Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Video langka, Silat Paleredan dari Lodaya Kembar Plered


PurwakartaOnline.com - Sebuah momen langka, Yayat Dimyati, atau lebih dikenal dengan nama Abah Vijay memperagakan Seni Pencak Silat Paleredan dalam sebuah pelatihan wisata yang digelar Disporaparbud Kabupaten Purwakarta di Desa Wisata Cibeusi, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.

Abah Vijay 'terpaksa' naik panggung karena didesak kawan-kawan peserta pelatihan dari 40 wisata yang ada di Purwakarta untuk memperagakan Ibing khas Plered ini.

Suasana pelatihan menjadi meriah seketika, tatkala Abah Vijay, yang dengan agak sungkan, memperagakan sedikit gerakan Pencak Silat Paleredan.

Abah Vijay 'dihadang' saat mau turun panggung, kemudian terpaksa menambah unjuk ibingnya beberapa saat.

Pencak Silat Paleredan adalah khazanah seni-budaya asli Purwakarta, yang 'berhak' mendapat perhatian dan ruang untuk dilestarikan.

Berikut adalah video singkat yang diambil secara menggunakan camera smartphone salah satu peserta pelatihan wisata, pada hari pertama (Senin, 14/12/2020). 


Hanya sedikit literatur tentang Pencak Silat Paleredan


Tidak banyak literatur mengenai pencak silat paleredan, salah satu yang ditemukan melalui pencarian di google adalah sebuah jurnal yang dikemas dalam bentuk Pdf.

Jurnal tersebut berjudul 'Eksistensi Seni Pencak Silat di Kabupaten Purwakarta (Kajian tentang Strategi Adaptasi)', oleh Irvan Setiawan. Bisa ditemukan dalam website eJurnalPatanjala.kemdikbud.go.id.

Diterangkan dalam jurnal tersebut bahwa Paleredan dapat diartikan sebagai ibing dan bisa disebut juga sebagai salah satu bentuk kesenian yang sangat terkait erat dengan Pencak Silat.

Paleredan merupakan salah satu bentuk kesenian Pencak Silat yang saat ini tergolong aktif.

Tidak hanya di Kecamatan Plered saja tetapi telah tersebar di 17 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Purwakarta.

Keaktifan kesenian secara tidak langsung didorong oleh adanya kebiasaan untuk menampilkan kesenian Pencak Silat Paleredan.

Biasanya ditampilkan sebagai salah satu bagian dalam upacara penyambutan tamu kehormatan mulai dari setingkat kepala desa atau bahkan pejabat negara.

Antusiasme penonton terhadap kesenian ini juga terlihat sangat positif, karena di setiap tampilan para penonton terlihat banyak dan menikmati saat kesenian ini ketika digelar.

Pada awalnya kesenian bela diri Pencak Silat Paleredan berkembang terlebih dahulu di daerah Plered.

Hal ini dilatarbelakangi penggalian warisan budaya yang intens oleh para sesepuh masyarakat Plered.

Warisan budaya Paleredan berkembang tatkala telah adanya seni Pencak Silat di bumi Sunda pada tahun 1828.

Sosok Raden Tisna Wijaya (bermukim di Cikalong-Cianjur), Bang Madi dan Mbah Khair berhasil melakukan pembaruan jurus-jurus silat yang kemudian terciptalah jurus Cimande dan Cikalong.

Jurus ini merupakan hasil dari pengembangan aliran Pencak Silat yang sudah ada sebelumnya seperti aliran Syahbandar, Damalun, dan Godot.

Tujuh puluh empat tahun kemudian (1892) hingga tahun 1952 anak Raden Tisna Wijaya yaitu Raden Abu Kosim dan adiknya Raden Didi Djunaedi yang hijrah dan menetap di wilayah Plered-Purwakarta mulai mengembangkan aliran Pencak Silat ciptaan orangtua mereka.

Perguruan silat pun mereka dirikan dan diberi nama Perguruan Silat Tali Wargi.

Konsentrasi terhadap pembaharuan jurus di perguruan silat yang mereka dirikan itu pun berhasil dan mereka menyebutkan jurus baru tersebut dengan nama jurus silat “Cilalawi Pleredan”.

Proses turun temurun jurus Paleredan kemudian terus berjalan. Demikian pula dengan jurus silat “Cilalawi Pleredan”, jurus ini diturunkan kepada Raden Mangkudirja.

Jurus silat Cilalawi Pleredan terus mengalami pembaharuan, kemudian pada tahun 1957 bersama dengan Mbah Duyeh dikembangkan jurus silat “Paleredan” dalam versi yang lebih lengkap, mulai tepak irama kendang, lagu khas Paleredan dan Jurus Lima.

Dengan versi yang lebih lengkap tersebut, jurus Pencak Silat Paleredan Purwakarta saat ini telah mendapat pengakuan dari Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia. (enjs)

Sumber:
Wawancara dengan Yayat Dimyati dari Paguron Lodaya Kembar, Anjun, Plered.

Jurnal berjudul 'Eksistensi Seni Pencak Silat di Kabupaten Purwakarta (Kajian tentang Strategi Adaptasi)', oleh Irvan Setiawan.