Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

FSGN wujud cinta KH Adang Badruddin Cipulus terhadap Guru Ngaji dan Ahlussunnah Waljama'ah

Oleh: H. Hadi M. Musa Said, M.Si.,

PurwakartaOnline.com – Awal Tahun 2000 tepatnya 1 Januari 2000 sesuai dengan Naskah dan dokumen deklarasi berdirinya Forum Silaturrahmi Guru Ngaji (FSGN) Nusantara, Abah Cipulus dengan beberapa Kyai, Ajengan, Ustadz, Ustadzah, di sekitar Purwakarta dan Bandung berkumpul di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta.

Hadir KH. Sofyan Yahya dari Pesantren Darul Ma’arif Cigondewah Bandung, Ustadz, H. Anhar Haryadi, Ponpes Mambaul Ulum Simpang Wanayasa, KH Uduy Sa’duddin Ponpes Putri Al Mutmainah Cipulus dan masih banyak yang lainya untuk mendirikan Organisasi keagamaan yang diberi nama Forum Silaturrahmi Guru Ngaji Nusantara atau disingkat FSGN NUsantara.

FSGN Nusantara sendiri bertujuan untuk menyatukan semangat dan aspirasi Guru-guru Ngaji dalam satu wadah organisasi yang berhaluan Ahlussunah Waljama'ah, untuk memperkuat dan membentengi masyarakat dari paham-paham baru yang tidak sesuai dengan tuntunan Ahlussunah wal jama'ah yang diwariskan oleh para Ulama-ulama terdahulu dalam berdakwah, yang penuh dengan kesantunan, kelembutan dan penuh dengan persaudaraan.

Banyaknya paham radikal yang masuk ke pedesaan dan cenderung membuat konflik baru di masyarakat. Paham radikal ini sudah mulai masuk ke desa-desa, ke kampung-kampung dan dampaknya sangat mengkhawatirkan. Hal ini tentu akan bersentuhan langsung dengan para Guru-guru Ngaji baik yang di Masjid, Majelis Taklim, Mushola, ataupun di Madrasah Diniyah.

Ajaran Ahlussunah waljamaah yang selama ini sudah menyatu dengan masyarakat seringkali dipersalahkan dan dianggap bid’ah oleh kelompok-kelompok baru. Hal ini merusak tatanan yang ada di masyarakat, yang demikian ini harus dibentengi dan harus dikuatkan guna menjaga ketertiban dan kenyamanan yang sudah berjalan selama ini.

Disitulah peran FSGN Nusantara sangat diperlukan, karena hal ini juga tidak lepas dari banyaknya guru ngaji yang datang ke Aabah Cipulus neminta solusi bagaimana penanganannya. Hal inilah yang sedikit banyak yang melatar-belakangi berdirinya FSGN NUsantara di Jawa Barat.

Sementara di kampung atau desa belum semuanya tersentuh dengan dakwah Ahlussunah waljamaah, karena sebagian orang yang ada di Desa-desa atau perkampungan seringkali melihat bahwa yang datang ke mereka adalah organissi yang dipahami sebagai Organisasi Politik.

Disamping itu FSGN juga bertujuan menyatukan aspirasi, cita-cita dan membangun jaringan yang kuat antar Guru-guru Ngaji yang selama ini kurang tersentuh oleh Pemerintah, baik di pusat maupun daerah hingga munculnya Hari Santri sebagai pelepas dahaga ditengah terik panas matahari, walaupun belum bisa menghilangkan rasa haus yang sebenarnya.

Guru Ngaji atau Kyai Kampung seringkali disebut oleh Gus Dur sebagai kekuatan moral yang masih jernih dan orisinil di tengah masyarakat Indonesia. Bahkan Gus Dur pernah membuat wadah Organisasi MASURA atau Majelis Silaturrahim Ulama Rakyat, yang waktu itu menjadi sayap dakwahnya PKB sebagai Partai yang didirikan oleh para Ulama-ulama dan tokoh-tokoh NU.

MASURA sendiri yang didalamnya berisikan Kyai-Kyai Kampung se-Nusantara yang diprakarsai oleh Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid), KH. Muhyiddin Arubusman Sekretaris Dewan Syura PKB waktu itu dan mantan Sekretaris Jenderal PBNU (Ende Nusa Tenggara Timur).

Ada juga KH. Cecep Syarifudin (Ponpes Al-Musadadiyah Garut Jawa Barat), KH. Ahmad Syahid (Ponpes Al-Falah Cicalengka Bandung Jawa Barat), KH. Hamdun Ahmad (Ponpes Almasturiah Tipar Sukabumi Jawa Barat), KH. Z Arifin Djunaidi (dari Ponpes Kendal Semarang Jawa tengah), KH. Tuan Guru Turmudzi Badaruddin (Bago Nusa Tenggara Barat), Ibu Nyai Hj. Badriah Fayumi (Ponpes Mahasina Bekasi Jawa Barat) dan masih banyak yang lainya.

