat awam cenderung orang-orang akan memilih lukisan-lukisan karya Van Gogh.

Atau dengan kata lain lukisan Van Gogh itu lebih bagus dari lukisannya Pablo Picasso (relatif).

Tapi apa yang terjadi? Ternyata Lukisan Pablo Picasso lebih laku dan bernilai jual sangat mahal.

Sedangkan lukisan Van Gogh dikatakan dalam buku Marketing Revolution tersebut tidak sanggup menjual satupun lukisan hasil karyanya sendiri.

Kecuali setelah Vincent Van Gogh meninggal dunia, baru lukisannya dihargai dengan sangat mahal.

Apa yang membedakan Van Gogh dan Pablo Picasso sebagai seorang pelukis?
Van Gogh hanya bisa berkarya, sedangkan Pablo Picasso selain bisa berkarya juga mampu untuk menjual hasil karyanya.

Bahkan Pablo Picasso mampu menjual hasil karyanya dengan harga yang sangat mahal.

Sangat menyedihkan apa yang terjadi pada Vincent Van Gogh, bahkan dalam kehidupan asmaranya.

Konon, selama hidupnya Van Gogh tidak menikah, bahkan dirinya tidak tidak bisa menikahi seorang pelacur pun.

Diceritakan, pernah suatu hari Van Gogh jatuh cinta kepada seorang pelacur, nah untuk membuktikan cintanya dia memotong telinganya sendiri.

Dengan tujuan hanya untuk membuktikan cintanya kepada si pelacur tersebut.

Apa yang terjadi, wanita pelacur tersebut bukannya membalas cintanya.

Yang ada Si wanita Pelacur tersebut malahi ketakutan dan menganggap Van Gogh tidak waras.

Bisa kita lihat Van Gogh sebagai seorang pelukis yang mampu menghasilkan karya yang sangat indah.

Tetapi tidak mampu untuk menjual satupun hasil karyanya.

Keunggulan Pablo Picasso
Sebaliknya Pablo Picasso, dengan karyanya yang mungkin bagi sebagian orang awam karya Pablo Picasso itu tidak lebih bagus dari Van Gogh.

Tetapi Pablo Picasso mampu menjual hasil karyanya, bahkan dengan harga yang (maaf) tidak masuk akal (relatif).

Oh ya, belum kita bandingkan mengenai kehidupan asmaranya Pablo Picasso.

Ceritanya begini, Pablo Picasso itu dalam kehidupan asmara pun dia dinilai sangat berhasil.

Pablo Picasso berhasil meyakinkan istrinya untuk menikahi wanita simpanannya.

Bayangkan Pablo Picasso mampu meyakinkan istri pertamanya, istri sahnya, untuk memberi dia izin menikahi wanita simpanannya.

Teknik jualan ala Pablo Picasso
Pada praktiknya, Pablo Picasso kerap mengundang orang-orang penting, para pejabat, orang-orang kaya dan orang-orang terkenal yang ada di kotanya untuk menghadiri pameran lukisannya.

kemudian setiap tokoh yang akan diundang oleh Pablo Picasso didatangi satu persatu, sambil membawa satu lukisan yang akan dipamerkan.

Kemudian tokoh atau orang kaya tersebut diperlihatkan dengan penuh kehormatan lukisan yang akan dipamerkan.

Selanjutnya tokoh tersebut dipersilahkan untuk menilai bagaimana menurut dia lukisan tersebut.

Terakhir, tokoh atau orang kaya tersebut diminta masukan, kira-kira jika lukisan tersebut dijual harganya pantasnya berapa?

Karena yang tanya adalah tokoh atau orang yang memiliki uang banyak, maka kemungkinan besar ia menilai lukisan tersebut dengan harga yang tidak murah.

Bahkan dengan kemampuan dan kepintaran Pablo Picasso, orang yang dimintai pendapat mengenai nilai lukisannya itu akan memberikan nilai yang sangat tinggi.

Selanjutnya Pablo Picasso juga akan mendatangi tokoh lain yang juga memiliki uang banyak, juga akan hadir di pameran lukisan yang akan diselenggarakan.

Kemudian orang tersebut seperti tokoh sebelumnya, juga akan dimintai pendapatnya mengenai lukisan dan ditanya kira-kira berapa nilai yang pantas untuk lukisan tersebut.

Sebelum ke pertanyaan Berapa nilai lukisan tersebut, Pablo Picasso akan mengatakan jika sebelumnya orang kaya yang bernama X menilai lukisan ini dengan harga sekian, menurut anda lukisan ini nilainya berapa?

Bisa dibayangkan jika dua tokoh orang yang memiliki uang banyak di kotak tersebut, katakanlah bersaing, mungkin akan gengsi untuk menilai lebih rendah lukisan tersebut?

