Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Anak Ranting PKB di Pusakamulya, Cecep: Dulu Kami Dihina dengan Sebutan Partai Kyai Buta!

Cecep Faturrohman, Ketua Anak Ranting PKB di RW 3 Desa Pusakamulya Kecamatan Kiarapedes 
MangEnjang.com - Cecep Faturrohman, Pengurus anak ranting Partai PKB di RW 3 Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta.

Dalam silaturahmi Ranting, Cecep menceritakan betapa sulitnya menjadi kader Partai PKB di masa reformasi negeri ini. Kamis (14/4/2022).

Menurutnya, Partai PKB saat baru dibentuk benar-benar dianggap enteng oknum lawan politik, termasuk di tingkat akar rumput.

Apalagi saat secara mengejutkan, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terpilih menjadi presiden Republik Indonesia.

Saat itu PKB sering diplesetkan menjadi Partai Kyai Buta, merujuk pada kondisi mata Presiden Abdurrahman Wahid yang saat itu sedang sakit.

"Disebut Partai Kyai Buta, Masya Allah," kenang Cecep.

Meskipun saat itu Cecep belum begitu aktif, namun kakaknya yang bernama Ahmad Saeful Hidayat telah terjun di PKB sejak lahirnya Partai yang didirikan oleh para Ulama NU tersebut.

Ahmad Saeful Hidayat sendiri sempat menjadi Pengurus Ranting, kemudian menjadi Wakil Ketua Dewan Syuro DPAC Partai PKB di Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta.

Ahamad Saepul Hidayat mengenang, saat awal pendirian menjadi pengurus PKB tidaklah mudah.

Partai PKB identik dengan Nahdlatul Ulama, lantas NU sendiri banyak dipandang sebelah mata dan disebut 'kampungan'.

Meskipun begitu, Ahmad Saepul tidak gentar, ia banyak bersilaturahmi dengan para pejuang kemerdekaan yang masih hidup.

Dari para pejuang tersebut Ahmad Saepul banyak mendapatkan semangat.

Para pejuang tersebut berlatar belakang Pejuang Hisbullah dibawah kepemimpinan Pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari.

"Dari Ki Sobari, Ki Andi, kita jadi tahu perjuangan NU itu jauh semenjak perjuangan kemerdekaan. Langkah para Ulama mendirikan partai (PKB) adalah kelanjutan dari perjuangan itu," terang Ahmad Saepul Hidayat.

Banyak perubahan pandangan masyarakat terhadap NU, menurut Ahmad Saepul Hidayat saat dahulu dibentuk sebuah forum yang disebut Silaturahmi Intelektual Nahdlatul Ulama.

"Forum silaturahmi intelektual NU kalau tidak salah, tenyata banyak warga NU dari kaum intelektual, kemudian banyak juga yang memiliki jabatan tinggi di pemerintahan, dari situ pandangan (masyarakat) mulai berubah," kenang Ahmad Saepul Hidayat.***