Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kasus Omicron Ringan dan tanpa Gejala, Pasien Bisa Isolasi di Rumah Saja

Omicron
Purwakarta Online - Varian Omicron jangan pernah disepelekan. Strain baru Covid-19 yang berasal dari Afrika Selatan itu juga bisa tumbuh menjadi ganas dan mematikan. Sabtu (22/1/2022) sore, Kementerian Kesehatan merilis siaran pers, yang mengabarkan terjadinya dua kasus kematian pertama dari varian Omicron di Indonesia.

"Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat, dan satu lagi lainnya ialah Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang meninggal di RSPI Sulianti Saroso,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi. 

Kedua pasien itu adalah kelompok lanjut usia (lansia) dan memiliki komorbid. Satu pasien yang terpapar Omicron dari penularan lokal itu adalah lelaki usia 64 tahun, dan belum pernah divaksin sama sekali. Ia pun membawa komorbid penyakit darah tinggi. Pasien ini meninggal di Ciputat, Tangerang Selatan. 

Korban kedua ialah perempuan lansia dengan komorbid darah tinggi dan diabetes. Ia adalah pelaku perjalanan luas negeri (PPLN) yang teridentifikasi terpapar Omicron sewaktu menjalani karantina di Jakarta, dan kemudian dirawat di RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso di Sunter hingga meninggal dunia.

Dua kasus kematian itu menandai lonjakan gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia. Pada Sabtu (22/1/2022), dilaporkan penambahan 3.205 kasus baru COVID-19, dengan catatan pada hari itu juga ada 627 kasus sembuh dan 5 kasus meninggal. 

Lonjakan kasus baru itu, menurut siaran pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes), adalah implikasi peningkatan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia. Kasus Omicron kali pertama dilaporkan di Indonesia pada 15 Desember 2021. 

Hingga Sabtu (22/1/2022) secara kumulatif telah teridentifikasi 1.369 kasus Omicron di Indonesia, dan 840 di antaranya adalah dari PPLN. Di sisi lain, sejak memasuki Januari 2022, kasus aktif Covid-19 di Indonesia meningkat tajam dari posisi 4.292 kasus pada 31 Desember 2021 menjadi 16.692 kasus di 22 Januari. 

Naik 3,9 kali lipat. Kenaikan kasus aktif itu 90 persen terjadi di Jawa, utamanya di Jakarta. Pemeriksaan genomik tak dilakukan atas semua kasus Covid-19, sehingga tak bisa diketahui persis berapa prevalensi Omicron dari 16.692 kasus Covid-19 tersebut. 

Namun, mengacu pada perkiraan WHO, varian Omicron menyumbang 72 persen dalam gelombang pandemi global Covid-19 yang terjadi saat ini. 

Di Inggris, menurut perkiraan UK Health Security Agency (UKHSA), kontribusi Omicron telah mencapai 90 persen di pekan kelima akhir Desember lalu, sejak strain dari Afrika Selatan ini datang melanda. Maka, bukan mustahil bahwa dari 16.692 kasus aktif saat ini sebagian besar adalah Omicron dari hasil transmisi lokal.

Di negeri asalnya Afrika Selatan, gelombang Omicron melandai setelah menyerang lima pekan. Pada puncaknya, pertengahan Desember, gelombang Omicron ini mengakibatkan kasus positif harian 24-25 ribu. 

Sebulan kemudian, kasus hariannya melandai ke rata-rata 4.700-4.800 kasus. Timbul korban jiwa, namun tidak setinggi pada gelombang Delta maupun Alpha yang datang sebelumnya.

Di Inggris, puncak serangan varian Omicron itu terjadi pada pekan kedua Januari 2021 dengan kasus harian mencapai 190-200 ribu per hari. Gelombang mortalitas muncul sepekan sesudahnya, dengan kasus kematian antara 350-360 orang per hari. 

Tak setinggi gelombang Alpha B1.17 yang menyerang pada Desember–Februari (2020/2021) yang mengakibatkan Inggris diteror oleh angka kematian di atas 1.000 jiwa selama hampir lima minggu.

Fakta bahwa Omicron dengan daya transmisinya yang amat tinggi telah membuat ribuan penduduk Inggris masuk rumah sakit dan ribuan lainnya meninggal dunia, UK Health Security Agency (UKHSA) menyerukan, jangan pernah menganggap sepele varian Omicron.

Yang paling menderita oleh gelombang Omicron ialah Amerika Serikat (AS), yang harus menghadapi kasus harian sampai di atas 1 juta, dengan rata-rata di atas 800 ribu sepanjang pekan kedua-ketiga Januari ini. 

Empat kali lipat dari puncak gelombang Delta pada Agustus--September 2021. Pada kedua puncak itu angka mortalitas yang diakibatkan selevel, yakni sekitar 2.000 jiwa per hari. Ketika Omicron mengamuk sejadi-jadinya, di seluruh AS ada 150 ribu orang yang harus dirawat di RS dan 25 ribu diantaranya harus menjalani perawatan intensif.

Dalam panduan yang dirilis secara berkala, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap menganjurkan kewaspadaan yang tinggi kepada varian Omicron. Laju transmisinya tetap pula harus dikendalikan. 

Fenomena yang menunjukkan bahwa varian ini tidak mengakibatkan keparahan yang tinggi, serta angka kematian yang tak sebesar varian Wuhan, Alpha, Beta atau Delta, itu tidak lepas dari vaksin primer yang telah diterima oleh warga dunia. Vaksin booster, menurut WHO, akan memberikan perlindungan yang lebih baik.

Menghadapi lonjakan gelombang Omicron ini, Pemerintah Indonesia gencar melaksanakan langkah sesuai strategi yang telah disiapkan. Yang sudah berjalan adalah penguatan 3T (tracing, testing, dan treatment), terutama di Jawa dan Bali. 

Ratio tracing ditingkatkan guna menemukan penderita Covid-19 secara lebih dini untuk kemudian menjalani isolasi dan perawatan.

Pemerintah, menurut siaran pers Kemenkes, juga menjamin ketersediaan ruang isolasi terpusat, memudahkan akses telemedicine dan meningkatkan rasio tempat tidur bagi penanganan Covid-19 pada rumah sakit rujukan.

Menteri Kesehatan pun telah mengeluarkan aturan baru bagi penanganan konfirmasi Omicron di Indonesia seperti yang tertuang dalam Surat Edaran Menkes nomor NHK.02.01/MENKES/18/2022 yang ditetapkan pada 17 Januari 2022. 

Melalui Surat Edaran ini disebutkan bahwa penanganan pasien konfirmasi Omicron akan sesuai dengan pola penanganan Covid-19.

"Untuk kasus sedang sampai berat akan dilakukan perawatan di rumah sakit, sementara itu yang tanpa gejala dan yang gejala ringan difokuskan untuk Isolasi mandiri dan isolasi terpusat,” kata Siti Nadia Tarmizi dalam keterangan tertulisnya. (*)