Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kritik Pejabat Saat Seminar, Guru Gembul Langsung Diblacklist Tidak Boleh Bicara di Kampus

Kritik Pejabat Saat Seminar, Guru Gembul Langsung Diblacklist Tidak Boleh Bicara di Kampus
Guru Gembul
MANGENJANG.COM - Sebuah peristiwa kontroversial baru-baru ini mengguncang dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Guru Gembul, seorang YouTuber terkenal yang dikenal karena kritis dan berani menyuarakan pendapatnya, baru-baru ini mengalami pengalaman yang menggugah dalam sebuah seminar yang seharusnya menjadi forum terbuka untuk berdiskusi dan berdebat. Dalam artikel ini, kita akan membahas insiden yang menimpa Guru Gembul dan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul seputar kebebasan berbicara di dunia pendidikan.




Mengkritik Pejabat di Seminar





Seminar di sebuah universitas besar di Indonesia yang dikelola oleh perusahaan BUMN seharusnya menjadi wadah untuk berdiskusi dan pertukaran gagasan yang konstruktif. Guru Gembul, yang terkenal karena kritis dan bersemangat dalam menyuarakan pandangannya, diundang untuk berbicara tentang literasi teknologi. Namun, saat Guru Gembul melihat ada kesalahan dalam data yang disampaikan oleh pembicara sebelumnya, ia memutuskan untuk mengkritik dan mengoreksinya. Tindakan ini seharusnya merupakan bagian yang sah dalam forum akademik yang terbuka.




Respon yang Tidak Terduga





Namun, respon terhadap kritik Guru Gembul sangatlah mengejutkan. Alih-alih menerima kritik tersebut sebagai bagian dari proses ilmiah yang sehat, Guru Gembul malah diblacklist dan dilarang berbicara di kampus tersebut. Alasan yang diberikan adalah pernyataannya yang dianggap kontroversial dan dugaan bahwa ia memiliki koneksi dengan jaringan Islam liberal. Namun, pertanyaan mendasar adalah, apa hubungannya literasi teknologi dengan Islam liberal? Mengapa seorang pejabat yang seharusnya menerima kritik dalam forum akademik malah mengambil langkah drastis ini?




Universitas dan Kebebasan Berbicara





Sebuah universitas adalah tempat di mana kebebasan berbicara dan diskusi yang terbuka seharusnya dianut sebagai nilai inti. Akademisi dan pembicara undangan seharusnya merasa nyaman untuk mengemukakan pandangan mereka tanpa takut represalias. Dalam hal ini, tindakan memblacklist Guru Gembul terasa tidak tepat. Universitas yang dikelola oleh BUMN seharusnya mendukung prinsip-prinsip kebebasan berbicara dan kritik konstruktif sebagai bagian dari misi mereka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.




Tudingan yang Tidak Benar





Penting untuk dicatat bahwa Guru Gembul secara tegas membantah tudingan bahwa ia memiliki afiliasi dengan kelompok Islam liberal atau kelompok lainnya. Ia tidak memiliki afiliasi dengan organisasi, partai politik, atau tokoh tertentu. Oleh karena itu, tudingan bahwa kritiknya terkait dengan afiliasi semacam itu adalah tidak benar.




Makna Kejadian Ini





Kejadian ini memberikan kita pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kebebasan berbicara dan diskusi yang terbuka di lingkungan pendidikan tinggi. Kebebasan berbicara adalah hak dasar yang harus dijaga, terutama di universitas yang seharusnya menjadi tempat berpikir kritis dan penelitian yang mendalam. Peristiwa ini juga menggarisbawahi perluasan pengertian kita tentang kritik konstruktif dan peran akademik dalam perkembangan masyarakat.




Penutup





Peristiwa kritik Guru Gembul dan respon yang tidak terduga yang ia terima menunjukkan bahwa kita masih memiliki pekerjaan yang perlu dilakukan dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kebebasan berbicara di dunia pendidikan. Semua pihak harus bersama-sama bekerja untuk menjaga kebebasan berbicara dan memastikan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia tetap menjadi tempat berdiskusi yang terbuka dan produktif. Semoga kasus ini menjadi katalisator untuk perubahan positif dalam mendukung kebebasan berbicara di seluruh dunia pendidikan.***