Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Tambang Berlian Bangsa Indonesia Ditemukan di Sulawesi Tenggara

tambang-berlian-indonesia-jadusin-sulawesi-tenggara
Tambang Berlian Nusantara
Purwakarta Online - Sejatinya, menjadi pribadi yang berkualitas adalah berkah bagi semesta. Dengan begitu akan menjadi cahaya bagi siapapun saat ia berada di manapun. Ia akan menjadi kebanggaan bagi desanya, daerahnya, bangsanya dan agamanya.

Mengutip apa yang dikatakan Presiden RI Ke-4, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang terkenal dengan kalimatnya, "Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak tanya apa agamamu".

Tetapi kenyataannya tidak seperti itu, menjadi sosok seperti yang Kyai Abdurrahman Wahid katakan tidaklah mudah. Menjadi cahaya bagi semesta? Menguatkan dirinya sendiri terkadang sangatlah sulit, kendala yang ditemui seringkali menjadi alasan kuat untuk menyerah. Tidak jarang, lingkungan, fasilitas sosial, kondisi ekonomi orang tua dan pemerintah disalahkan demi pembenaran akan ketidakmajuan diri sendiri.

Oleh karena itu, saat kita menemukan sosok yang memiliki integritas kuat terhadap kebangsaan, melawan keterbatasan untuk terus mendapatkan haknya atas pendidikan, menyumbangkan pemikiran besar untuk kemajuan bangsa, mengkritisi sikap koruptif yang demikian mengakar dan merusak (semoga tidak sampai menjadi budaya), terus berupaya membuka akses pendidikan bagi semua anak bangsa, merekatkan rasa persatuan dalam kebhinekaan yang nyata, maka ia patut kita sebut sebagai 'Tambang Berlian' Bangsa Indonesia.

Dalam tulisan ini, selanjutnya akan kita bahas profil seorang pemuda dari Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Bernama Jadusin, dari keluarganya yang merupakan petani ia tidak mendapatkan fasilitas yang memadai dari segi ekonomi. Namun dari keluarganya pula, persistensi dan militansi tumbuh subur dalam dirinya. Sehingga ia mampu mendobrak segala keterbatasan, merengkuh pendidikan tinggi dan mengabdikan dirinya untuk berusaha keras membangun sumberdaya manusia yang sangat unggul, melalui pendidikan, politik dan kebudayaan. 

Tepatlah kiranya, jika Jadusin ini kita sebut sebagai tambang berlian bangsa Indonesia, karena dari tambang inilah berlian-berlian (baca: pemuda-pemudi) baru akan muncul, yang akan memperindah kilauan jamrud khatulistiwa, yaitu Nusantara.

tambang-berlian-nusantara-jadusin-sulawesi-tenggara
Jadusin
Mungkin hanya sedikit informasi mengenai Jadusin yang bisa Purwakarta Online kumpulkan, tapi semoga pembaca bisa memaklumi.

Latar Belakang Keluarga Jadusin

Jadusin, S.Sos, S.I.P, M.Si., lahir pada 17 Pebruari 1984 di Desa Lapadindi Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Lahir dari pasangan Lajilu (Ayah) dan Waode Nggito (Ibu). Jadusin lahir di sebuah kebun, lebih tepatnya di sebuah gubuk karena memang ia lahir dari keluarga petani. Seperti petani lain pada umumnya, kondisi ekonomi orang tua Jadusin sangatlah sederhana, ia adalah anak ke-5 dari 7 bersaudara. Adik perempuannya yang bernama Jalianti biasa memanggilnya dengan nama Bang Jaos.

Masa Sekolah Jadusin

Jadusin menamatkan SMP pada tahun 2000 di Desa Labasa. Selama sekolah SMP setiap hari Jadusin muda berjalan kaki pulang-pergi, kadang naik sepeda dengan jarak sekitar 3 kilometer. Kemudian Jadusin melanjutkan studi di SMAN 1 Gu, di Kecamatan Gu, Kabupaten Buton dan lulus pada tahun 2003. Selama 3 tahun masa SMA tersebut, Jadusin tinggal bersama keluarga dari ibunya di Lombe, Buton. Setiap akhir pekan, biasanya hari Sabtu jam 3 sore, Jadusin pulang ke rumah orang tuanya dengan berjalan kaki dengan sejauh 7 kilometer.

