Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Bumi Srangenge, Inovasi Desa di Wanayasa. Penerangan jalan Desa yang Murah dan sangat bermanfaat bagi warga

Lampu Bumi Srangenge, Babakan

MANGENJANG.COM - Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, memiliki inovasi penerangan jalan Desa, menggunakan lampu bertenaga surya, yang dinamakan Lampu Bumi Srangenge. Karena dinilai inovatif, Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) Kecamatan Wanayasa meng-capture teknologi tersebut untuk ditawarkan dalam Bursa Inovasi Desa (BID).

Uci Sanusi, mantan Kepala Desa yang kini menjadi Inovator Lampu Bumi Srangenge menyatakan bahwa di Desanya matahari bersinar setiap hari. Oleh karena itu, potensi tenaga surya melimpah yang saat ini, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal.

"Matahari bersinar setiap hari. Tenaga surya melimpah, ini yang dimanfaatkan", terang Uci.

Lebih lanjut, Uci Sanusi menjelaskan tentang perbedaan lampu tenaga surya inovasinya dibandingkan dengan lampu lainnya yang sejenis. Faktor utamanya adalah efisiensi pembuatan, sehingga dimungkinkan biaya ditekan dengan sangat rendah.

"Efesiensi. Ini didesain untuk di Desa, mungkin tidak seterang di kota (mungkin). Harga Lampu Bumi Srangenge jelas lebih murah", lanjut Uci.

Program Inovasi Desa

Program Inovasi Desa (PID) yang digencarkan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendesa PDTT) membentuk Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) di setiap Kecamatan di seluruh Indonesia. Fungsi utamanya adalah untuk menggali Inovasi-inovasi yang ada di setiap desa. Jika telah ditemukan dan diverifikasi, selanjutnya inovasi tersebut segera di-capture.

Tujuan capturing ini adalah agar inovasi-inovasi tersebut terinventarisir. Kemudian saat ada gelaran Bursa Inovasi Desa (BID), hasil capturing tersebut bisa tawarkan kepada desa lain yang membutuhkan. Bagi desa yang membutuhkan inovasi bisa mereflikasi inovasi yang sudah ada, atau dengan kata lain 'membeli' inovasi dari desa lain untuk diterapkan di desa sendiri.

Pembelian inovasi berupa paket, bisa didanai dari Dana Desa (DD). Paket inovasi tersebut di dalamnya telah termasuk biaya pelatihan dan modul, sehingga desa yang mereflikasi mampu menyerap inovasi dengan sempurna.

Lentera Desa dimata Camat Wanayasa

Selepas shalat Jum'at, saat ditemui TPID dan Purwakarta Online di Kantor, Camat Wanayasa, Jaya Pranolo, S.STP, M.Si., dengan bangga mengapresiasi Lampu Bumi Srangenge sebagai inovasi yang layak di-capture oleh TPID. Camat berterimakasih atas adanya Lampu Bumi Srangenge, dirasakan sangat membantu warga khususnya terkait penerangan jalan desa.

"Kami sangat mengapresiasi. Lampu Bumi Srangenge sangat membantu warga, untuk menerangi jalan desa, saya berterima kasih", Jaya Pranolo menyatakan (27/9/2019).

Jaya Pranolo juga berharap inovasi yang sangat baik ini bisa dimanfaatkan juga oleh desa lain, dengan cara mereflikasi tentunya. Sebagaimana proses capturing, reflikasi inovasi dari desa lain pun, sebuah desa bisa difasilitasi oleh TPID setempat.

"Perlu dikelola dengan baik, agar bisa menjadi aset Kecamatan Wanayasa. Juga menjadi model bagi daerah lain, agar juga bisa memanfaatkan Solar Cell untuk penerangan jalan umum", tambah Jaya Pranolo kepada anggota TPID Kecamatan Wanayasa.

Harapan Ketua TPID Kecamatan Wanayasa

Lukman Hakim, Ketua Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) Kecamatan Wanayasa periode Tahun 2019 berharap, inovasi yang telah ia gali bersama tim bisa sangat bermanfaat dan direflikasi oleh desa lainnya.

"Minimal oleh desa-desa yang ada di kecamatan Wanayasa, Lampu Bumi Srangenge semoga direflikasi", ujar Lukman Hakim.

Jika diterapkan, Lampu Bumi Srangenge ini berpotensi untuk menghasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes). Oleh karenanya, Lukman menegaskan inovasi Lampu Bumi Srangenge ini sangat bermanfaat bagi warga maupun Pemerintah Desa.

"Semoga Lampu Bumi Srangenge ini, jika direflikasi akan menghasilkan PADes. Selain juga sangat bermanfaat tentunya bagi warga desa itu sendiri", lanjut Lukman.

Tidak semua inovasi di-captrure

Eep Saepul Malik, Pendamping Desa di Kecamatan Wanayasa menuturkan, inovasi yang di-capture melalui beberapa tahap proses. Setidaknya ada lima tahapan proses capturing, yakni; Identifikasi, Verifikasi, Capturing dan diverifikasi ulang, Packaging, lalu terakhir Validasi.

"Ya tidak akan semua. Kan ada verifikasi dulu. Pertama Identifikasi dilanjut dengan Verifikasi itu tadi, baru di-capture, itu pun diverifikasi lagi setelah selesai capture. Selanjutnya baru di Pack, terakhir di-Validasi. Begitu (prosedurnya)", terang Eep Saepul Malik menjelaskan.

Berikut adalah video testimoni tentang Bumi Srengenge:

(enjs)