Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Guru Gembul: Garuda dan BUMN Rugi Gara-gara Korupsi

guru-gembul-korupsi-bumn-garuda-indonesia
Guru Gembul bicara tentang BUMN dan Garuda Indonesia
MANGENJANG.COM - Indonesia, sebagai negara berdaulat, memerlukan pemasukan untuk membiayai pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Saat ini, Indonesia memiliki sejumlah BUMN dengan total aset sekitar Rp10.000 triliun, baik dalam bentuk Persero maupun Perum.

Namun, meskipun aset BUMN sangat besar, keuntungannya tidak selalu sebanding. Bahkan, beberapa BUMN di Indonesia mengalami kerugian, menjadi sarang koruptor, atau merugi karena penyalahgunaan kewenangan. Salah satu BUMN yang mencatatkan sejarah kerugian adalah PT Garuda Indonesia.

Pada 1 Oktober 2023, Guru Gembul dalam unggahan video di YouTube Episode 657 dengan judul "MENGAPA PT GARUDA INDONESIA RUGI TERUS? : PENYAKIT BUMN" menyoroti PT Garuda Indonesia. Dalam video tersebut, Guru Gembul mengulas sejarah PT Garuda Indonesia, perusahaan yang awalnya merupakan perusahaan Hindia Belanda yang kemudian dinasionalisasi pada tahun 1947.

Garuda Indonesia baru mencapai puncak kejayaannya di antara tahun 1968 hingga 1984, di mana kepemimpinan Pak Wiweko Supomo membuat perusahaan ini menjadi salah satu maskapai terbaik di dunia. Namun, setelah kepemimpinan yang tidak cukup efisien menggantikan Supomo, masalah mulai muncul.

Pada tahun 1990-an, Garuda Indonesia mulai mengalami penurunan kualitas pelayanan, seringnya keterlambatan pesawat, dan masalah lainnya. Salah satu akar permasalahan utama adalah korupsi, terutama dalam jual beli pesawat. Pemerintahan Orde Baru yang terlibat dalam penentuan kebijakan juga turut andil dalam masalah-masalah Garuda Indonesia.

Upaya penyelamatan kemudian muncul ketika Pak Tantri Abeng menjadi Menteri BUMN. Di bawah kepemimpinannya, audit tahun 1999 menemukan bahwa Garuda Indonesia memiliki hutang sekitar 22 triliun dan mengalami kerugian sebesar 161 triliun.

Namun, upaya penyelamatan Garuda Indonesia juga tidak berjalan mulus. Perubahan dalam manajemen, rekrutmen pegawai, dan kebijakan rute perjalanan yang aneh-aneh menjadi masalah tersendiri. Puncaknya terjadi ketika kerugian besar mencapai Kuartal kedua tahun 2014 dan diikuti dengan mundurnya Direktur Garuda Indonesia, Pak Emir Syah Satar, yang tersangkut korupsi.

Meskipun ada upaya perbaikan dan pencapaian positif di masa Pak Emir Syah, kerugian masih terus menghantui Garuda Indonesia. Pada 2023, perusahaan ini mencatatkan kerugian sebesar 1,2 triliun dalam Kuartal pertama.

Meskipun sejumlah penyelamatan telah dilakukan, korupsi dan masalah manajemen terus menjadi akar permasalahan utama BUMN, termasuk Garuda Indonesia. Sejumlah langkah reformasi dan perbaikan manajemen akan menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan BUMN ke depan.

Kendati masih banyak pertimbangan dan masalah yang perlu dipecahkan, harapan untuk memiliki maskapai nasional yang berkualitas dan sukses tetap ada. Semoga, dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia bisa membangun BUMN yang benar-benar memberikan kontribusi positif untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya.***