Setiap hari Minggu sore Jadusin akan kembali ke Lombe dengan membawa kayu bakar, ubi kayu dan jagung dengan bersepeda. Selama Studi SMP dan SMA, Jadusin secara rutin mengisi hari Minggu dan hari libur lainnya untuk membantu Bapak dan Ibunya bertani di kebun. Beragam aktivitas yang dilakukan Jadusin di kebun keluarga diantaranya adalah membuat jerat babi, membuat pagar kebun, menyiangi kebun, menjaga kebun di malam hari bersama ayahnya dengan lampu obor dari bambu untuk mengusir binatang-binatang yang merusak tanaman.

Di pagi hari, Jadusin dan keluarganya biasanya sarapan pepaya rebus yang dicampur garam seadanya atau dengan ubi kayu rebus. Kemudian Jadusin juga setiap hari harus berjalan kaki menuju sumur untuk mengambil air dengan jarak sekitar 200 meter. Kedua orang tuanya dikenal sebagai petani jagung, ubi kayu, pisang dan ubi jalar.

Kegiatan Jadusin Selama Studi

Di bangku SMA Jadusin sangat aktif dalam kegiatan OSIS dan kegiatan di Musholla Sekolah. Setelah Tamat SMA tahun 2003 Jadusin melanjutkan ke jenjang sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Halu Oleo (UHO) di Kendari, Sulawesi Tenggara, saat itu Jadusin mendapatkan beasiswa. Selama Studi di UHO ini Jadusin aktif di Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sosiologi, Pengurus BEM Fakultas, Himpunan Mahasiswa Pecinta Musholla dan aktif di Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI).

Jadusin Hobi Keliling Indonesia

Jadusin adalah salah satu pemuda yang melakukan perjalanan mandiri ke berbagai daerah di Indonesia, melintasi pulau-pulau melalui jalur laut menggunakan kapal Pelni, ia jarang menggunakan pesawat udara. Saat itu, sekitar tahun 2006 hingga 2019, Jadusin memanfaatkan waktu liburnya untuk mengunjungi sahabat-sahabatnya. Dengan begitu Jadusin melihat bagaimana kondisi masyarakat marginal di berbagai tempat di Indonesia, meskipun perjalanan ini dilakukan bukan sebagai riset, namun sepertinya sangat mempengaruhi banyak gagasan-gagasan Jadusin dalam bidang sosial dan pendidikan di masa-masa selanjutnya.

Berikut adalah beberapa tempat yang sempat dikunjungi oleh Jadusin, sekitar tahun 2006 hingga 2019:
  1. Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB)
  2. Bangka Belitung
  3. Merauke, Papua
  4. Samarinda, Kalimantan Timur
  5. Balikpapan, Kalimantan Timur
  6. Fak fak, Papua Barat
  7. Pontianak, Kalimantan Barat
  8. Kota Aceh Tengah, D.I. Aceh Darussalam
  9. Kota Malang, Jawa Timur
  10. Kota Batam, Kepulauan Riau
  11. Bone Bolango, Gorontalo
  12. Bitung, Sulawesi Utara
  13. Manokwari, Papua Barat
  14. Toraja, Sulawesi Selatan
  15. Bantaeng, Sulawesi Selatan
  16. Parepare, Sulawesi Selatan
  17. Jogjakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
  18. Bengkulu Selatan, Bengkulu
  19. Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

Tahun 2007 Jadusin menyelesaikan studi sarjana di Jurusan Sosiologi dibawah bimbingan Drs. Damsid, M.Si., (sekaligus Dekan Fisip) dengan lama studi 3 tahun 5 bulan 26 hari. Di tahun yang sama (2007), Jadusin melanjutkan pendidikan Magister (S2) Sosiologi di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar menggunakan beasiswa dari pemerintah Singapura. Pada tahun 2009 Jadusin berhasil menyelesaikan gelar magister (S2) di UNHAS dengan lama studi 20 bulan.

