Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Bupati Pertama Purwakarta Turunkan Bendera Jepang, Besoknya Proklamasi Dikumandangkan

Raden Soejono Hadipranoto
Purwakarta Online - Menelusuri kisah jelang kemerdekaan Indonesia, tidak akan terlepas dari sosok Raden Soejono Hadipranoto, Bupati Purwakarta yang pertama.

Dia pernah menjadi pemimpin upacara penurunan bendera Jepang, saat peristiwa 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, Karawang.

Koordinator Forum Pemuda Peduli Sejarah Karawang Dharma Putra Gotama mengungkapkan ada fakta yang tercatat, dan dilupakan dalam peristiwa dibawanya rombongan Soekarno ke Rengasdengklok, Karawang, pada 16 Agustus 1945 oleh kaum muda.

Yakni, adanya peristiwa penurunan bendera Hinomaru atau Jepang, sebelum proklamasi secara resmi dikumandangkan di Jakarta.

"Pada Kamis pagi tanggal 16 Agustus 1945, terjadilah salah satu peristiwa yang sangat heroik, dan bersejarah, yakni saat seorang Shonco atau Camat, Raden Soejono Hadipranoto memimpin upacara bendera Merah Putih, dengan maksud mengabarkan bahwa Indonesia telah merdeka, dari penjajahan Jepang," ungkapnya saat diwawancarai, Minggu (15/8/2021).

Dalam buku yang dibuatnya berjudul 'Rengasdengklok Undercover', dikisahkan bahwa saat kedatangan rombongan Soekarno ke Rengasdengklok pada Rabu, 15 Agustus 1945 malam, yang dibawa oleh kaum muda.

Saat itu kondisi di Jakarta genting, lalu terjadilah perdebatan terkait proklamasi antara kaum muda dan kaum tua yang akhirnya menetapkan proklamasi pada 17 Agustus 1945.

Setelah itu, pada besoknya, kaum muda, yakni Soekarni, Dokter Soetjipto dan Singgih, berpangkat perwira PETA menerangkan kepada Hadipranoto bahwa Jepang sudah menyatakan kalah, dan menyerah. Selain itu memberikan intruksi kepadanya, agar segera mengumandangkan kemerdekaan.

"Jadi setelah itu, Hadipranoto diarahkan untuk menyiapkan pengibaran bendera, dan petugas upacara, kisah itu pun tercatat dalam catatan Hadipranoto yang ditulis oleh sejarawan nasional, Her Suganda," ungkapnya.

Kemudian, katanya, upacara berlangsung di Halaman Kantor Kewedanaan Rengasdengklok dengan menaikan bendera Merah Putih sekaligus menurunkan bendera Hinomaru atau Jepang.

"Memang tidak dinyatakan sebagai bendera resmi, tetapi dalam strategi perwujudannya, merupakan pembukaan babak awal dari peristiwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia, peristiwa itu juga tergambarkan oleh Dudum Sonjaya, dalam sketsa gambarnya. Ada tiga sketsa gambarnya, yang pertama yakni sketsa gambar pada saat kedatangan Ir. Soekarno ke Bojong Rengasdengklok, yang saat itu berada di peristiwa, pada usia 10 tahun dan

masih sekolah kelas 3 SD, untuk menggambarkannya, karena disuruh oleh Umar Bachsan," tuturnya.

Dalam upacara tersebut, dihadiri juga oleh banyak kalangan, dari petani, pedagang, dan aparat desa. Sebelum kejadian itupun, tentara PETA asli dari Jepang dilumpuhkan terlebih dahulu oleh tentara PETA dari kalangan pribumi.

"Namun, sosok Hadipranoto ini jarang orang mengetahuinya, saat saya menelusurinya, saya mendapatkan sebuah arsip, dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta tahun 2015, yang menuliskan bahwa Hadipronoto pada tanggal 2 Juni 1950, pemerintah pusat mengeluarkan PP No. 10 tahun 1950 yang membubarkan Badan Pekerja Darurat Kabupaten Karawang Timur. Kemudian sesuai Keputusan Gubernur Jawa Barat No.4/ UH/GDB/50 diangkatlah seorang Pejabat Bupati Raden Soejono Hadipranoto sebagai pemegang kekuasaan eksekutif yang kemudian menjadi Bupati Kabupaten Purwakarta pertama, yang berkedudukan di Subang," tuturnya.

Setelah itu, pada tanggal 29 Juni 1968, dikeluarkanlah UU No.4 tahun 1968 yang membagi Kabupaten Purwakarta menjadi dua yaitu Kabupaten Purwakarta yang berkedudukan di Purwakarta dan Kabupaten Subang yang berkedudukan di Subang.

"Sayangnya, hal ini banyak masyarakat tidak tau, dan sosok Hadipranoto pun, tidak pernah dikenal sebagai salah satu bagian dari pahlawan negeri ini," ujarnya. (*)

Sumber: detikNews