Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Indonesia-Malaysia Adalah Saudara, Lalu Bagaimana Dengan Perkelahian Supporter Timnas?

Supporter Timnas Indonesia di Stadion Bukit Jalil Malaysia (CNN Indonesia)
Purwakarta Online - Presiden Soekarno pernah serukan 'Ganyang Malaysia!'. Menjadi kenangan sejarah betapa Indonesia dan Malaysia itu tidak hanya saudara serumpun, tetapi juga sebagai lawan bertengkar dalam beberapa hal.
Dua negara saudara serumpun ini sangat rentan dalam beberapa masalah. Masalah TKI, klaim budaya, persaingan bisnis, sengketa wilayah perbatasan dan perseteruan supporter sepakbola.
Malaysia adalah bahaja, mebahajai, membahajakan Revolusi Indonesia. Karena itu maka kita serempak seia-sekata, Malaysia harus kita ganjang habis-habisan. 
(Pidato Soekarno, 28/4/1964)
Ketika itu Presiden Soekarno yang anti Kolonialis dan anti imprealis mencoba menghadang Kerajaan Inggris yang berencana membuat negara boneka federasi Malaysia termasuk di Pulau Kalimantan Utara (Borneo).

Presiden Soekarno berusaha agar rakyat Sabah, Brunei dan Serawak di Borneo Utara bisa merdeka. Kemudian Presiden Soekarno sempat kembali meradang hingga Indonesia sempat keluar dari anggota PBB.

Saat Inggris berusaha memasukan Federasi Malaysia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa. Indonesia memang kembali rukun dengan saudara serumpunnya tersebut.

Namun dalam beberapa hal, gesekan-gesekan senantiasa terjadi. Bukan untuk dibesar-besarkan, tapi setidaknya dari sejarah kita bisa menelaah betapa tidak mudah kita membina keselarasan sebagai bangsa serumpun yang terpisah jadi dua negara terpisah, akibat bagi-bagi kekuasaan antara negara-negara penjajah.

Masalah TKI hingga Supporter Sepakbola

Tak jarang, TKI dengan segala keterbatasan yang dimilikinya menjadi sasaran penganiayaan majikan di Malaysia, atau diperlakukan kurang adil dalam beberapa hal.

Namun bagaimana pun, Malaysia tetap menjadi negara penting bagi sebagian masyarakat Indonesia untuk mencari nafkah. TKI legal maupun ilegal konon masih banyak bercokol di negeri jiran tersebut.

Apa yang terjadi kemarin, penganiayaan terhadap supporter Timnas Sepakbola Indonesia tetap harus diusut tuntas. Pelaku penganiayaan harus dihukum setimpal atas perbuatannya yang sangat keji.

Lebih dari itu, kerukunan saudara serumpun ini mesti tetap terjaga. Kedamaian harus diupayakan dengan maksimal. Bukan tidak mungkin, saudara serumpun yang pantasnya tergabung dalam satu nasionalisme ini malah berseteru dan saling membantai.

Jas Merah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah

Presiden Soekarno geram, bukan kepada rakyat Malaysia, karena mereka memang saudara serumpun, mereka satu bahasa (Melayu), mereka satu budaya. Rakyat mereka pernah terjajah sama seperti halnya rakyat Indonesia.

Presiden Soekarno ketika itu geram terhadap bangsa penjajah yang kebetulan mengatasnamakan Federasi Malaysia. Secara strategi keamanan negara, tentu sangat berbahaya bagi Revolusi Indonesia saat itu.

Mari sejenak kita mengenang Hang Tuah, pendekar legendaris  yang menjadi sejarah kepahlawanan, baik di Indonesia maupun di Malaysia. Betapa Indonesia dan Malaysia itu adalah kesatuan, kecuali dalam konteks negara!

Sejatinya, Indonesia dan Malaysia serta beberapa negara lainnya adalah Nusantara. Oleh karenanya, jika pun memang kita tidak bisa disatukan dalam lingkup sebuah negara, setidaknya kita bisa hidup bersama dalam sebuah ruang kedamaian. (Sol)