Selama di UNHAS inilah Jadusin aktif mengikuti diskusi politik Asia-Eropa, pemerintahan nasional, kebijakan politik hukum, pemberdayaan masyarakat, Parpol, Otonomi Daerah, korupsi para elit, politik keberagaman, politik perbandingan agama, kearifan lokal di bawah asuhan Profesor Dr. Mahmud Tang (alumni Belanda), Profesor Dr. Andi Lolo, Professor Dr. Maria Pandu, dan melakukan studi banding di Kota Dili Negara Timor Leste dan Singapura tahun 2008.

Kiprah Jadusin Menjadi Dosen

Setelah menyelesaikan pendidikan di Makassar, Jadusin menuju Kota Ambon dan pada Desember 2009 Jadusin menjadi Dosen tetap di Universitas Darussalam (UNIDAR) Ambon sampai sekarang. Pada tahun 2013, Jadusin menggagas pendidikan gratis dan kemudian bersama rekan-rekannya ia mendirikan Lembaga Pendidikan Gratis (Lepas) di Maluku (lihat UUD 1945 Pasal 31-red). Di Maluku pun Jadusin aktif sebagai Dewan Pembina Himpunan Mahasiswa asal Mawasangka Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara di Kota Ambon. Kemudian aktif juga sebagai pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST) Kota Ambon, Maluku.

Selain sebagai Dosen Tetap, Jadusin memiliki banyak pengalaman lain dalam mengajar (menjadi dosen), diantaranya sebagai Dosen Luar biasa (LB) Fakultas Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. Kemudian Dosen Luar Biasa (LB) di Program Studi (Prodi) Gizi dan Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Maluku. Dosen Luar Biasa di Fisip Universitas Al-Amin Sorong selama 5 bulan (sekarang Universitas Muhammadiyah Sorong Papua Barat), di kota Sorong Jadusin sempat menggagas dibentuknya Ikatan keluarga Walengkabola-Lapadindi (IKWAL) asal Kecamatan Tongkuno-Muna Sulawesi Tenggara di Kota Sorong.

Selanjutnya Jadusin menjadi Dosen Luar biasa (LB) di Fisip Universitas Bangka Belitung Tahun 2010 selama 4 bulan. Menjadi Dosen Luar Biasa di Kampus STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung tahun 2011 selama 3 bulan. Menjadi Dosen Luar biasa (LB) Ilmu Kesejahteraan Sosial di Fisip Universitas Cendrawasih (Uncen) Jayapura Papua selama 2 bulan.

Aktivitas Jadusin di Sulawesi Tenggara

Aktivitas Jadusin  di Sulawesi Tenggara diantaranya adalah sebagai Ketua Bidang Pendidikan Politik pada Yayasan Pendidikan Islam (Yapis) Al-Birr Muna di desa Lapadindi, Kecamatan Tongkuno. Kemudian, aktif sebagai Dewan Pembina Yayasan Limhar Adab Nasional (Yalhan) Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna.

Ketua penggagas perguruan tinggi atau kampus STIBA Butur Prodi Bahasa Mandarin-Jepang pada tahun 2017 di Desa Wamorapa Kecamatan Wakorumba Utara Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara dan peletakkan batu pertama kampus telah dilakukan oleh Bupati Buton Utara (Drs. Abu Hasan) bersama Camat, Kepala Desa, para pimpinan OPD Buton Utara, Siswa SMA, Siswa SMP Al-Jannah, Para Guru, Tokoh Masyarakat dan warga sekitar. Namun sangat disayangkan sampai hari ini kampus itu belum terwujud atau batal karena beberapa alasan (positif) dari pihak Yayasan Perguruan Tinggi Al-Jannah.

Disela-sela kesibukannya, Jadusin banyak menulis artikel tentang gagasan-gagasannya, tentang publikasi kegiatan di bidang pendidikan, politik, budaya dan kemasyarakatan. Komitmen dan ketulusan Jadusin dalam membangun bangsa bisa ditengok dari Motto hidupnya; Utamakan orang tua, jangan lupa berbagi setitik ilmu sesama manusia di dunia dengan tulus. Demikian sedikit profil tentang Jadusin yang bisa kami tuliskan, semoga bisa menjadi motivasi dan inspirasi! (enjs)