Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Menemukan Diri Lewat Cuti Panjang: Transformasi Hidup Melalui Sabbatical

Sabbatical bisa jadi jawaban dari burnout. Inilah kisah nyata transformasi diri lewat cuti panjang yang disengaja.
Ilustrasi Sabbatical (Freepik)
MANGENJANG.COM - Sabbatical. Kata ini mungkin masih asing bagi sebagian orang Indonesia. Tapi bagi Bethany, perempuan muda yang pernah bekerja di pemerintahan AS, sabbatical adalah titik balik hidupnya.

Di usia awal 30-an, Bethany menghadapi duka beruntun: kehilangan ayah, putus cinta, dan kebingungan karier. Bukannya mencari pekerjaan baru, ia memilih langkah tak biasa: mengambil cuti panjang selama enam bulan. Ia menyebutnya sebagai jeda yang disengaja — intentional break.

Selama sabbatical, Bethany menjelajahi Amerika Latin, bertemu teman lama, dan menaklukkan Camino de Santiago di Spanyol. Ia pulang dengan jiwa yang lebih segar dan arah hidup yang lebih jelas. Kini, ia bekerja di bidang hukum yang sesuai passion-nya: hukum suku asli Amerika.

Sabbatical bukan pelarian. Ini adalah cara menyembuhkan diri dari burnout, merefleksi hidup dan karier, bahkan memulai transformasi diri. Berdasarkan riset DJ DiDonna dari Harvard Business School, hampir semua peserta sabbatical mengalami peningkatan produktivitas personal dan kesadaran diri setelahnya.

Ingin mencoba sabbatical? Mulailah dengan menyisihkan dana, rancang durasi minimal tiga bulan, dan pastikan benar-benar lepas dari urusan kerja. Jangan takut menjauh sejenak. Justru dari situlah kehidupan bisa kembali bermakna.***