Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Fenomena 'jual istri', bukan hanya #VinaGarut

PurwakartaOnline.com - Satu hal yang membuat kasus #VinaGarut menjadi sangat fenomenal sekaligus menyayat hati, yaitu demi uang seorang suami tega menjual istrinya.

jual-istri
Kasus Jual istri. Sumber: Lensa Indonesia

"Aya ku tega! / Tega sekali!", ujar Rini, seorang ibu rumah tangga muda, menanggapi gosip #VinaGarut, sambil menutup muka denga kedua tangan.

Konon, menurut berita yang beredar di media-media, Vina dibujuk dan dipaksa suaminya untuk melayani nafsu dua laki-laki sekaligus.

Bukan hanya itu, adegan demi adegan direkam oleh suaminya sendiri!

Tanpa sepengetahuan Vina, video tersebut lantas dijual oleh suaminya tersebut.

Suami jual Istri, tak hanya #VinaGarut
Fenomena suami jual isteri, tak hanya terjadi saat ini. 


Zaman silam di tempat yang jauh berbeda praktik 'jual istri' kerap terjadi dengan berbagai motif yang melatarbelakangi.

Jual istri untuk memperbaiki keturunan
Sebut saja di Arab jaman pra-islam, ada praktik 'jual istri' dengan motif untuk mendapatkan anak dengan kualitas yang baik. Disebut Al-Istibdha.

Konon, seorang suami akan menyuruh istrinya untuk digauli oleh orang dengan kedudukan tinggi di sebuah suku. 

Lalu si suami akan berhenti menggauli istrinya tersebut sampai istrinya hamil dari lelaki dengan strata yang lebih unggul tersebut.

Harapannya adalah kelak jika si bayi lahir, maka bayi tersebut memiliki keunggulan nasab. 

Bayi tersebut mewarisi darah unggul Bapak biologisnya.

Setelah Islam berkembang, Nabi Muhammad SAW melarang praktik perkawinan terlarang tersebut. 

Hal ini pernah di bahas dalam sebuah artikel di NU Online (24/7/2019)

Jual istri demi sesuap nasi
Di kota besar barangkali praktik jual istri macam ini bisa terjadi. 


Seorang suami dengan setia, mengantar isterinya jika menemani tamu, tak jarang suaminya tersebut bertidak sebagai germo bagi istrinya. (Tribunnews Kupang, 29/3/2019).

Mencari mangsa hidung belang hingga negosiasi harga diselesaikan dulu oleh suaminya, jika telah sepakat isterinya lalu dibawa dan digunakan.

Ada juga suami yang sebatas mengizinkan isterinya menjadi PSK, suami yang tidak memiliki pekerjaan tetap menggantungkan pengahasilan sehari-harinya dari hasil jual diri istrinya.

Jual istri demi amankan posisi
Informasi ini sangat tertutup, karena melibatkan orang-orang dengan kedudukan tinggi.

Motifnya adalah mengamankan posisi jabatan suami di 'struktur birokrasi' atau di sebuah perusahaan besar.

Jika suami melihat gelagat atasannya menyukai isterinya, Ia dengan rela 'memberikan kesempatan' untuk selingkuh dengan istrinya

Lalu dalam sesuatu kesempatan ia mengutarakan keinginannya sedikit demi sedikit. 

Jika bujukan tidak mampu mengamankan posisi, maka isu skandal perselingkuhan menjadi sebuah ancaman yang akan dilemparkan ke publik.

Kasus seperti ini pernah terjadi di Surabaya, Media bernama Go Riau (27/7/2016), menurunkan berita yang berjudul 'Demi Jabatan, Suami di Surabaya rela istri ditiduri Bos'.

Jual istri demi kesepakatan bisnis
Pendekatan terhadap pemegang kebijakan dalam bisnis kerap mendapat perhatian calon partner.

Jika bisa mengadakan makan malam keluarga dengan pemegang kebijakan pasti kedekatan ini bisa berpengaruh besar terhadap bisnis. Ada kedekatan emosional yang terbangun.

Jika sudah begitu si pengincar proyek akan mampu mendeteksi hobi pemegang kebijakan perusahaan mangsanya.

Selain barang mewah, upeti berupa gadis sering jadi poin penting dalam sebuah pra-penandatanganan kesepakatan bisnis.

Makan malam dua keluarga, beserta istri tentunya. Akan mendekatkan hubungan pribadi, yang membuka kesempatan lebih baik.

Termasuk jika calon mangsa ternyata tergoda dengan istri si pengincar bisnis, segera harus diperhatikan. 

Kondisikan istrinya agar bersedia mengikuti kemauan sang mangsa. Yang penting kesepakatan bisnis besar segera ditandatangani!

Bagian tulisan yang ini disarikan dari obrolan orang Purwakarta yang bernama SH (inisial). 

Pengalaman beliau waktu bekerja di Bandung, disebuah perusahaan yang menjual komponen pabrik dengan perusahaan induk berada di Singapura.

Situasi kantor dengan budaya yang 'aneh' dan tekanan yang sangat tinggi, membuat SH segera meninggalkan pekerjaannya, padahal waktu itu SH mengaku sedang kesulitan ekonomi. (wasR)