Serangga, Solusi Pangan Masa Depan (Bagian 2)
Serangga Solusi Pangan Masa Depan |
Purwakarta Online - Berdasarkan data dari Badan Statistik Amerika Serikat, jumlah penduduk dunia pada Januari 2018 mencapai 7,53 miliar jiwa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB menyatakan jumlah penduduk dunia akan meningkat menjadi 8,6 miliar pada tahun 2030, 9,8 miliar pada tahun 2050 dan mencapai 11,2 miliar pada tahun 2100.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia ini, diperlukan peningkatan produksi pangan minimal 2 kali lipat dari jumlah produksi pangan saat ini.
Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, karena saat ini kita telah menggunakan 70% dari lahan pertanian untuk peternakan, overfishing, pencemaran lingkungan, perubahan iklim serta penyakit-penyakit tanaman yang mengancam produktivitasnya.
Selain itu dengan tingkat kelaparan di seluruh dunia yang hampir mencapai 1 milyar juta orang menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat dunia yang kekurangan makanan/gizi.
FAO mendefinisikan kekurangan makanan (food deprivation) atau kekurangan gizi (undernourishment), sebagai kondisi konsumsi pangan yang kekurangan kalori untuk memberikan jumlah minimum energi yang diperoleh dari makanan yang diperlukan oleh setiap individu untuk hidup secara sehat dan produktif, sesuai dengan jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, dan level aktivitas tubuh.
Pola konsumsi protein hewani yang tinggi merupakan ciri pola konsumsi pangan bangsa-bangsa negara maju. Pola konsumsi protein jarang mendapatkan perhatian secara serius, bahkan makna protein yang berarti yang utama, yang pertama, atau yang terpenting, belum banyak dipahami.
Dimensi kelaparan sebagaimana yang digambarkan oleh Indeks Kelaparan Global, bagi negara-negara berkembang dapat dipastikan sebagai akibat dari kekurangan konsumsi protein hewani (Agus Pakpahan, 2018).
Protein mempunyai peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa diperlukan suatu penanganan yang serius terhadap pengurangan limbah makanan dan membuat produksi makanan menjadi efisien.
Solusi untuk permasalahan tersebut salah satunya adalah pemanfaatan serangga. Mengkonsumsi serangga, atau yang dikenal dengan istilah entomophagy bukanlah merupakan hal yang baru bagi dunia, termasuk Indonesia.
Ada banyak makanan di Indonesia yang berbahan dasar dari serangga, seperti ulat sagu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Papua, jangkrik goreng dari Ciamis, larva tawon, kepompong jati goreng dan rempeyek laron dari Jawa Timur.
Tetapi permasalahan yang muncul adalah adanya persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa serangga bukanlah makanan yang layak untuk dikonsumsi, belum termanfaatkannya potensi serangga secara optimal dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, dan semakin terbatasnya lahan/lingkungan untuk tempat hidup serangga.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:
- Untuk memberikan ide/masukan akan manfaat dari kebiasaan memakan serangga (entomophagy)
- Memahami potensi ekonomi dan pembudidayaan serangga
- Agar masyarakat mengetahui dan memahami kandungan-kandungan gizi yang ada di dalam serangga
- Agar Masyarakat mengetahui dan memahami manfaat apa yang bisa didapatkan dari entomophagy dalam memenuhi kebutuhan nutrisi baik protein ataupun gizi yang dibutuhkan masyarakat,
- Agar Masyarakat mengetahui dan memanfaatkan serangga sebagai salah satu peluang bisnis makanan dan budidaya serangga.
Pengumpulan data dilakukan secara terpadu dan sistematis beserta penjelasan faktual berupa data-data permasalahan yang ada.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan primer terkait dengan serangga, berita di media cetak dan media elektronik serta data primer yang diperoleh dari masyarakat melalui kuesioner dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Total responden dalam penelitian ini berjumlah 30 responden. Pertanyaan disusun sesuai dengan latar belakang responden dan wawancara dilakukan secara mendalam terkait pandangan mereka terhadap serangga. (*)
Pratiwi Girsang. 2018. Serangga, Solusi Pangan Masa Depan. Jurnal Pembangunan Perkotaan. Volume 6, Nomor 2. http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP/article/view/35, diakses pada tanggal 17 Januari 2022.
* Dilakukan pengeditan ringan