Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Boti, Pemuda Desa Pahlawan Tani Purwakarta

Boti (kiri) bersama Korluh BPP Garokgek, Maman Rusmana, SP
Purwakarta Online - Tidak salah jika Bupati Purwakarta memberikan penghargaan Petani Milenial kepada Ananda Dwi Septian alias Boti. Pemuda berusia 27 tahun ini telah sukses menularkan kemampuan wirausaha tani kepada banyak pemuda di Kabupaten Purwakarta.

Ditemui di toko sayuran miliknya, di Kampung Ciheulang, Desa Margaluyu Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta (Rabu, 5/1/2022), Boti dengan santai memberikan banyak informasi menarik mengenai aktivitasnya selama ini. 

Purwakarta Online beruntung bisa bertemu dengan pemuda gempal dan supel ini. Sosok kelahiran asli Purwakarta yang namanya bergema di Kecamatan Kiarapedes, Kecamatan Wanayasa bahkan hingga ke Kecamatan Campaka yang berjarak cukup jauh berdasarkan akses jalan raya.

Awal Boti Bertani

Boti di lahan
Ya, isu kelangkaan lapangan kerja, sulitnya mendapatkan pekerjaan, melamar ke pabrik dan tidak diterima, pengangguran, sarjana menganggur, rangkaian kata-kata inilah yang kerap kita dengar selama ini.

Begitu juga yang dialami oleh Boti suatu waktu. Ia mengaku sempat kebingungan, lamaran kerja di pabrik tidak juga ada yang lolos. Ia merasakan sulitnya lapangan pekerjaan.

Semua ini berakhir saat dirinya menjalin silaturahmi dengan Haris Budiman, yang saat itu merupakan Ketua Himpunan Pemuda Tani (HIDATA). Silaturahmi yang dijalin membuat Boti sering berkunjung ke Jongko Hidata yang berlokasi di Taringgul, Kecamatan Wanayasa.

"Kenal Haris (Budiman), suka main ke Jongko HIDATA di Taringgul," ujar Boti.



Di Jongko Hidata inilah Boti belajar bertani dan berwirausaha tani. Sehingga, pada 2018 Boti beserta dua rekannya dari Desa Margaluyu menggarap sebuah lahan seluas seribu meter persegi untuk mempraktikkan apa yang ia pelajari di Jongko Hidata.

"Awalnya kami bertiga praktik langsung itu cuma seribu meter persegi, tanam bonteng. Setelah tiga bulan, sudah. Kami akhirnya memutuskan punya lahan masing-masing," terang Boti, mengenang pertama kali praktik langsung bertani.

Boti selanjutnya lebih fokus lagi dalam bertani sayuran (hortikultura), beragam komoditas ia tanam. Saat ini Boti mengaku sedang menanam cabai, oyong, kacang panjang, salada bokor dan terong ungu. Luas lahan yang ia gunakan seluas 3.500 meter persegi.

Dihantam Pandemi Covid-19

Boti di lahan cabai
Terhantam pandemi covid-19, membuat pasar hortikultura kacau. Petani seperti Boti kesulitan menjual, terutama saat diberlakukan kebijakan PSBB oleh Pemerintah, dimana distribusi berbagai komoditas sempat terhenti akibat pembatasan.

Sebagai alternatif, Boti mulai melirik usaha ternak kelinci lokal. Saat ini jumlah kelinci yang dimilikinya sudah mencapai 70 ekor. Untuk usaha ini, Boti menjual anak kelinci, kemudian pupuk kandang yang berasal dari kotoran kelinci dan pupuk cair penyubur tanaman yang berasal dari olahan urine kelinci.

"Swadaya saya, ada 70 ekor (kelinci) sekarang. Yang dijual itu anaknya, pupuk dan obat semprot," kata Boti.

Prinsip Kesuksesan Boti

Boti di lahan kacang
Boti berseloroh, ukuran kesuksesan baginya bukanlah pemilikan materi seperti rumah mewah, mobil bagus atau sejenisnya. Bagi Boti, saat dirinya bisa makan hasil kerjanya sendiri kemudian bisa membantu sesama adalah bagian dari kesuksesan.

Boti mengaku sangat mencintai aktivitas bertani, oleh karenanya ia akan sangat bersemangat jika ada pemuda yang memiliki niatan untuk bertani. Tidak segan-segan ia akan membantu mulai dari awal, mencari lahan, mengolah tanah bahkan hingga menjamin pemasaran.

"Saya memang sangat mencintai kegiatan bertani, makanya saya semangat jika ada orang yang mau belajar bertani. Tidak cuma saya ajarin, saya temani, garap sama-sama. Supaya langsung action, juga tidak perlu ragu-ragu, saya katakan, saya jamin jualin hasil panennya," terang Boti panjang lebar.

