Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Makalah arsitektur Banten Islam

Masjid Agung Banten

Warta Warga ditulis oleh Herman, S.Ag., Mahasiswa pasca sarjana Unusia Jakarta. Sekretaris MWC Nahdlatul Ulama Kecamatan Pasawahan, Purwakarta.

A. Latar BelakangArsitektur merupakan seni yang dilakukan oleh setiap individu untuk berimajinasi dari mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. 

Dalam arti yang luas, arsitektur mencangkup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan mulai dari perencanaan, perancangan, hingga desain bangunan.

Menurut Suhailid (dalam Arsitektur dan Seni Kaligrafi) bahwa arsitektur adalah bagian sistem tata nilai suatu masyarakat. 

Arsitektur merupakan cerminan tata nilai yang berwujud bangunan dan struktur ciptanya.

Arsitektur di Nusantara muncul bersamaan waktu dengan rancangan pertama untuk bangunan batu di India, dimana bangunan batu paling awal digunakan untuk tujuan keagamaan. 

Bangunan di Jawa paling awal terdapat di dataran tinggi Dieng, berasal dari abad ke-8.

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik di bangunan sekuler maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. 

Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya.

Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah masjid, kuburan, istana dan benteng.

Yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, seperti bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.

Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan metafisik bangunan melalui konsep pemikiran Islam yang bersumber dari Al-Qu’ran, Sunnah Nabi, keluarga Nabi, Sahabat, dan para Ulama.

Pengertian dari aspek fisik ini adalah sesuatu yang nampak jelas oleh indera.

Seperti bangunan dengan fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya Islam dan dapat dilihat secara jelas melalui beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali Songo.

Bentuk fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan diantaranya penggunaan kubah, ornamen kaligrafi, dan sebagainya. 

Pengertian metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tetapi dapat dirasakan hasilnya atau lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur Islam tersebut.

Seperti rasa nyaman yang dirasakan oleh penghuni bangunan tersebut, sehingga ada rasa syukur dan kenyamanan dalam melaksanakan ibadah.

Ada beberapa kaidah Arsitektur Islam, yaitu:
  1. Di dalam dan di luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen makhluk hidup yang utuh.
  2. Di dalam dan di luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada yang Maha Indah yaitu Allah SWT.
  3. Hasil desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan
  4. Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga ahlak dan perilaku.
  5. Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.
  6. Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga disekitar.
  7. Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam.
  8. Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah seperti warna-warna alam.

Penyebaran agama Islam ke seluruh daerah di Nusantara memperkenalkan pengaruh arsitektur tempat ibadah, istana, makam dan seni hias lainnya. 

Arsitektur yang sudah ada pada Hindu-Budha ditafsirkan kembali untuk memenuhi kebutuhan Islam.

Misalnya beberapa masjid-masjid pertama mengambil ilham dari tradisi bangunan di Jawa maupun daerah lainnya di Nusantara.

Banten merupakan daerah yang memiliki bentuk bangunan yang beragam. 

Bentuk bangunan ditandai oleh temuan-temuan yang dapat dikategorikan dari masa yang paling tua (prasejarah) yaitu masa neolitik (masa bercocok tanam).

Penemuan monumental dalam bentuk bangunan-bangunan megah pada masa Islam Awal yaitu dari Kesultanan Banten. 

Penemuan-penemuan merupakan suatu budaya dan peradaban yang tinggi yang telah diwariskan oleh nenek moyang yang pernah mendiami wilayah Banten.

Penemuan bangunan menandai tingkat kemampuan menguasai pengetahuan dalam merealisasikan rasa, cipta, dan karsa. 

Bangunan dalam bentuk benda Cagar Budaya merupakan cermin jati diri bangsa .
Hal ini juga membuktikan adanya nilai-nilai luhur yang perlu dipelajari, diketahui, dipahami, yang dapat dikembangkan sebagai “sense of belonging” yang bermuara pada rasa kebanggaan nasional.

