Harga cengkeh kering hari ini 73 ribu di Kiarapedes. Berapa di tempat Anda? Ini pesan petani kepada pemerintah
PurwakartaOnline.com – Pagi ini,
Umar baru saja menjual cengkeh keringnya, padahal rencananya Ia akan menjual kelak
saat harga sudah naik, minimal di harga 100 ribu per kilogram.
“Terdesak kebutuhan, berapa juga dijual”, terang Umar
sambil tertawa tanpa makna.
“73 (ribu per Kg)”, jawab Umar ketika ditanya
tentang harga cengkeh kering (CK) pagi ini. Selasa (20/8/2019).
Petani cengkeh di Pusakamulya, Kiarapedes, sedang menjemur hasil panen. |
Umar menuturkan, panen cengkeh tahun bisa disebut
panen raya di Purwakarta. Sebagian besar pohon cengkeh berbuah maksimal. Hanya
saja ada sedikit perbedaan dengan panen raya beberapa tahun silam, tahun ini buah cengkeh (bunga)
tidak matang secara bersamaan, bahkan dalam satu tangkai.
“Agak sulit saat panen, satu tangkai matangnya tidak
bareng. Harus ‘dibentang’, dipilah saat pemetikan, repot juga. Panennya harus 3
sampai 4 kali petik, menunggu matang semua”, terang Umar.
Perihal harga, Umar tidak merasa heran. Saat
produksi banyak, harga pasti anjlok, sudah jadi hal yang lumrah di tingkat
petani. Maka biasanya, petani menjemur cengkehnya, kemudian menyimpan hingga harga
membaik, baru menjualnya.
“Barang (cengkeh) seueur, harga turun. Tos biasa
kitu ti kapungkur”, lirih Umar.
“Pami nuju aya rencana mah, sae na disimpen heula.
Moe na kedah garing leres-leres. Daripada nyimpen di na artos, nyimpen di na
cengkeh garing pami kapareng aya milik harga naek. Lumayan”, Umar terangkan
strategi petani.
Petani masih semangat budidayakan cengkeh, asal adil!
Fluktuasi harga cengkeh di setiap tahun tidak
menurunkan semangat petani untuk berbudidaya cengkeh. Za’enx (40 tahun) petani dari
Legokbarong, Pusakamulya, menyatakan bahwa Ia dan rekan-rekan petani di KTH
Pusaka Tani, Kelompok Tani Barong Mulya dan LMDH Giri Pusakamulya mulai menanam
ratusan cengkeh sejak tahun 2018, diperkirakan hingga beberapa tahun mendatang
penanaman cengkah baru akan mencapai ribuan pohon.
“Abdi sareng rengrengan patani di (KTH) Pusaka
Tani, (Poktan) Barong Mulya sareng (LMDH) Giri Pusaka melak cengkeh. Aya nu
seueur, aya nu sakedik, ayeuna tos ratusan tangkal”, terang Zaenx.
Lahan milik dan lahan hutan milik pemerintah
dijadikan lokasi budidaya cengkeh, Zaenx berharap satu dasawarsa ke depan di
kampungnya petani bisa lebih sejahtera.
“Alhamdulillah, patani di urang (Purwakarta)
seueur nu rajin. Satangkal dua tangkal teras-terasan melakan. Di lahan lembur
(milik sendiri) atanapi di leuweung (hutan milik pemerintah). Mugi kapayun
langkung sejahtera”, ungkapnya.
“Ningal sumanget na patani aranom. Nuju usum
panas, teras-terasan melakan. Dugi di gunung oge disiraman dan kapanasan, bilih
paraeh”. Ungkap Zaenx, mengenai militansi bertani petani muda di KTH Pusaka Tani
yang Ia ketuai.
Secara umum, naik-turunnya harga cengkeh dianggap biasa.
Yang terpenting menurut Za’enx adalah jangan sampai ada monopoli pasar cengkeh
seperti di masa lalu. Gara-gara monopoli pasar cengkeh yang sangat merugikan
petani, dulu banyak petani di daerahnya yang menebang pohon cengkeh produktif.
“Asal teu aya monopoli pasar, siga kapungkur (tahun 90-an), abdi
nuju alit. Tatangga abdi cengkeh nuju meujeuh na leubeut ditaluwaran, gara-gara
harga na teu adil”, pesan Za’enx.
*Ralat: jam 10.47 WIB (20/8/2019), ada konfirmasi dari narasumber. Harga cengkeh kering yang benar adalah 73rb / Kg, sebelum diralat harga cengkeh ditulis 74rb. Tim redaksi harturkan mohon maaf dan terimakasih atas maklumnya