Maka dengan otomatis tokoh tersebut akan menilai lukisan tersebut dengan harga lebih tinggi dari tokoh sebelumnya.

Begitu dan begitu seterusnya, Pablo Picasso akan berkeliling menemui orang-orang yang memiliki uang banyak di kotanya.

Tulis nama-nama orang penting dalam undangan
Mungkin orang yang datang ke pameran lukisan Pablo Picasso sebetulnya tidak berniat untuk melihat lukisan atau mungkin tidak tertarik dengan karya seni lukis.

Tapi orang tersebut mungkin datang ke pameran lukisan Pablo Picasso, karena melihat dalam undangan tertera tokoh-tokoh terkenal, tokoh-tokoh penting atau pejabat-pejabat yang berpengaruh.

Sehingga orang tersebut datang sebetulnya ingin memanfaatkan momentum pameran lukisan tersebut untuk bertemu dengan orang-orang penting bagi bisnisnya.

Begitulah trik yang dilakukan oleh Pablo Picasso sehingga nilai lukisannya jarang yang berharga murah Karena Pablo Picasso memiliki ikhtiar yang sangat serius untuk memasarkan hasil karyanya.

Lelang lukisan dengan harga tinggi
Pada saat pameran berlangsung, Pablo Picasso akan melelang lukisan yang sebelumnya sudah dikelilingkan kepada para tokoh yang memiliki uang banyak seperti yang tadi diuraikan diatas.

Sehingga pada saat pelelangan tersebut, Pablo Picasso tinggal menyebutkan bahwa tokoh X menilai harga lukisannya itu sekian.

Sedangkan tokoh Y menilai harga lukisan nya sekian tentunya nilai lukisan yang paling tinggi.

Maka jangan heran jika pada saat lelang harga lukisan karyanya dijual dengan sangat mahal.

Kesimpulan dari kasus Pablo Picasso dan Van Gogh ini adalah bahwa aspek pemasaran sangatlah penting, setelah kita berhasil membuat sebuah produk.

Jadi bisa saja kita membuat produk atau hasil karya atau hasil penemuan yang sangat spektakuler.

Tapi jika kita tidak mampu untuk memasarkan, maka karya-karya tersebut tidak akan bernilai uang dan tidak akan membuat kita kaya.

Beda kasus tapi agak mirip
Mungkin tidak sama persis, kasus perbandingan Van Gogh dan Pablo Picasso dengan kasus yang terjadi antara Thomas Alva Edison dan Nikola Tesla.

Tapi setidaknya bisa kita ambil hikmah, bahwa pemasaran itu sangat penting di samping kemampuan untuk membuat karya atau produk.

Thomas Alva Edison dan Pablo Picasso berhasil kaya dari produk-produknya atau dari karya-karyanya.

Sedangkan Nikola Tesla dan Van Gogh memiliki karya yang sangat mengagumkan dan sangat berharga.

Tetapi tidak bernilai jual tinggi karena tidak memiliki kemampuan untuk memasarkan dengan baik.

Jika Thomas Alva Edison memiliki perusahaan pengembangan inovasi yang di dalamnya ia rekrut banyak ilmuwan.

Sehingga perusahaan milik Thomas Alva Edison itu menghasilkan banyak produk berupa penemuan-penemuan yang memiliki nilai jual tinggi dan dipatenkan atas nama dirinya.

Itulah mengapa Thomas Alva Edison dalam hidupnya menghasilkan banyak karya, karena ia mampu merekrut banyak sumber daya manusia para ilmuwan yang bekerja untuknya.

Pada akhirnya, kita memaklumi perdebatan yang terjadi diantara Kaskuser.

Karena mungkin dari sisi kemanusiaan kita akan merasa simpati kepada nasib Nikola Tesla, dimana banyak karyanya direndahkan oleh Thomas Alva Edison.

Tapi dari sisi lain kita juga bisa mengagumi Thomas Alva Edison, karena telah berhasil membangun sebuah perusahaan yang menjadi sumber kekayaan baginya.

Thomas Edison juga telah berhasil membuka lapangan kerja bagi banyak ilmuwan.

Yang oleh Thomas Alva Edison diberikan upah sehingga mampu menghasilkan pendapatan dengan kapasitasnya.

Sebelum saya akhiri tulisan ini, saya akan  mengutip artikel yang ada di Kaskus.

Yaitu artikel yang menceritakan perbuatan buruk Thomas Alva Edison kepada Nikola Tesla.

Setelah itu, Anda bisa menyimpulkan sendiri. Bagaimana menurut anda, apakah yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison tersebut baik atau tidak.



Judul artikel di Kaskus: 10 Perbuatan Buruk Thomas Alfa Edison Kepada Nikola Tesla

Thomas Alfa Edison memiliki lebih dari seribu paten atas namanya. 

