Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Berguru pada Malaikat Rokib dan Atid

Oleh: Hasan Sidik, SE.,

Sewaktu kanak-kanak, di tajug terbuat dari kayu dan bambu kita mengaji.

Materi yang diajarkan pertama-tama tauhid. Lalu fiqih. Lalu ilmu-ilmu yang lain, sampai nahwu shorof.

Kali pertama kita belajar iman. Apa definisi iman. Difahamkan rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima.

Diantara soal iman, kita dikenalkan sifat-sifat Allah, disebut aqo'idul iman. Wujud qidam bako dst. Yang wajib, yang wenang, dan yang mustahil.

Lalu soal kitab-kitab, nabi-nabi, malaikat, hari pembalasan, dst.

Rukun Islam juga dipelajari perlahan. Dihafal. Syahadat sebagai persaksian bahwa kita Muslim.

Lalu sholat. Mulai bacaan, rukun dan syaratnya. Termasuk thoharoh yang menjadi prasyarat sebelum sholat.

Lalu zakat, puasa, haji. Lalu yang sudah hafal, sudah ngerti, kita naik kelas ngaji kitab. 

Biasanya untuk pemula tijan (tauhid), jurimiyah ('alat), safinah (fiqih).

Dilengkapi materi nashrif, pemahaman tentang bagaimana struktur kata dalam bahasa Arab, semacam grammer dalam bahasa Inggris.

Anak-anak desa di perkampungan, yang basisnya pesantren tradisional, ngajinya seperti itu.

Kiyai NU mendidik generasi masa depan seperti itu. Malapah gedang.

Adapun tempat ngajinya ada yang dalam bentuk bangunan pondok, ada juga di surau-surau kecil.

Di beberapa kampung, ngaji di surau sama saja dengan di pesantren.

Semacam di kampung saya. Untuk ngaji kitab, dari jurumiyah sampai alfiyah tidak perlu datang ke pesantren.

Guru-guru kami di kampung, tempat ngajinya di tajug, ada juga sebagian yang di majelis dan rumah, mengajarkan ilmu yang sama dengan yang di pesantren.

***

Diantara sekian ilmu yang dipelajari, ialah soal tugas dan fungsi Malaikat.

Dimulai Jibril tukang nyampein Wahyu, Rokib dan Atid mencatat amal baik dan buruk, sampai Malik Ridwan penjaga neraka dan surga.

Sejak kanak-kanak, di alam bawah sadar, para leluhur menanamkan doktrin teologisnya, bahwa Tuhan itu wujud, eksis.

Bahkan, selalu hadir di kiri dan kanan kita untuk mencatat amaliyah, baik dan buruk. Melalui malaikat juru catat.

Sedemikian filosofis pelajaran ini, sehingga kalau kita insafi, betapa Tuhan menghadirkan banyak ibroh bagi manusia, untuk bidang ilmu apapun.

***

Kalau mau sedikit mencomot pelajaran, bahwa pencatatan amal baik dan buruk dari malaikat Rokib dan Atid itu adalah kepastian.

Kelak jika ada ilmu akuntansi yang mengurai pembukuan soal debet dan kredit sampai neraca, tradisi ini sebenarnya sudah ditanamkan leluhur kita sejak lama.

Maka, di berbagai perusahaan besar, bagian akuntansi sangat vital.

Kalau ingin tahu sehat dan tidaknya perusahaan, bisa diaudit pembukuannya.

Di sana akan tergambar posisi asset, hutang, piutang, modal, laba/rugi, termasuk rasio-rasio diantara semuanya.

Misalnya rasio utang dan piutang. Rasio piutang dan modal. Rasio laba dan modal.

Bahkan, orang bisa melihat, Neraca. Aktiva dan passiva. Aktiva sama dengan modal dan hutang. 

Modal atau ekuitas disandingkan dengan hutang (kewajiban). Di harta (aktiva) juga sebenarnya disandingkan beban (biaya).

***

Dalam organisasi, termasuk organisasi keluarga, sebaiknya kita biasakan ilmu malaikat Rokib dan Atid.

Ada buku Kas. Minimal. Pengeluaran harian dicatat. Istri beli bawang putih, sabun, bedak, minyak kelapa. Dicatat.

Dari mana pendapatan? Umpama dari suami. Dicatet di debet. Lalu belanja ditulis di kredit. Tulis saldo jika ada.

Sekecil apapun, walau ngasih tukang parkir sebesar seribu perak.

Tradisi mencatat ini sangat bagus untuk membantu akuntabilitas kita, organisasi kita, atau perusahaan kita.

Termasuk membantu otak kita dalam mengingat berbagai transaksi yang kadang tak ingat.

***

Sebagai penutup, ada ayat Allah yang berbunyi :

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar..... Dst" (Al-Baqarah : 282).

Ayat di atas masih panjang, belum selesai.

Namun mari belajar, bahwa Tuhan menyuruh kita untuk mencatat.

Sekalipun, uraian ayat di atas berkenaan jika kita bermu'amalah secara tidak tunai alias utang piutang.

Namun spirit "mencatatnya" itulah yang harus kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Selamat mencatat.

____

Penulis adalah Petani, Pengusaha, aktivis HMI, Direktur BUMDESMA dan Bendahara LMDH Giri Pusaka.