Serangga, Solusi Pangan Masa Depan (Bagian 6)
![]() |
Serangga, Solusi Pangan Masa Depan |
Purwakarta Online - Jangkrik dan semut juga dijadikan sumber makanan protein hewani, selain sebagai pakan burung, ikan hias, udang, umpan pancing.
Penduduk pada beberapa kawasan di Indonesia (seperti Irian) mengkonsumsi belalang sebagai sumber lauk sehari-hari, namun tidak populer di kawasan lainnya.
Maka perlu dimasyarakatkan cara mengolah dan memasaknya untuk mendapatkan cita rasa yang nikmat.
Ulat sagu sangat digemari oleh masyarakat Ambon karena rasanya manis, lunak dan lezat.
Penggemar lebah madu/tawon mengambil madu, lilin tawon, susu madu, perekat lebah bernilai ekonomis, dan larvanya dengan cara berburu di alam.
Sedangkan bagi kelompok masyarakat tertentu di Afrika dan Asia, mereka mengkonsumsi larva dan serangga dewasa maupun ulat (caterpillar) yang langsung dimasak, atau ditambahkan ke dalam saus atau rebusan makanan (daging dan sayur/buah).
Berikut ini disajikan komposisi gizi beberapa jenis serangga yang digunakan sebagai bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Xiaoming dalam Tienchu (2017), memeriksa kandungan protein dari 100 jenis serangga.
Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan proteinnya tinggi berada diantara 13 – 77% dalam kondisi kering.
Serangga yang dapat dimakan juga menunjukkan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan hewan lain/ternak dan tanaman pangan seperti sapi, ayam, ikan, kacang kedelai dan jagung. (*)
Sumber:
Pratiwi Girsang. 2018. Serangga, Solusi Pangan Masa Depan. Jurnal Pembangunan Perkotaan. Volume 6, Nomor 2. http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP/article/view/35, diakses pada tanggal 17 Januari 2022.
* Dilakukan pengeditan ringan
Penduduk pada beberapa kawasan di Indonesia (seperti Irian) mengkonsumsi belalang sebagai sumber lauk sehari-hari, namun tidak populer di kawasan lainnya.
Maka perlu dimasyarakatkan cara mengolah dan memasaknya untuk mendapatkan cita rasa yang nikmat.
Ulat sagu sangat digemari oleh masyarakat Ambon karena rasanya manis, lunak dan lezat.
Penggemar lebah madu/tawon mengambil madu, lilin tawon, susu madu, perekat lebah bernilai ekonomis, dan larvanya dengan cara berburu di alam.
Sedangkan bagi kelompok masyarakat tertentu di Afrika dan Asia, mereka mengkonsumsi larva dan serangga dewasa maupun ulat (caterpillar) yang langsung dimasak, atau ditambahkan ke dalam saus atau rebusan makanan (daging dan sayur/buah).
Berikut ini disajikan komposisi gizi beberapa jenis serangga yang digunakan sebagai bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Xiaoming dalam Tienchu (2017), memeriksa kandungan protein dari 100 jenis serangga.
Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan proteinnya tinggi berada diantara 13 – 77% dalam kondisi kering.
Serangga yang dapat dimakan juga menunjukkan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan hewan lain/ternak dan tanaman pangan seperti sapi, ayam, ikan, kacang kedelai dan jagung. (*)
Sumber:
Pratiwi Girsang. 2018. Serangga, Solusi Pangan Masa Depan. Jurnal Pembangunan Perkotaan. Volume 6, Nomor 2. http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP/article/view/35, diakses pada tanggal 17 Januari 2022.
* Dilakukan pengeditan ringan