Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Gagasan Sekolah GRATIS Khusus Untuk Rakyat Indonesia, SOKUR!

Jadusin
Oleh: Jadusin, S.Sos., S.I.P., M.Si.

Purwakarta Online / Sulawesi Tenggara - Penguatan SDM agar Negara Ini Tetap OkE (NGiTO) dengan pembentukan sekolah khusus untuk rakyat di daerah.

Pengetahuan, skill, pengalaman harus disebarluaskan kepada warga yang belum atau tidak sekolah di Negeri ini.

Sekolah khusus untuk rakyat menurut saya (penulis) sebaiknya diuji coba di level kecamatan dalam kabupaten tertentu.

Sekolah Rakyat ini akan fokus pada warga usia antara 16-45 tahun yang tidak mengenyam pendidikan formal.

Sekolah Rakyat ini memiliki sistem gratis bagi peserta dan pengajar sukarela (Tulus).

Dengan gagasan ini warga yang nanti mengikuti program Sekolah Rakyat ini diharapkan memiliki kemandirian, kreatifitas, inovasi, skill (walau tidak maksimal) untuk obsesi masa depan.

Tahun 2000-2021 Kementerian Pendidikan RI telah menyiapkan anggaran sejumlah 75,531 Triliun untuk sektor pendidikan di semua level (pendidikan negeri sampai bentukan swasta). Namun belum cukup maksimal (tidak gagal) dalam memajukan sektor pendidikan.

Bangsa ini memiliki 220.000 unit sekolah di tahun 2021 (level bawah sampai SMA sederajat), 62juta lebih siswa/murid dan 3,1 juta pengajar (guru).

Tahun 2021 bulan Juni terdapat 63,68 juta jiwa (23,32%), belum atau tidak sekolah dari total penduduk 272,23 juta dan tahun 2019-2020 ada kurang lebih 158.166 siswa putus sekolah.

Dengan data di atas saya berasumsi gagasan pembentukan sekolah khusus untuk rakyat (SOKUR / non formal) memungkinkan dibentuk bagi daerah yang berkenan melakukannya, untuk menampung sebagian warga yang tidak sekolah pada pendidikan formal.

Tahapan yang harus dilakukan dalam gagasan pembentukan sekolah khusus untuk rakyat (SOKUR) dengan ujicoba di tingkat kecamatan adalah:

1. Musyawarah Tingkat Kecamatan

Camat, Kepala Desa, Danramil, Kapolsek, Tokoh Pemuda, Tokoh adat, Mahasiswa, Pengusaha lokal, budayawan, tokoh pendidikan dan pihak lainnya di tingkat kecamatan melakukan musyawarah untuk menentukan salah satu desa sebagai tempat/lokasi pembelajaran SOKUR.

Tempat SOKUR bisa di Aula Kecamatan, Aula desa, ruang terbuka, rumah warga jika ada warga yang berkenan rumahnya bisa digunakan (disesuaikan).

2. Rekruitmen Tenaga Pengajar Sukarela Tulus

Camat mengeluarkan SK untuk Ketua Koordinator Tim Pengajar Kecamatan.

Koordinator nanti bertugas jemput bola mencari pengajar SOKUR.

Langkah untuk mendapatkan tenaga pengajar melalui komunikasi berbagai pihak, misalnya camat bersama koordinator menyampaikan kepada Bupati dan bermohon agar setiap organisasi perangkat daerah (OPD) di Kabupaten mengirim 1 atau 2 orang tim pengajar di lokasi SOKUR secara bergilir setiap 2 bulan dengan disiplin ilmu beragam.

Tim pengajar juga bisa dari unsur TNI, Polri, Tokoh pemuda, Mahasiswa, Guru SD-SMA, Elit politik kecamatan, Pegawai kantor urusan agama kecamatan (KUA Kecamatan), pegawai kantor kecamatan/ lurah, dan siapapun boleh didaftar sebagai tenaga pengajar/tidak harus sarjana asal calon pengajar punya ketulusan dan memiliki pengetahuan pengalaman, skill untuk memberikan ilmu/berbagi pada peserta, kemudian koordinator pengajar menjalin mitra setiap 6 bulan dengan universitas yang ada di provinsi untuk mengirim surat/bertemu langsung rektor meminta penempatan mahasiswa kKN di lokasi SOKUR sebagai tenaga pengajar.

3. Penyusunan Jadwal dan Materi

Setelah ada tenaga pengajar sukarela Tulus dipastikan kisaran minimal 35 orang dengan beragam keilmuan berbeda/ lebih agar setiap pengajar bisa dirolling setiap 3 mingu sekali/sehingga setiap pengajar tidak setiap minggu hadir mengajar (disesuaikan).