Beberapa dari penemuan-penemuan itu berdasarkan ide-idenya sendiri. 

Tapi yang lebih sering, dia bekerja dari hasil temuan inovator/penemu besar lain.

Dan dia mulai bermain-main/mengutak-atiknya sampai temuan itu bisa dikomersilkan (menghasilkan uang).

Dia sering dipuji karena telah menemukan sejumlah peralatan rumah tangga yang mungkin kita anggap biasa

Tapi tak bisa dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.

Tapi seharusnya tanda jasa/penghormatan/kredit sebenarnya layak diberikan kepada para ilmuwan dan penemu jenius yang bekerja untuk dia, untuk membuatnya kaya.

Salah satu Inventor/inovator/Penemu jenius itu adalah Nikola Tesla, yang mempunyai perjalanan karir sangat singkat.

Dan yang sering tidak diakui kecemerlangannya dan di bawah bayang-bayang penghormatan orang atas Edison. 

Berikut adalah sepuluh cara dimana Edison berlaku brengsek kepada Tesla. 

10. Kurang ajar 
Menjelang akhir hidup Thomas Alva Edison, dia mengatakan dia berharap dia bisa menghormati Tesla dan karyanya lebih dari sebelumnya.

Sayang sekali, pada saat itu kerusakan telah dilakukan: Tesla meninggal saat bangkrut dalam keadaan miskin dan kesepian

Sementara Edison meninggal saat kaya dan dengan ketenaran.

Saat mereka bekerja bersama, Edison sering menyebut ide Tesla "tidak praktis" atau sering mengejeknya (karena sebenarnya Edison tahu akan tersaingi oleh penemuan Tesla).

Tampaknya Edison tahu bahwa dia punya pikiran muda brilian di bawah kuasanya saat Tesla datang ke Amerika untuk bekerja untuknya.

(Pada saat itu dia sudah memiliki beberapa paten, untuk perangkat yang dioperasikan dengan memutar medan magnet) 

9. Didorong oleh Keserakahan 
Tesla pernah mengkritik Edison dengan mengatakan dalam wawancara New York Times.

"Dia mempunyai suatu penghinaan untuk pembelajaran buku dan pengetahuan matematika, percaya dirinya sepenuhnya berasal dari naluri penemunya dan kebutuhan orang Amerika praktis,"

Sedangkan Tesla adalah seorang insinyur berapi-api yang tampaknya sama sekali terpesona dengan aspek teknis dari pekerjaannya.

Dia memiliki memori fotografi, bisa menghafal seluruh buku, dan digunakan dalam kejeniusannya untuk mencari solusi sebuah masalah.

Atau memvisualisasikan skema rinci perangkat yang akan dia ciptakan.

Edison bersikeras untuk mengembangkan (atau mereplikasi penemuan dan paten) dari perangkat yang memiliki beberapa kegunaan praktis (sesuatu yang bisa menghasilkan uang).

Dan dia tidak benar-benar melakukan itu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan murni. 

8. Mengejek Cara Berfikir Tesla 
Dia tidak hanya menyebut beberapa ide brilian Tesla tidak praktis, atau mematikan potensi penemuan Tesla yang brilian

Thomas Alva Edison benar-benar tidak menghargai pemikiran Tesla. 

Tesla, yang bekerja hingga larut malam, sampai kematiannya pada 86, adalah seorang eksentrik dan sering terobsesi karyanya.

Sementara Edison, adalah seorang yang lebih terlibat dalam kehidupan sosial (dia punya istri berusia 16-tahun, jika itu dianggap sebagai bukti).

Dan tidak menganggap kata-kata Tesla dengan serius.

7. Merampas Kredit dari Penemuan Fluoroskop
Fluoroskop (sebuah perangkat untuk menghasilkan gambar sinar-X) adalah sesuatu yang telah dikerjakan sebelum Edison berkecimpung di dalamnya.

Dalam proses tersebut, Edison berhasil membuat asistennya menderita terminal kanker (dimana lengannya harus diamputasi sebelum dia akhirnya meninggal)

Dan dia hampir membuat buta dirinya. Tapi dia yakin patennya adalah berkat kerja kerasnya. 

6. Edison Tidak Mau Membayar
Thomas Alva Edison Tidak jadi membayar Tesla $ 50.000 untuk memperbaiki motor DC - yang dikerjakan Tesla dengan sangat mudah. 

Dia berhasil mengubah sebuah perangkat yang tidak efisien menjadi sesuatu yang sangat efisien yang membuat Edison lebih menghemat uang.

Dia sering mengatakan Tesla gagal memahami arti "Humor Amerika", karena Tesla adalah seorang imigran dari negeri Serbia.

