Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Bagaimana Menyelamatkan Pertanian di Purwakarta dari Dampak Kekeringan

situ-cibeber-kiarapedes-wanayasa-purwakarta-surut-mengeriang-irigasi-sawah
Situ Cibeber mengering, sedikit terairi saat hujan kemarin
MANGENJANG.COM - Seiring dengan perubahan iklim yang semakin nyata, pertanian di wilayah Purwakarta menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh dampak ekstrem dari alam. Dengan air Situ Cibeber yang surut sampai kering, sawah-sawah di sekitar perbatasan Desa Sumbersari Kecamatan Kiarapedes dan Desa Wanasari Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta menghadapi tantangan serius. Situ ini, yang selama ini menjadi penopang pertanian di wilayah Babakan Wanasari, Kiarapayung, Desa Sumbersari, Desa Legokhuni, dan banyak wilayah lainnya, saat ini hampir mengering sepenuhnya.

Sawah-sawah yang bergantung pada Situ Cibeber sebagai sumber air untuk irigasi terpaksa berhenti bertanam padi. Bahkan, banyak sumur rumah penduduk yang kini mengalami penurunan debit air hingga kering tanpa air.

Masalah ini semakin diperparah oleh prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memperingatkan Indonesia tentang dampak yang lebih parah dari fenomena El Nino. Pada acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A. Fachri Rajab, menjelaskan bahwa El Nino akan mengakibatkan musim kemarau lebih panjang dari biasanya.

Fachri mengatakan, "Di Indonesia, El Nino memberikan dampak pada kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat." BMKG memprediksi bahwa puncak dampak El Nino akan terjadi pada Agustus-September 2023 mendatang.

Selain itu, sebanyak 63% zona musim Indonesia telah memasuki musim kemarau. BMKG memperkirakan bahwa kemarau tahun ini akan lebih kering dari biasanya dan lebih parah dari tiga tahun sebelumnya. Wilayah-wilayah seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung, seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara diprediksi akan mengalami musim kering yang ekstrem.

Prakiraan curah hujan bulanan BMKG menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan kategori rendah atau bahkan tanpa hujan sama sekali hingga Oktober.

Krisis Pertanian

Dampak El Nino pada sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air, sangat serius. Rendahnya curah hujan mengakibatkan lahan pertanian mengalami kekeringan, dan gagal panen menjadi ancaman nyata.

Untuk mengatasi situasi ini, BMKG mendesak pemerintah daerah, khususnya yang diprediksi terdampak serius, untuk segera mengambil tindakan mitigasi dan kesiapsiagaan. Gerakan panen hujan, hemat air, dan penyediaan tempat cadangan air menjadi langkah-langkah kunci yang harus segera dilakukan.

Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANAS), Arif Prasetyo Adi, menyoroti pentingnya ketahanan pangan dalam menghadapi kemarau panjang. Stok beras nasional sebesar 800 ribu ton telah disiapkan dan akan ditingkatkan hingga 2,24 juta ton hingga akhir Desember 2023.

Selain beras, komoditas lain seperti daging ayam, daging kerbau, dan daging sapi juga akan disimpan dalam ruang penyimpanan yang dilengkapi dengan pendingin. Arif berusaha memastikan kebutuhan sebesar 700 ribu ton daging bisa tersedia dengan baik.

Langkah Darurat dan Mitigasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiapkan dua langkah penting untuk menghadapi kekeringan akibat El Nino. Pertama, daerah diminta untuk memastikan ketersediaan air di wilayah yang diprediksi akan mengalami kekeringan cukup signifikan.

BNPB juga bekerja sama dengan BMKG dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan rekayasa menurunkan hujan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) guna mengairi danau, embung, sungai, dan sumur. Mereka juga telah membuat sumur bor baru untuk memastikan ketersediaan air dalam situasi darurat.

Kedua, BNPB mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Operasi pemadaman akan dilakukan dengan dukungan 31 unit helikopter yang siap diluncurkan jika kebakaran membesar.

Kesimpulan

Dampak El Nino pada pertanian di Purwakarta dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia adalah ancaman serius. Kekeringan yang lebih parah dapat mengakibatkan gagal panen, kerugian ekonomi, dan bahkan masalah keamanan pangan.

Kerjasama antar stakeholder, termasuk kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat, menjadi kunci untuk meminimalisir dampak dari fenomena kekeringan akibat El Nino tahun ini. Langkah-langkah mitigasi dan kesiapsiagaan harus segera diambil untuk melindungi sektor pertanian dan masyarakat di Purwakarta serta wilayah lain yang terdampak.***