Satu disiplin ilmu harus dipastikan 3-4 orang tim pengajar agar memudahkan jika sewaktu-waktu ada pengajar yang telah diberi jadwal mengajar namun tidak hadir karena sakit atau hal lain.

Materi yang diajarkan yakni Bahasa Inggris Dasar, Konsep Hidroponik, Perikanan Dasar, Koperasi, Peternakan, Konsep Bisnis Online, Manajemen Bisnis, Kesehatan Dasar Ibu Hamil, Politik Dasar Pemerintahan Nasional dan Daerah, Konsep Kaligrafi, Motivasi, Prinsip-prinsip Keagamaan (semua materi disesuaikan).

4. Sosialisasi dan pendaftaran peserta SOKUR

Sosialisasi dan pendaftaran peserta SOKUR dilakukan oleh koordinator tim pengajar bersama Kades, Ketua RT setempat melalui lisan di balai desa atau dari rumah ke rumah oleh Ketua RT, diumumkan di Masjid atau gereja, wihara dan ditempel di papan informasi desa terkait pendaftaran peserta SOKUR, jadwalnya, materi yang akan diajarkan, nama pengajar, lokasi alamat SOKUR dan info lainnya.

5. Pengadaan Sarana Pembelajaran

Setiap dua bulan (disesuaikan) peserta SOKUR didampingi koordinator pengajar untuk ke laboratorium/perpustakaan terdekat dengan SD, SMP atau SMA (yang dekat dari lokasi SOKUR).

Koordinator mengirim proposal ke kantor Perpustakaan Nasional di Jakarta, ke Perpustakaan daerah atau ke kantor pusat bahasa provinsi untuk pengadaan buku yang nanti bisa disimpan di lokasi SOKUR.

Koordinator menggelorakan ide "pahala" yakni setiap alumni siswa SMA formal/sederajat agar menyumbang buku cetak bekas yang masih layak untuk disimpan di lokasi SOKUR.

Syarat peserta untuk ikut belajar pada SOKUR hanya ada tiga, yaitu; memiliki kesungguhan belajar, siap ucapkan bersedia terima Pancasila dan sopan terhadap pengajar.

Dengan syarat itu maka peserta tinggal hadir dengan membawa kertas 3-5 lembar dengan alat tulis. SOKUR tidak ada sistem tamat, tidak ada ijazah.

Waktu pembelajaran 20 menit materi dan 70 menit diskusi (disesuaikan). Pertemuan diadakan 2 kali dalam tiap bulan (disesuaikan).

Saya optimis gagasan ini bisa diterapkan di daerah karena tidak memerlukan biaya. Baik biaya untuk pembangunan gedung maupun untuk gaji pengajar, karena para pengajar tidak dibayar serta karena di daerah masih tingginya kesadaran sosial terutama kepekaan sosial di desa (kecamatan).

Pendidikan non formal masih sangat dibutuhkan di negeri ini walaupun ada beberapa figur nasional yang sukses berlimpah harta ratusan milyar tanpa memiliki ijazah sekolah dasar, misal Ibu Lanny Siswadi asal kota madiun jawa timur sukses menjadi pengusaha di bidang kuliner di Surabaya.

Kemudian ada nama Sanawi, kelahiran Blora Jawa Tengah hanya kelas satu Sekolah Dasar tapi sukses menjadi pengusaha kaya raya dari bisnis Es krim di kota banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sanawi dibantu dengan 680 karyawan.

Selanjutnya ada Basrizal Koto, seorang pengusaha kaya raya yang namanya terkenal seantero Tanah Ranah Minang, Sumatra Barat yang memilki pusat perbelanjaan, properti di Padang dan Pekanbaru.

Semoga Negara ini Tetap Oke (NGiTO) di masa depan dengan kebersamaan semua pihak dalam membantu pemerintah di bidang pendidikan. (*)

* Penulis adalah Jadusin, S.Sos., S.I.P., M.Si., tokoh muda Indonesia yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti kegiatan pendidikan, budaya, ekonomi, sosial dan politik. Beberapa aktivitas Beliau yang berhasil kami himpun diantaranya:
  • Dosen Tetap di UNIDAR Ambon, sejak 2009-sekarang,
  • Dosen tidak tetap di IAIN Ambon Jurusan Sosiologi Agama,
  • Dosen tidak tetap di Poltekkes Kemenkes Maluku Jurusan Gizi,
  • Ketua Dewan Pembina Yayasan Limhar Adab Nasional (Yalhan) Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara,
  • Pendiri Lembaga Pendidikan Gratis (Lepas) di Maluku,
  • Alumni Magister Sosiologi, Tahun 2009 di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar dengan beasiswa dari Negara Singapura.