Camat Wanayasa, Jaya Pranolo ungkap pentingnya Minggon dan Silaturahmi
Jaya Pranolo berfoto bersama Kader Posyandu, Bidan, Aparat Desa dan Pendamping Desa |
Rivalitas dalam pemilihan kepala desa yang telah berlalu kadang masih dirasakan hingga bertahun-tahun. Ataupun saat ada kebijakan yang tidak difahami bisa menimbulkan banyak pertanyaan, sebaiknya dikomunikasikan dengan baik.
“Kenapa ada pertengkaran. Macam-macam alasan, politik pilkades, kebijakan (di Desa), sebenarnya bisa diminimalisir dengan cara silaturahmi,” tegas Jaya Pranolo.
Lanjut Jaya Pranolo, salah satu upaya silaturahmi itu dengan cara minggon. Baik minggon di Kecamatan maupun Minggon yang dilaksanakan di desa.
“Minggon itu banyak manfaatnya, ya salah satunya itu tadi. Jika ada hal yang harus dikomunikasikan ada tempatnya, minggon,” ungkap Jaya Pranolo.
Menurut Jaya, jika komunikasi tidak lancar dapat berakibat munculnya hal yang tidak diinginkan.
“Karena jika kurang komunikasi, hal-hal remeh bisa menjadi perkara sulit dituntaskan,” ujar Jaya.
“Kesalah-fahaman dari kurangnya komunikasi bisa menimbulkan prasangka,” lanjut Jaya.
Minggon kecamatan menyesuaikan kebutuhan di desa
Jaya Pranolo mencontohkan, Minggon Kecamatan yang dilaksanakan setiap hari Rabu sangat bermanfaat bagi Desa. Karena dalam minggon kecamatan, Kepala Desa dan aparat Desa yang hadir bisa mendapatkan informasi yang berharga dari Kecamatan, Kepala Puskesmas, Danramil ataupun dari OPD lainnya.Pihak-pihak yang diundang dalam Minggon Kecamatan itu disesuaikan dengan program dan apa yang dibutuhkan oleh Desa.
“Minggon Kecamatan mengundang pihak yang sedang dibutuhkan Desa,” tutur Jaya.
“Kadang diundang (dalam minggon Kecamatan) Kepala Puskesmas, Danramil, Pendamping Desa, BPJS atau OPD-OPD,” lanjut Jaya Pranolo.
Anak adalah hasil kerja berdua
Secara berkelakar, Camat Wanayasa menyarankan agar yang mengikuti Sosialisasi Konvergensi Pencegahan Stunting itu tidak hanya ibu-ibu hamil dan menyusui. Tetapi suaminya juga harus ikut, karena seringkali segala keputusan dalam rumah tangga itu tergantung kepada kepala rumah tangga, yaitu suami.Termasuk keputusan-keputusan penting menganai penanganan kesehatan terhadap ibu dan anak.
“Urusan ke Posyandu, Ibu-ibu. Bapak-bapak harusnya ikut, anak kan hasil kerja berdua!” celoteh Camat yang membuat ibu-ibu peserta pelatihan tertawa terpingkal-pingkal.
Menurut Camat, jangan sampai Bapaknya tidak faham tentang stunting. Karena konvergensi yang dimaksud bukan hanya pemerintah desa dan Puskesmas, tapi termasuk eleman yang ada dalam rumah tangga.
“Jangan sampai pada saat anak terkena stunting, ibu-ibu sama Pak Kades saja yang mengurus. Bapak-bapak malah tidak tahu apa itu stunting,” lanjut Camat.
Jadi Kader Posyandu itu Mulia
Camat Wanayasa berpendapat menjadi Kader Posyandu itu sangat mulia, karena menjadi penggerak di desa menuju masyarakat yang sehat.“Jangan kira jadi Kader tidak mulia,” ungkap Jaya.
Pada prakteknya Pemerintah Desa dan Tenaga Kesehatan di Desa, Kader atau Bidan Desa harus memiliki mental yang kuat.
“Saat ada apa-apa. Kades, Kadus, RT-RW, Kader dan Bidan disalahkan,” ungkap Jaya.
“Contoh jika ada (yang sakit) demam berdarah, Kades dan bidan disalahkan, padalah itu urusan kebersihan lingkungan,” terang Jaya.
Aparat Desa harus perhatian
Warga yang sakit diharapkan segera berkoordinasi dengan aparat terdekat. Jangan sampai menunggu kondisinya semakin parah.“RT-RW tugasnya. Jika ada apa-apa lapor segera ke Pak Kades,” tegas Jaya.
Aparat pemerintah di Desa harus perhatian terhadap warga di wilayahnya, bahkan jika bisa kegiatan Posyadu didatangi untuk menggali informasi.
“Aparat harus perhatian, jangan cu’ek. Melayani masyarakat, periksa di Posyandu, apakah ada yang sakit atau ada masalah,” tegas Jaya.
Enggan ke Posyandu, buatkan Surat Pernyataan!
Terkait akan dianggarkannya insentif untuk Kader Posyandu pada tahun 2020 dari Dana Desa Jaya Pranolo mengingatkan Kader agar lebih intensif dalam pengabdiannya.“Desa harus ingat jasa Kader. Anggarkan tahun depan (2020), bukan besar-kecilnya (insentif), tapi setidaknya mulai ada perhatian untuk mereka yang telah lama mengabdi untuk kesehatan warga di Desa,” terang Jaya, disambut riuh tepukan tangan para Kader.
“Setelah dapat insentif Kader harus lebih rajin,” Jaya menambahkan.
Jika memungkinkan, kader mulai tertib dalam bekerja. Termasuk jika ada warga Bumil dan Balita yang enggan ke Posyandu. Setelah diingatkan tiga kali masih enggan datang ke Posyandu, bisa dibuatkan surat pernyataan dari warga bersangkutan, agar jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan Kader dan Bidan Desa tidak disalahkan.
“Jika ada Bumil diajak oleh Kader ke periksa ke Posyandu tidak mau, sampai tiga kali, buat surat pernyataan,” saran Jaya Pranolo di depan peserta Pelatihan Kesehatan, yang terdiri dari Kader, Ibu Hamil dan Ibu yang memiliki Balita.
“Jika ada apa-apa jangan salahkan Kader dan Bidan. Minimal kita ada data, apakah Bumil resiko tinggi atau tidak?” lanjut Jaya.
Lomba cipta kreasi makanan tambahan (PMT)
Camat Wanayasa, Jaya Pranolo juga melintarkan idenya untuk mengadakan sebuah lomba. Dengan tujuan untuk merangsang kreatifitas warga dalam membuat makanan tambahan yang sehat bagi Ibu Hamil dan Balita.“Cipta kreasi makanan tambahan di Kecamatan, biar anak atau Bumil tidak bosen. Masa Kacang hijau terus,” pungkas Jaya Pranolo (enjs)