Rakor Pengembangan Pusat Kemasyarakatan Desa Tahun anggaran 2017.
PurwakartaOnline.com - Rakor Pengembangan Pusat Kemasyarakatan Desa Tahun anggaran 2017, dilaksanakan di Graha Vidya, Jatiluhur Hotel and Resort. Pada Hari Minggu, 19 Nopember 2017. Sinergitas para pemuda purwakarta untuk penguatan pemberdyaaan masyarakat.
Pemuda dan pemudi tak perlu pergi ke kota, harus tetap di desa dan berusaha menggali potensi yg luar biasa di desa masing-masing. Serta bagaimana mendorong masyarakat agar meningkatkan partisipasi.
Urbanisasi biasanya dilakukan oleh pemuda, silau dengan kehidupan kota yang megah.
Pemuda memiliki banyak, potensi waktu yang panjang, tenaga yang kuat, semangat dan pikirannya masih fresh.
Pemuda yang sekarang jadi peserta, sepulang acara banyak yang harus dilakukan untuk mengembangkan pusat kemasyarakatan. Baik yang pengurus masjid, petani, karang taruna dan penguat kemasyarakatan lainnya.
Banyak muncul kota2 satelit, baik sengaja dibangun, seperti Meikarta, atau pun yang tumbuh alamiah. Orang tua banyak yang khawatir, tidak ada lagi pemuda yang mau ke sawah, ke kebun.
Usia 60 tahun, 70 tahun bahkan 80 tahun sendirian ke sawah atau ke kebun. Ini adalah maslah sosial. Padahal jika dihitung-hitung berangakat ke kota tanpa keahlian memadai itu lebih rugi, dengan UMR di Jakarta saja yang hanya 3 jutaan. Untuk biaya kos-kosan, makan dan bensin saja sudah hampir tidak mencukupi.
Makanya lebaran pulang kampung itu banyak kejadian, bukannya mengirim uang untuk orang tua, balik ke kota malah minta ongkos sama orang tua. Desa lebih menjanjikan, hidup kota tidak menyenangkan. Punya tanah seperempat hektar di desa sudah bisa usaha budidaya lele, tanam sayuran dan lain sebagainya.
Era milenial, zaman now, pemuda harus buka wawasan untuk bangun dan kelola potensi yang desa miliki, apa pun yang ada di desanya. Purwakarta memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Baik wisata, budaya maupun ekonomi.
Pasar induk cikopo saja dibeli oleh orang Malang, masa orang purwakartanya santai-santai saja. Padahal pasar induk itu terletak di lokasi strategis antara karawang bekasi, purwakarta dan subang. Padahal orang malang tersebut belinya juga tidak pakai uang sendiri, tapi pakai uang Bank. Kita jangan hanya jadi penononton. (enjs)
Pemuda dan pemudi tak perlu pergi ke kota, harus tetap di desa dan berusaha menggali potensi yg luar biasa di desa masing-masing. Serta bagaimana mendorong masyarakat agar meningkatkan partisipasi.
Urbanisasi biasanya dilakukan oleh pemuda, silau dengan kehidupan kota yang megah.
Pemuda memiliki banyak, potensi waktu yang panjang, tenaga yang kuat, semangat dan pikirannya masih fresh.
Pemuda yang sekarang jadi peserta, sepulang acara banyak yang harus dilakukan untuk mengembangkan pusat kemasyarakatan. Baik yang pengurus masjid, petani, karang taruna dan penguat kemasyarakatan lainnya.
Banyak muncul kota2 satelit, baik sengaja dibangun, seperti Meikarta, atau pun yang tumbuh alamiah. Orang tua banyak yang khawatir, tidak ada lagi pemuda yang mau ke sawah, ke kebun.
Usia 60 tahun, 70 tahun bahkan 80 tahun sendirian ke sawah atau ke kebun. Ini adalah maslah sosial. Padahal jika dihitung-hitung berangakat ke kota tanpa keahlian memadai itu lebih rugi, dengan UMR di Jakarta saja yang hanya 3 jutaan. Untuk biaya kos-kosan, makan dan bensin saja sudah hampir tidak mencukupi.
Makanya lebaran pulang kampung itu banyak kejadian, bukannya mengirim uang untuk orang tua, balik ke kota malah minta ongkos sama orang tua. Desa lebih menjanjikan, hidup kota tidak menyenangkan. Punya tanah seperempat hektar di desa sudah bisa usaha budidaya lele, tanam sayuran dan lain sebagainya.
Era milenial, zaman now, pemuda harus buka wawasan untuk bangun dan kelola potensi yang desa miliki, apa pun yang ada di desanya. Purwakarta memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Baik wisata, budaya maupun ekonomi.
Pasar induk cikopo saja dibeli oleh orang Malang, masa orang purwakartanya santai-santai saja. Padahal pasar induk itu terletak di lokasi strategis antara karawang bekasi, purwakarta dan subang. Padahal orang malang tersebut belinya juga tidak pakai uang sendiri, tapi pakai uang Bank. Kita jangan hanya jadi penononton. (enjs)