B. Rumusan Masalah
  • Pengertian Arsitektur Islam
  • Sejarah Arsitektur Banten
  • Peninggalan Sejarah Banten

C. Tujuan
  • Untuk mengetahui sejarah Banten
  • Mengetahui jenis-jenis peninggalan sejarah Banten
  • Mengetahui bangunan arsitektur Banten

1. Sejarah Arsitektur BantenPada pertengahan abad ke-16 sampai abad ke-19 Banten merupakan pusat kerajaan yang bercorak Islam dan juga merupakan pusat perdagangan yang penting di kawasan Asia Tenggara. 

Sekarang Banten termasuk dalam wilayah administratif kecamatan Karsemen, kabupaten Serang, Jawa Barat.

Menjelang abad ke-16 Banten merupakan desa nelayan dengan pelabuhan Banten yang dikuasai Kerajaan Pajajaran (Hindia Belanda. 

Banten Girang kira-kira 13 meter di Selatan Banten, merupakan ibukota kadipaten di wilayah tersebut. 

Sungai merupakan sarana transportasi utama yang menghubungkan Banten Girang sebagai pusat pemerintahan di wilayah tersebut dengan pelabuhan Banten.

Masuknya Islam ke wilayah Banten ditandai dengan penyerbuan Fatahillah, utusan Kerajaan Demak ke Banten Girang pada tahun 1525. 

Pusat pemerintahan kemudian dikuasai Fatahillah dipindahkan ke Banten (1526). 

Pada masa inilah berkembang pesat pembangunan kota Banten dan pelabuhannya.

Penduduk Banten berpola hubungan kekeluargaan dan berfalsafah hidup gotong royong serta sangat kuat mempertahankan adat. 

Sebagian besar penduduknya merupakan pendatang, umumnya dari daerah Sulawesi Selatan, Indramayu, Cirebon, Sumedang, Garut dan sekitarnya.

Penduduk Banten umumnya memeluk agama Islam yang taat, mengembangkan kesenian tradisional yang bernapaskan/bercorak keislaman, seperti debus, rudat, mawalan dan lainnya. 

Mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani dan menangkap ikan. Bahasa penduduk asli Banten merupakan campuran bahasa Jawa dan Sunda.

Penduduk di bagian pesisir Banten terutama bahasa Jawa dan sebagian ada yang memakai bahasa Lampung di Cikoneng-Anyer dan bahasa Bugis di Karangantu.

Sedangkan di dataran tinggi berbahasa Sunda campur sedikit bahasa Jawa.

2. Banten Lama dari Abad ke AbadKawasan yang dibangun oleh raja-raja jaman kesultanan Banten abad ke-16 M – 17 M di pesisir banten utara (sekarang Banten Lama) merupakan kawasan yang mempunyai nilai historis dan arsitektur yang tinggi, terutama dari segi penataan dan tipologi bangunanya.

Contohnya Penataan benteng Surosowan sebagai titik sentral kawasan dan dikelilingi oleh kanal yang berhubungan langsung dengan teluk Banten.

Tipologi bangunannya sangat kental dipengaruhi oleh arsitektur bergaya Eropa dan Cina seperti tampak dalam bangunan tiyamah, menara, mesjid, klenteng dan rumah pecinan.

Struktur morfologis kota Banten sebagai kota pantai, jaringan air bersih dan pantai pada umumnya, memiliki rancang bangun atau desain arsitektur untuk memenuhi pelabuhan dan prasarana penunjangnya.

Keraton (dan komponen pembentukannya), alun-alun (dan jaringan pengikatnya, mesjid (sebagai pusat religi), pelayanan masyarakat (pasar, jalan, pergudangan, balai pertemuan, jaringan air bersih dan irigasi).

Kemudian kawasan industri (gerabah, logam, pengolahan, pengawetan bahan makanan dan lain sebagainya.

