Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Muhammad Irvan Efrizal: Harga Diri Petani Dirampas Terlalu Lama

Muhammad Irvan Efrizal
Purwakarta Online - Muhammad Irvan Efrizal, Konsultan Sekolah Ekologi mengungkapkan permasalahan yang sangat mendasar mengenai pertanian di Indonesia. Menurutnya harga diri petani telah lama dirampas oleh pihak tidak bertanggungjawab jawab, berlangsung lama dan sistematis.

"Harga diri petani dirampas terlalu lama, kesejahteraan petani sulit diukur. Dimasukan tingkat menengah ke bawah," kata Muhammad Irvan Efrizal saat memberikan materi dalam Pelatihan Manajemen Agribisnis bagi Non Aparatur di Kabupaten Purwakarta, Kamis (19/8/2021).

Masih menurut Muhammad Irvan Efrizal, saat ini pertanian tidak dianggap sebagai jalan kemakmuran. Sehingga jenis usaha yang diambil generasi ke generasi semakin menjauhi potensi lingkungannya sendiri.

"Kasus yang terjadi, punya sawah punya kerbau dijual. Lalu kerja di pabrik, merasa ini lebih menghasilkan. Kemudian terjadi krisis atau kebangkrutan pabrik, saat pulang sawah sudah lenyap, kerbau tidak ada," ungkap Muhammad Irvan Efrizal mencontohkan.

Kondisi pandemi covid-19 saat ini menghancurkan banyak bidang usaha, tapi menurut Muhammad Irvan Efrizal pertanian nyaris tidak terdampak terlalu signifikan seperti bidang lain.

"Petani tradisional justru hampir tidak terpengaruh oleh pandemi (Covid-19). Mereka rajin, galengan (pematang) sawah ditanami kacang dan sebagainya, mereka (petani) tetap bisa makan," kata Muhammad Irvan Efrizal yang kemudian diamini oleh peserta pelatihan.

Muhammad Irvan Efrizal menyatakan, tanpa bermaksud menyalahkan pihak manapun, bangsa ini sempat mengambil kebijakan strategis untuk mempercepat swa sembada pangan, yaitu dimulai pada 1968.

"Program tahun 68 itu ingin swasembada pangan," kata Muhammad Irvan Efrizal.

Kebijakan tersebut menurutnya membuat hilangnya daya produktif petani. Pemerintah menganjurkan dengan serius penggunaan pupuk dan pestisida 'kimia', lalu benih produksi para industrialis.

"Hilang satu generasi produktif, kotoran ternak tidak lagi diolah untuk pupuk. Pestisida yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan ketergantungan, benih juga membuat benih asli lokal hilang diganti benih produksi industrialis yang tidak bisa dibudidayakan berulang-ulang oleh petani," terang Muhammad Irvan Efrizal.

Pendi, salah satu peserta pelatihan manajemen agribisnis sedang mempresentasikan usaha tani.
Dalam pelatihan tersebut Muhammad Irvan Efrizal berhasil menanamkan rasa cinta lingkungan, sesuai ekologi yang melestarikan kehidupan, baik manusia, tanaman dan hewan. Diselaraskan dengan udara, matahari, tanah dan udara.

Muhammad Irvan Efrizal dengan ikhlas memberikan ilmu-ilmu penting secara teknis kepada petani agar bisa diaplikasikan dalam pertanian masing-masing, seperti pembuatan pupuk organik, yang ia nyatakan lebih senang menyebutnya sebagai nutrisi alami. (enjs)