Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

INI HANYA CERITA TENTANG KAWAN SAYA






Oleh: Ramlan Maulana

Dalam sebuah kesempatan, kawan saya yang seorang pengusaha kuliner bercerita tentang perbedaan situasi Ramadhan kali ini dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

"Fitnes yu pak!" demikian ujarnya, sambil ia tersenyum simpul.

Tentang sahabat saya yang satu ini, memang "senyum" adalah kelebihannya.

Apa pun situasinya ia pasti akan menghadapinya dengan sunggingan bibir renyah yang seperti itu.

Tapi saya menangkap ada yang beda dari senyumnya kali ini, seolah ada gambaran kemenangan di dalamnya.

Hingga saya pun tergelitik untuk coba menggodanya.

"Wow.! fitnes? Serius?" ujar saya.

Saya bertanya demikian karena tidak biasanya di bulan Ramadhan kawan saya yang satu ini bisa ada waktu untuk fitnes.

Bisnis kuliner, bisnis sibuk

Biasanya di bulan Ramadhan itu, kesibukannya melebihi kesibukan orang yang paling sibuk sekalipun.

Hal itu terkait dengan usaha kulinernya yang setiap harinya penuh oleh pelanggan dari sejak asar sampai menjelang sahur.

"Serius lah pak," demikian ia menjawab pertanyaan saya.

"Owh oke!" saya pun mengiyakan ajakannya.

Sambil saya pun bertanya lagi, "Tidak sibuk pak?".

Efek pandemic untuk bisnis kuliner

efek-wabah-corona-bisnis-kuliner-untung-purwakarta
tirto.id

Menjawab pertanyaan saya tersebut, berceritalah kawan saya ini.

Ia bercerita tentang beralihnya sistem penjualan kulinernya yang sekarang menggunakan sistem online.

Efek penyesuaian dengan situasi covid-19 yang tengah melanda bangsa kita belakangan ini.

"Dipikir pikir nyaman juga pak, berjualan kuliner dengan sistem online," ujarnya.

"kita jadi banyak waktu luang tapi tidak mengurangi omset, justru malah lebih menguntungkan," lanjutnya.

Dari ceritanya tersebut saya jadi tahu tentang makna dari senyum kemenangan yang tadi coba ia sunggingkan kepada saya.

Dan akhirnya malam itu pun saya ikut ajakannya untuk fitnes, dengan harapan, tubuhnya yang semakin kekar berisi, bisa menular ke saya.

Struktur dan sistem sosial dipaksa berubah!

Menelaah cerita kawan saya di atas, mengingatkan saya kepada dua fenomena menarik dalam lingkup sosiologis.

Yakni “perubahan sosial budaya” dan pergeseran makna tradisi.

Kedua fenomena tersebut sedang terjadi di tengah masyarakat saat sekarang ini.

Situasi Ramadhan di tengah pandemic covid-19 cukup berkontribusi besar terhadap percepatan laju pendulum perubahan dan pergeseran tersebut.

Kasus pada cerita sang pengusaha tadi menggambarkan tentang adanya modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan sosial yang memengaruhi perubahan sistem dan struktur sosial.

Yang dalam istilah Claire Holt pola perubahan dan pergeseran tersebut dibahasakan sebagai continutie and change.

Yaitu gerak ketersambungan dari perubahan dalam derap langkah sejarah hidup manusia.

Dari pola kontinuitas yang demikian melahirkan "change", perubahan pola kehidupan sosial.

Fenomena modifikasi sosial

Samoel Koenig, mengartikan perubahan sosial sebagai modifikasi dari pola kehidupan masyarakat.

Yang dalam kacamata Emile Durkheim pola semacam itu menggerakan kondisi masyarakat tradisional yang masih sangat kental dengan nilai-nilai solidaritas mekanis ke dalam kondisi masyarakat modern yang kental dengan nilai solodaritas organik.

Jadi modifikasi merupakan respon masyarakat atas situasi internal dan eksternal dalam upayanya melakukan penyesuaian dengan keadaan lingkungannya.

Apa yang diceritakan kawan saya mengenai peralihan usahanya menjadi berbasis online karena dampak kebijakan PSBB di masa pandemic covid-19 adalah gejala sosiologis yang disebut dengan istilah Modifikasi Sosial.

Istilah tersebut disebabkan oleh kenyataan adanya perubahan baru sebagai upaya penyesuaian sekaligus respon progresif dari seorang individu yang disebut manusia, ditengah komunitas yang disebut masyarakat atas lingkungan sosialnya.

Respon perubahan dan survive!

covid-purwakarta-karl-marx-sistem-sosial

Senyum kemenangan yang dilukiskan oleh kawan saya dalam cerita di atas adalah gambaran betapa ia telah berhasil survive dalam merespon perubahan.

Jadi ia menjadi semacam pemenang dari kontestasi pergerakan zaman yang kian cepat oleh kenyataan pandemi covid-19.

Layak bagi pemenang, ketika waktunya menjadi semakin luang dan membuatnya semakin santai, karena solidaritas organic mencirikan adanya efektifitas sekaligus efesiensi kerja.

Karl Marx menyebut situasi yang demikian dengan situasi perkembangan teknologi atau kekuatan produktif suatu masyarakat yang melahirkan hubungan antara kelas-kelas sosial yang berubah.

Rupanya kawan saya yang satu ini kelasnya sudah berubah sekarang.

Ia menjadi kelas elit baru sebagai pemenang dari pertentangan antar kelas di tengah dunia yang sedang berubah.

Maka pantas saja kondisi dia di tengah Ramadhan ini semakin ceria dan gembira.

Badannya kian langsing berotot, perut yang tadinya one big pack seketika berubah menjadi six pact, enam kotak diperut dengan segala artikulasinya. He..he..he,, (*)