Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pembicara dari Dinas Perkebunan Provinsi dicecar petani, Kabid sampai turun tangan menengahi

Purwakarta Online - Rina, dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, menjadi Pembicara dalam Pelatihan Penumbuhan Kebersamaan Pelaku Usaha Perkebunan Teh di Purwakarta dicecar peserta diskusi.
Rina, dari Dinas Perkebunan Jawa Barat, dicecar petani dan pelaku usaha teh peserta diskusi.

"Pelatihan dari dulu sudah banyak dilaksanakan, tapi keberlanjutan dan dampaknya perlu dipertanyakan", salah satu pelaku usaha teh rakyat mengungkapkan. 
Selanjutnya, Yayat, petani teh rakyat dari Wanayasa mengusulkan pelatihan tidak hanya indoor. Tapi diganti atau ditindaklanjuti pelatihan indoor dengan magang atau studi banding ke pengusaha teh yang telah terbukti berhasil.
"Mohon dilakukan juga studi banding, karena petani hanya bisa 'menangkap' apa yang dilihat, dirasa dan diraba. Jika hanya teori, petani mudah jenuh", usul Yayat dari Kelompok Tani teh dari Wanayasa.
Pelatihan ini dilaksanakan di Gandasoli, Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Hari ini, 26 April 2019.
"Dari tadi sepertinya peserta membahas 'kebijakan'. Tentang program yang dirasa kurang tepat, tidak berdampak atau tidak berkelanjutan. Kami rasa, pemerintah dalam hal ini Dinas, baik Kabupaten maupun Provinsi hanya pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan (pemerintah) bersama DPR. Seperti anggaran yang telah ditetakan dalam APBD. Oleh karena itu, ada baiknya kita 'studi banding'-nya difasilitasi ketemu DPR juga, agar sekalian evaluasi program hahahaaa... ", usul petani dari Kelompok Tani Barong Mulya, Kecamatan Kiarapedes sambil tertawa. 
Rina, dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat dicecar petani dalam sesi diskusi. Tapi tetapi sangat memuaskan bagi sebagian petani, yang lantas membuat Pelatihan berlangsung dinamis. 
Menanggapi banyaknya usulan dan pertanyaan dari petani dan pelaku usaha teh dalam sesi diskusi, Eka Sugriyana, SP,  MM., Kabid Perkebunan dan Hortikultura Kabupaten Purwakarta turun tangan menengahi. Mengungkapkan betapa besar tanggung jawab dinas dan tidak mudahnya Dinas dalam menjalankan program.
"Seperti program lama contohnya, yang berkaitan dengan pinjaman kepada petani teh, yang kemudian pembayarannya macet. Itu kita (dinas) sampai saat ini masih sering dipertanyakan dan ditagih. Tapi demi petani kami terus berjalan, seperti program ini sekarang tetap harus dilaksanakan, karena jika tidak, kami kena hukuman", Eka Sugriyana menjelaskan. 
Berbeda dengan Adis, petani dari Babakan, yang terkenal sukses bertani setelah sebelumnya pensiun dari jabatan pemerintah. Ia dengan halus mengajak forum untuk menghargai berbagai bentuk perhatian pemerintah, adapun keberhasilan dan kemajuan usaha tani sangat tergantung kepada ketekunan dan kerja keras petani itu sendiri.

Apalagi petani muda (milenial), dari segi informasi mereka tidak mungkin kurang. Akses petani milenial terhadap internet, membuatnya memiliki banyak hal untuk diadopsi demi kemajuan usahanya, baik itu mengenai pemasaran, pengolahan dan pengemasan semua telah terbuka bagi mereka. Hanya saja semua kembali lagi pada diri petani itu sendiri. (Bdr)