Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Digitalisasi Foto Jurnalistik Analog Harian Kompas (Bagian 4)

fotografi jurnalistik,fotografi jurnalistik adalah, fotografi jurnalistik pdf, fotografi jurnalistik ppt, fotografi jurnalistik sebagai media komunikasi, fotografi jurnalistik apa, fotografi jurnalistik menurut para ahli, fotografi jurnalistik menurut ahli, fotografi jurnalistik klub, fotografi jurnalistik arbain rambey, contoh fotografi jurnalistik, pengertian fotografi jurnalistik, materi fotografi jurnalistik, pertanyaan tentang fotografi jurnalistik, buku fotografi jurnalistik, apa itu fotografi jurnalistik, sejarah fotografi jurnalistik, jenis fotografi jurnalistik, teknik fotografi jurnalistik, karakteristik fotografi jurnalistik, foto jurnalistik, contoh fotografi jurnalistik, gambar jurnalistik, gambar jurnalis, fotografer jurnalis, jenis-jenis foto jurnalistik, pengertian foto jurnalistik, karakteristik foto jurnalistik, foto jurnalistik terbaik, etika foto jurnalistik, fotografi jurnalistik pdf, contoh caption foto human interest, materi fotografi jurnalistik ppt, fotografi jurnalistik pdf, contoh fotografi jurnalistik, karakteristik fotografi jurnalistik, perbedaan antara fotografi seni dan fotografi jurnalistik, teori fotografi, 35 jenis fotografi, fotografi seni adalah, apa itu general news,
Ilustrasi. (Foto: Sewa Kamera Jogja)
Purwakarta Online - Pengarsipan film negatif sebagai bagian preservasi yang dilakukan tim digitalisasi Harian Kompas menyelamatkan arsip visual penting dan berharga dalam perjalanan sosial, ekonomi, politik di tanah air periode 1965-2005.

Istilah konservasi dan preservasi digunakan secara aktif maupun pasif dan karena itu dapat berarti menyimpan atau juga duplikasi tanpa intervensi tertentu dan prinsipnya tanpa kehilangan informasi fotografis (Read dan Meyer, 2000, p.1) Kelemahan dari tim pengarsipan film negatif Harian Kompas adalah tidak adanya pelatihan intensif bagi pekerja di tahap pemindai (scan).

Pelatihan diperlukan tak hanya soal teknis, tapi juga pengetahuan foto jurnalistik. Instruksi tim kepada petugas scan untuk membuang foto orang yang membelakangi pembaca di tahap seleksi awal, misalnya, dimungkinkan menghilangkan foto jurnalistik yang penting.

Pada tokoh yang ikonik seperti Soekarno dan Soeharto contohnya, penampakan dari belakang masih bisa dikenali subjeknya secara simbolik dan kemungkinan justru menceritakan suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda.

Pada tahun 2000 ahli-ahli pengarsipan foto merumuskan rekomendasi Safeguarding European Photographic Images for Acces (SEPIA project) dalam proses digitalisasi, pada poin 5:

“Digitalisasi koleksi foto secara fundamental berbeda dengan digitalisasi teks atau seni grafis. Pengerjaan gambar digital membutuhkan keahlian dan pertimbangan etis. Meski menggunakan peralatan terbaik, merekam esensi foto dalam satu format digital adalah aktivitas yang rumit dan tidak pernah sama dengan pekerjaan rutin rutin seperti membuat fotokopi.”

Tim pengarsipan film negatif Kompas menjaga prinsip akurasi dalam jurnalistik. Terbukti dengan tidak meloloskan sebanyak 55.541 file foto karena ketiadaan data yang cukup untuk menulis caption pada metadata.

Atribusi di dalam metadata selain memberi konteks juga membantu pengorganisasian file (file management). Kata kunci, kredit, dan deskripsi membantu navigasi pencarian.

Meski begitu, akan lebih baik bila pada menyertakan geotagging pada lokasi-lokasi penting. Seperti halnya proyek yang dilakukan oleh Eva Dodsworth pada foto- foto udara di Waterloo agar mudah diketahui titiknya.

Sejumlah format gambar telah dibuat tersedia bagi pengguna, termasuk dalam resolusi tinggi maupun rendah begitu juga GeoTiffs untuk tujuan sistem informasi geografik (GIS) dan file populer KML untuk pemanfaatan georeferenced images di Google Earth dan Google Maps (Dodsworth, 2011, p.15) Berikutnya dari sisi penyimpanan arsip fisik, Harian Kompas masih belum menerapkan standar penyimpanan film sehingga kemungkinan akan mengalami kerusakan lebih cepat.

PIK hanya menyimpan film di ruang ber-AC yang diset di suhu 16 derajat celcius, tanpa pengaturan kelembaban. Sementara kelembaban yang disarankan oleh pakar tidak lebih dari 50 RH (50% perbandingan udara dan air). Lebih dari 50 maka kerusakan film akan terjadi lebih cepat.

Prosedur digitalisasi harus terintegrasi dengan strategi konservasi koleksi dan harus menggabungkan ketentuan untuk keamanan penanganan arsip asli dan kelangsungan masa depan penyimpanan (Lavedrine, 2007, p.305).

Menurut Levedrine, kelembaban 50% dengan suhu maksimal 20 derajat film akan menurun kualitas gambarnya dalam 45 tahun. (Lihat Tabel)


Tim digitalisasi film negatif Harian Kompas telah menjalankan rekomendasi SEPIA di poin 2 yaitu “Digitalisasi koleksi foto harus didorong untuk memfasilitasi akses kepada audiens yang luas.”

Setelah foto-foto hasil digitalisasi tersebut diunggah di Image Archive milik PIK, setidaknya ada tiga hal yang dicapai.

Pertama Kompas berhasil menyelamatkan dokumen foto bersejarah, kedua membuka dokumen foto berharga tersebut kepada publik, ketiga Kompas juga mendapat keuntungan ekonomi dari peminjaman atau sewa publikasi.

Pengarsipan film negatif di Harian Kompas bisa menjadi model yang bisa dilakukan oleh media cetak lain yang memiliki arsip film negatif. Yang perlu diperhatikan adalah pelatihan oleh tenaga pemindai kemudian penyimpanan arsip film negatif.

Karena meski foto dari film telah dialih media ke bentuk digital namun arsip fisik yang bernilai sejarah juga perlu tetap dijaga. Terakhir, untuk menghemat biaya pengadaan perangkat scanner, media perlu mempertimbangkan penggunaan slide duplicator.

Alat ini prinsipnya adalah pengganda slide di era film, namun di era digital dapat digunakan untuk memotret film seperti prinsip scanner.

Bentuk slide duplicator seperti lensa DSLR sehingga jauh lebih ringan dan menghemat tempat dibanding berat flatbed scanner yang digunakan Harian Kompas.

Pemindaian dapat berlangsung jauh lebih cepat karena setiap frame memerlukan waktu kurang dari 1 detik dengan kualitas gambar sebesar resolusi kamera digital yang dipergunakan. Slide duplicator tersedia di pasar dengan harga lebih murah dibanding scanner. (*)

Sumber:
Taufan Wijaya, Aditya Heru Wardhana. 2021. DIGITALISASI FOTO JURNALISTIK ANALOG HARIAN KOMPAS. Universitas Multimedia Nusantara. JURNAL DEKAVE VOL.1, NO.1. https://journal.isi.ac.id/index.php/dkv/article/view/5712/2248, diakses pada tanggal 17 Januari 2022.