Sebelum Gus Dur wafat, Penulis sudah beberapa kali mengadakan Ngaji Bersama Gus Dur di beberapa tempat. Penulis menyampaikan betapa pentingnya peran Kyai Kampung atau Guru Ngaji (Kebetulan penulis terlibat secara langsung dari awal pembentukannya MASURA), sekitar tahun 2005 sampai Gus Dur wafat.

Penulis pernah beberapa kali ikut langsung menyiapkan acara, yang diawali di Kediaman Gus Dur di Ponpes Ciganjur Jakarta Selatan. Pada waktu itu dihadiri sekitar 2000-an lebih Kyai Kampung dan Guru-guru Ngaji dari masing-masing perwakilan daerah se-Indonesia.

Selanjutnya MASURA mengadakan berturut-turut Ngaji Bersama Gus Dur sekaligus menguatkan paham Ahlussunah Waljama'ah dalam setiap pertemuan, pernah mengadakan di Masjid Sunan Ampel Surabaya, di Pesantren Al-Falah 2 Cicalengka Bandung Asuhan KH. Ahmad Syahid, di Bagu Nusa Tenggara Barat Asuhan KH. Tuan Guru Turmudzi Badaruddin, di Semarang, Lampung, NTT, Kalimantan Selatan dan beberapa daerah lainya.

Yang disebut Kyai Kampung atau Ulama Rakyat, yakni Kyai yang dekat dan bersentuhan secara langsung dengan rakyat, termasuk yang tergabung dalam FSGN yang sebelumnya sudah terkonsolidasi dan terkordinasi dengan baik.

FSGN Nusantara didirikan dan digagas oleh sesepuh Ponpes Cipulus, Abah Cipulus KH. Adang Badruddin bersama KH. Sofyan Yahya. Tentu bukan satu kebetulan bahwa keresahan para Kyai-kyai Kampung punya rasa dan getaran yang sama dalam memikirkan umat di masyarakat.

Walaupun mungkin tidak ada kaitannya secara langsung, antara FSGN dan MASURA, tapi maksud dan tujuannya tidaklah jauh berbeda yaitu ingin meluruskan pandangan sebagian orang yang seringkali melihat Ulama apalagi Kyai-kyai di Kampung sebagai orang yang tidak pernah dilihat peran dan perjuangannya dengan utuh dan fungsinya selama ini di masyarakat.

Padahal kita tahu bahwa para Kyai Kampung, Ustadz-ustadzah adalah sebagai garda terdepan atau benteng moral terdepan di tengah kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Guru ngaji seringkali masih dilihat sebagai kelompok pinggiran yang tidak perlu di perhatikan oleh Pemerintah baik pusat maupun daerah. Padahal semua orang tahu bahwa Guru-guru Ngaji adalah Pahlawan yang sangat berjasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia.

Apalagi di jaman perjuangan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, betapa dahsyatnya peran para Guru Ngaji bahu-membahu saling mendukung melawan panjajahan hingga akhirnya negara Indonesia bisa merdeka, hal ini tidak bisa lepas dari peran para Kyai.

Hadratus Syaikh KH Hasyim As’Ary, pendiri Nadlatul Ulama, adalah penggerak dan konsolidatar terbaik di Indonesia dalam menyiapkan dan ikut aktif dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia bersama Ir. Soekarno.

Dan tentu di belakangnya KH Hasyim As’ari ada ribuan Kyai, Ulama, Ajengan, Guru-guru Ngaji yang siap membela dan rela mati untuk keutuhan NKRI.

Begitu juga Abah Cipulus seringkali menyampaikan di beberapa kesempatan, menekankan bahwa Guru Ngaji adalah Pahlawan. Guru Ngaji itu orang pertama yang tahu persoalan yang ada di masyarakat, jadi harus dibela dengan cara yang baik.

Tidak ada alasan untuk membiarkan Guru-guru Ngaji berjalan sendirian apapun alasannya. Kita harus perjuangkan para Guru Ngaji!

Wallahu a’lam bishowab...

Cipulus Sabtu 15 Agustus 2020

________

Penulis adalah Santri KH. Adang Badruddin (Abah Cipulus), Ketua PP GP Ansor, Khadam/Humas PP Cipulus,
Dan Pendiri SMK/SMA Albadar Cipulus.

______

Artikel ini telah terbit di CipulusNews.com, diposting di PurwakartaOnline.com setelah melalui sedikit proses pengeditan atas seizin Penulis.