Lainnya seperti dia gagal menyadari betapa pelitnya Edison.

Edison menawarkan untuk menaikkan gajinya dari $ 18 seminggu menjadi $ 25. Namun Tesla mengundurkan diri. 

Setelah itu dia akhirnya menggali parit, sebelum memulai perusahaan sendiri dan menerima investasi untuk melakukan beberapa eksperimennya sendiri. 

5. Penghargaan yang Bodoh
Edison memiliki penghargaan yang dinamakan atas namanya, yang seharusnya penghormatan itu untuk Tesla.

Medali Edison disajikan setiap tahun oleh sebuah kelompok yang disebut IEE atau Institute of Electrical Engineers.

Ini adalah tamparan langsung di wajah dunia ilmu pengetahuan.

Bahwa nama Edison yang diarak dijadikan penghargaan di suatu bidang dimana bidang itu sama sekali bukan keahlian Edison.

Sementara Tesla adalah contoh yang luar biasa bersinar dalam disiplin ilmu tersebut.

Sebuah tamparan besar itu terjadi telak ketika Tesla dianugerahi Medali tersebut tahun 1916. 

4. Teknologi Radar Awal Ditertawakan 
Jika Edison tidak menganggap salah satu inovasi yang paling penting dari Tesla yaitu teknologi berbasis gelombang radio menjadi "tidak bisa diterapkan" kembali ke jaman Perang Dunia I.

Ketika dia pertama kali mengajukan rencana sehingga tak terhitung nyawa bisa diselamatkan karena memiliki keuntungan dengan bisa mendeteksi kapal selam musuh. 

Dan tentu saja ide ini diaktualisasikan hingga satu dekade kemudian.

3. Berperang melawan AC Power Ciptaan Tesla
Sederhananya Edison bersama beberapa petarung mogul lain di pihaknya, tidak ingin melihat teknologi Arus Listrik AC berhasil.

Karena akan menjadi ancaman (fiskal) untuk kelangsungan hidup aliran Direct Current (DC).

DC sebetulnya dikembangkan juga oleh Tesla sebelumnya, saat Tesla masih di bawah kendali Edison.

Pertempuran publik yang sengit terjadi, antara edison dengan Perusahaan Westinghouse di pihak Tesla.

Edison berusaha menggunakan taktik menakut-nakuti untuk meyakinkan pihak aliran AC publik tidak aman. 

Untuk membuktikan ini bahkan Thomas Alva Edison memiliki sejumlah hewan untuk disetrum dengan listrik.

Termasuk gajah sirkus yang akan dihukum mati karena membunuh beberapa orang. 

Pada akhirnya, Tesla memenangkan Perang Arus Listrik, karena dia memang memiliki mekanisme daya yang lebih baik. 

2. Edison Membunuh seorang manusia untuk Membuktikan Tesla Salah
Edison dikenal karena taktik intimidasinya, misalnya dia sering menyewa sekelompok preman untuk menghancurkan teknologi dan untuk memastikan dia mendapat bayaran dari patennya.

Tetapi itu bisa jadi seburuk saat dia melakukan kampanye melawan Tesla.

Thomas Alva Edison menciptakan kursi listrik, menggunakan listrik AC temuan tesla untuk mengeksekusi mati.

Acara hukuman mati menggunakan Kursi Listrik Pertama kali tersebut menjadi sangat mengerikan dan berantakan.

George Westinghouse seperti dikutip media mengatakan, "Mereka akan melakukan lebih baik dengan menggunakan kapak (hukuman mati)," 

Jadi eksekusi pertama oleh kursi listrik terjadi hanya untuk membuktikan Tesla salah dan melestarikan saham keuangan Edison.

1. Edison Tidak Berbagi dengan Kekayaannya
Edison adalah orang kaya dan selalu menemukan cara baru untuk menjadi lebih kaya.

Itu berarti bergegas membawa tambang minyak dan perangkat yang tidak orisinil temuannya ke kantor paten untuk mengamankan royaltinya. 

Sementara Tesla sebagian besar adalah satu orang teknologi synthesizer.

Edison memiliki gedung yang penuh dengan insinyur brilian dan ilmuwan yang melakukan semua perintahnya.

Sementara Thomas Alva Edison mengambil bagian terbesar dari pendapatan untuk dirinya sendiri. 

Tesla kebetulan pernah menjadi salah satu ilmuwan yang diperas pemikiran dan hasil karyanya oleh Edison.



Thomas Alva Edison sudah terlanjur terkenal, terlanjur kaya bahkan perusahaan yang ia bangun masih berdiri hingga sekarang.

Banyak yang bisa petik dari artikel di Kaskus tersebut. Salah satunya adalah kemampuan bisnis Thomas Alva Edison! (SM)