Boti berpendapat, yang membuat para petani pemula ragu-ragu biasanya bagaiman memulainya. Kemudian adanya rasa takut, saat nanti mulai panen tidak bisa memasarkan. Sehingga segala modal, baik uang, waktu dan tenaga yang sudah terkuras, boro-boro berbuah keuntungan, balik modal juga tidak.

"Yang sulit itu dari mana mulainya, makanya saya temani dan saya masuk didalamnya. Setelah itu, karena saya yang ajak, saya juga jamin pasarkan hasil panennya," tegas Boti.

Penghargaan Petani Milenial dari Bupati Purwakarta

Boti (paling kiri), Penghargaan Petani Milenial
Pengaruh Boti bukan hanya di Desa Margaluyu dimana ia berdomisili, tapi sudah menjalar ke desa-desa lain di Kacamatan Kiarapedes. Bahkan di luar kecamatan, para petani muda mengakui jasa 'pembinaan' yang dilakukan oleh Boti.

Seperti pengakuan Pian Ahmad Sopian, petani muda asal Desa Pusakamulya. Pian pertama kali mencoba berwirausaha bertanam sayuran atas pembinaan yang dilakukan Boti. Pian kini sudah berhasil mengambangkan sendiri lahan pertaniannya, bahkan sudah mampu membina pemuda tani lainnya di Desa Pusakamulya.

"Awalnya saya belajar dari Boti, Cubey dan pemuda tani lainnya. Alhamdulillah, saya sekarang bejalan hingga sekarang. Karena jasanya (Boti), saya juga merasa harus siap membantu jika ada yang mau terjun di dunia usaha tani," ujar Pian, kepada Purwakarta Online.

Atas jasa besarnya dalam mengembangkan pertanian sayuran (hortikultura) di Kabupaten Purwakarta, Boti yang juga merupakan pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kiarapedes ini akhirnya diganjar dengan anugerah penghargaan petani milenial dari Bupati Purwakarta, Hj. Anne Ratna Mustika, SE., pada saat gelaran Festival Hortikultura Kabupaten Purwakarta pada tahun 2020 silam.

Boti (berdiri paling kanan), jajaran Pengurus KTNA Kec. Kiarapedes
Ditanya lebih dalam mengenai prestasi yang disandangnya sebagai penerima anugerah Petani Milenial Kabupaten Purwakarta, Boti dengan rendah hati mengungkapkan kembali prinsip yang selama ini ia pegang.

"Tani sudah jadi hobi (bagi Boti). Ayo gotong royong, bersama petani baru bangun usaha secara swadaya," tutur Boti.

"Suatu kebanggaan, bisa membantu petani baru (muda)," lanjut Boti.

"Nominal uang tidak saya jadikan patokan (kesuksesan), tapi mengembangkan petani muda (adalah sebuah kesuksesan bagi Boti). Dan saya juga senang saat ada yang sukses bertani," tegas Boti dengan mantap.

Diakui Pemerintah Desa

Saepuloh, Sekdes Margaluyu Kec. Kiarapedes
Menurut keterangan Saepuloh, Sekretaris Desa Margaluyu, Kecamatan Kiarapedes Boti adalah sosok teladan di desa Margaluyu, khususnya di bidang pertanian.

"Ia adalah sosok teladan, yang mampu menularkan keterampilan bertani pada masyarakat lain," kata Saepuloh, saat ditemui Purwakarta Online di Kantor Desa Margaluyu, Rabu (5/1/2022).

Dalam pandangan Saepuloh, Boti sangat berharga bagi masyarakat desa. Boti mampu menggerakkan pemuda dalam kegiatan positif, bahkan produktif.

Bahkan berdasarkan informasi yang diterima Saepuloh, kiprah Boti dalam mengajarkan dan menularkan kegiatan produktif tersebut sudah dinikmati masyarakat di luar desa dan lintas kecamatan.

"Bagus, dia punya kemampuan menggerakkan para pemuda untuk lebih produktif, di jalur pertanian. Dan ini bukan hanya di sini (Desa Margaluyu), tapi juga sudah di luar desa dan luar kecamatan juga," kata Saepuloh.

Syi'ar pertanian yang dilakukan Boti dan kawan-kawan, menurut Saepuloh juga sangat unik. Setahun sekali Boti dan rekan petani lainnya membagikan sayuran gratis untuk warga di sekitar mereka, di Desa Margaluyu.

"Sayur gratis setahun sekali dibagikan untuk warga sekitar mereka," pungkas Saepuloh. (enjs)