Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Profil dan Kontroversi Indah Kusuma, Dokter Cantik yang Ungkap Fakta Mengerikan tentang Bully di Dunia Kedokteran

Profil dan Kontroversi Indah Kusuma, Dokter Cantik yang Ungkap Fakta Mengerikan tentang Bully di Dunia Kedokteran
Indah Kusuma
MangEnjang.com - Dunia kedokteran Indonesia baru-baru ini diguncang oleh pernyataan mengejutkan dari seorang dokter muda yang juga dikenal sebagai artis multitalenta, Indah Kusuma, atau yang akrab disapa Indahkus. Dalam sebuah podcast yang disiarkan di kanal YouTube Deddy Corbuzier pada 21 Agustus 2024, Indahkus secara terbuka mengungkapkan adanya praktik bullying yang mengerikan di lingkungan pendidikan kedokteran. Pengakuan ini sontak menjadi viral dan menuai berbagai reaksi dari publik.

Indahkus: Dari Dunia Hiburan ke Dunia Medis

Indah Kusumaningrum, yang lahir di Padang, Sumatra Barat, pada 9 April 1994, bukanlah nama asing di dunia hiburan Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penyanyi dan berhasil meraih gelar Miss Beauty with a Purpose pada ajang Miss Indonesia 2014, di mana ia juga masuk dalam jajaran top 15 finalis. Namun, di balik kesuksesan di dunia hiburan, Indahkus juga menekuni profesi sebagai dokter, sebuah kombinasi yang jarang ditemukan.

Setelah menamatkan pendidikan kedokteran di Universitas Jenderal Ahmad Yani, Indahkus bekerja sebagai dokter umum di sebuah puskesmas. Meski dikenal sebagai penggemar berat K-Pop dan sempat mengikuti audisi di agensi besar di Korea Selatan, termasuk berpartisipasi dalam program survival "E-Pop of China," Indahkus tetap menjadikan dunia medis sebagai pijakan utamanya. Tak hanya berkarir di dunia hiburan dan medis, ia juga merambah bisnis di bidang skincare dengan merek bernama Skind Official.

Pengakuan Mengguncang: Bullying di Dunia Kedokteran

Pada podcast bersama Deddy Corbuzier, Indahkus secara blak-blakan membagikan pengalamannya terkait bullying yang ia alami selama menempuh pendidikan kedokteran. Ia menceritakan bagaimana tekanan mental yang dihadapi oleh mahasiswa kedokteran sering kali begitu berat hingga membuat beberapa di antaranya berpikir untuk mengakhiri hidup. Pernyataan ini segera memicu perbincangan hangat di kalangan netizen.

Namun, keberanian Indahkus untuk mengungkap fakta ini ternyata juga menuai berbagai reaksi dari masyarakat. Akun Instagramnya dibanjiri komentar, mulai dari dukungan hingga kritik. Tak lama setelah podcast tersebut viral, Indahkus menanggapi reaksi netizen melalui akun X (sebelumnya Twitter) miliknya, dengan mengatakan, "Buat yg udah nonton podcast close the door. Semoga bisa tetap objektif yaa... Yang penting poin-poin dari temanku tersampaikan, dan dia nyaman bersuara. Misiku cuma itu kok disitu haha."

Dampak dan Kontroversi

Keberanian Indahkus untuk berbicara tentang bullying dalam pendidikan kedokteran tidak hanya menciptakan gelombang dukungan, tetapi juga membuka kembali luka lama di kalangan tenaga medis. Kematian Aulia Risma Lestari, seorang dokter muda yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro, baru-baru ini juga dikaitkan dengan isu bullying. Aulia ditemukan tewas di kamar kosnya di Semarang pada 12 Agustus 2024, dengan dugaan kuat bahwa ia mengakhiri hidupnya akibat tekanan yang tak tertahankan dari perundungan oleh seniornya.

Kasus Aulia Risma telah mengguncang dunia medis Indonesia, dengan banyak yang menuding Dr. Prathita Amanda Aryani, seorang Chief di program PPDS Anestesi, sebagai pelaku utama bullying. Meski demikian, hingga kini pihak kepolisian masih belum memberikan konfirmasi resmi mengenai penyebab pasti kematian Aulia.

Refleksi dan Harapan

Pernyataan Indahkus tentang bullying di dunia kedokteran menjadi pengingat betapa pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi calon dokter. Dunia medis seharusnya menjadi tempat yang penuh dengan dedikasi dan pengabdian, bukan ketakutan dan tekanan yang menghancurkan mental para tenaga medis masa depan.

Dengan keberaniannya, Indahkus tidak hanya membuka mata masyarakat, tetapi juga mengajak kita semua untuk merenungkan kembali sistem pendidikan kedokteran di Indonesia. Harapannya, dengan semakin banyaknya suara yang berani berbicara, perubahan positif dapat segera diwujudkan dalam dunia medis kita.***