Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Dampak perselingkuhan orang tua terhadap anak

dampak-perselingkuhan-terhadap-anak

PurwakartaOnline.com - Pada saat ini fenomena perselingkuhan terkesan semakin marak karena jumlah pria dan wanita yang terlibat dalam perselingkuhan lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Then, 1998). Fakta yang mendukung pernyataan ini adalah terungkapnya perselingkuhan yang dilakukan oleh para figur publik, mulai dari presiden, pejabat negara, pengusaha dan artis.

Misalnya saja perselingkuhan yang dilakukan oleh Pangeran Charles dengan Camilla, Presiden Bill Clinton dengan Monica Lewinsky, Presiden John F. Kennedy dengan Lyndon Johnson (Subotnik dan Harris, 1999), Bambang Tri Hatmojo dengan Mayang Sari, Julianda Barus dengan Elma Theana, Reza Artamevia dengan Ari Sutha, Sandy Harun dengan Tommy Soeharto, Cut Memey dengan Jacksen Perangin-angin (Sophiana, 2006).

Perselingkuhan yang dapat menyebabkan perceraian ataupun perdamaian kembali dengan pasangan, memiliki efek yang dapat mengganggu keamanan, pikiran dan harga diri semua anggota keluarga (Subotnik dan Harris, 1999). Duncome (2004) menyatakan bahwa meskipun perselingkuhan secara langsung maupun tidak langsung dapat mengganggu pernikahan dan kehidupan keluarga, kemungkinan ikut terpengaruhnya anak akibat perselingkuhan orang tuanya tampaknya masih jarang didiskusikan.

Penelitian mengenai ikut terpengaruhnya anak akibat perselingkuhan orang tuanya juga masih sedikit. Penelitian terbaru mengemukakan bahwa anak-anak lebih mengetahui “private sphere” kehidupan keluarganya dibandingkan dengan orang yang lebih tua (Kitzinger, 1990 dalam Duncombe, 2004).

Meskipun orang tua mencoba menyembunyikan perselingkuhan, tetapi anak-anak akan tetap mempelajari perselingkuhan tersebut secara tidak langsung, ketika orang tua mereka depresi akibat perselingkuhan yang terjadi (Reibstein dan Richards, 1992 dalam Duncombe, 2004). Pernikahan orang tua yang tidak bahagia, dapat meningkatkan konflik pada pasangan tersebut, yang mengakibatkan anak menyadari dan khawatir terhadap agresi yang terjadi pada orang tua, dan dapat mengakibatkan perubahan pemrosesan informasi (O’ Brein dan Chin, 1998 dalam Baron dan Byrne, 2000).

Proses perolehan informasi yang berguna untuk dijadikan dasar bagi pernikahan seseorang diperoleh dari pengalaman pada masa kanak-kanak, yang dialami di dalam keluarga, dan terus berlanjut selama hidup (Davidson dan Moore, 1996). Informasi yang diproses berdasarkan pengalaman langsung maupun tidak langsung, yang dialami oleh seseorang di lingkungan sosial, akan menyebabkan terbentuknya skema (Rumelhart, 1984 dalam Augostinos dan Walker, 1995).

Baron dan Byrne (2000) menyatakan bahwa sekali skema terbentuk, maka skema tersebut memiliki efek yang kuat terhadap tingkah laku sosial seseorang. Dapat disimpulkan bahwa anak yang tahu bahwa orang tuanya berselingkuh, memiliki skema tentang pernikahan yang di dalamnya terdapat perselingkuhan.

Skema ini dapat mempengaruhi perilaku anak untuk menikah. Oleh karena itu diduga terdapat hubungan antara skema perselingkuhan dalam pernikahan pada anak yang mengetahui perselingkuhan orang tuanya dengan intensi untuk menikah. (*)

* Tulisan ini adalah Bab Pendahuluan dari Jurnal yang berjudul SKEMA PERSELINGKUHAN DALAM PERNIKAHAN DAN INTENSI UNTUK MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG ORANGTUANYA BERSELINGKUH. Ditulis oleh Dian Adriani dan Sri Rochani, dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok, Jawa Barat. Tahun 2010