Desain arsitektur kota pantai yang bersifat dinamis, lebih diarahkan sebagai pemenuhan kebutuhan fungsional keuanngan.

Di Banten pada puncak keemasannya, memuncak pula seni yang begitu tinggi,bahkan sampai diterapkan pula pada benda-benda fungsional.

Banten sebagai kota awal sebelum berdominasinya sebagai penguasa penjajah bangsa eropa, secara fisiografis masih memperlihatkan keterikatan ontologisnya terhadap corak benteng alam.

Sebagai contoh adalah tempat pemukiman, pada awalnya masih berkembang mengikuti jalur-jalur sumber air, yakni sungai cibanten sedangkan pada masa berikutnya.

Banten berkembang mendekati bentuk sumber air lainnya, yakni laut, yang dalam yaitu teluk Banten.

3. Peninggalan Kerajaan BantenBanten adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1526 di ujung Barat pulau jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh putra sunan gunung jati, yakni Sultan Maulana Hasanudin setelah melakukan penaklukan atas wilayah disekitar selat sunda.

Sebagai kerajaan yang pernah menjadi poros maritim pelayaran di Nusantara, kerajaan Banten sebetulnya telah meninggalkan beberapa bangunan bersejarah yaitu:
1. Masjid Agung Banten
Foto lama Masjid Agung Banten. sumber: google.co.id 

Masjid Agung Banten adalah salah satu bangunan peninggalan kerajaan Banten yang hingga kini masih berdiri kokoh. 

Mesjid ini terletak di desa banten lama, di kota Serang, Dibangun pada tahun 1652 tepat dimasa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin, mesjid ini memiliki beberapa keunikan corak.
Keunikan corak mesjid ini diantaranya menaranya berbentuk mirip mercusuar, atapnya menyerupai atap dari pagoda khas gaya arsitektur Cina.

Ada serambi di kiri dan kanan bangunan, serta kompleks pemakaman sultan Banten beserta keluarganya di sekitar mesjid.

2. Istana Kraton Kaibon Banten
Istana Kaibon Banten. sumber: google.co.id 

Peninggalan kerajaan Banten selanjutnya adalah bangunan istana Kaibon. Istana ini dulunya adalah tempat tinggal ibunda sultan Syarifudin, yakni Bunda ratu Aisyah.

3. Istana Kraton Surosowan Banten
Gerbang Keraton Surosowan Banten. sumber: google.co.id 

Peninggalan kerajaan Banten selanjutnya adalah bangunan istana Kaibon. Istana ini dulunya adalah tempat tinggal ibunda sultan Syarifudin, yakni Bunda ratu Aisyah.

4. Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk. Sumber: google.co.id

Kerajaan Bnaten juga meninggalkan Benteng Speelwijk berupa benteng dan mercusuar, tembok dengan setinggi 3 meter, dibangun pada tahun 1585, benteng ini berfungsi sebagai pertahanan dari ombak laut juga berfungsi untuk mengawasi aktifitas pelayar disekitar selat sunda.
5. Danau Tasikardi
Danau Tasikardi. Sumber: google.co.id

Di sekitar istana Kaibon, ditemukan juga sebuah danau buatan, danau ini dibuat pada masa kesultanan Sultan Maulana Yusuf, yakni antara tahun 1570 sampai dengan tahun 1580.
6. Vihara Avolokitesvara

Vihara Avolokitesvara. Sumber: google.co.id

Meski kesultanan banten berazaskan atas Islam, toleransi dari penduduk dan pemimpinnya dalam beragama sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan peninggalan dengan bangunan vihara, vihara merupakan tempat beribadah umat Budha.

7. Meriam Ki Amuk
Meriam Ki Amuk. Sumber: Google.co.id

Di dalam bangunan benteng Speelwijk terdapat beberapa senjata berupa meriam, dan meriam itu disebut dengan meriam kiamuk. 

Dinamakan demikian karena meriam tersebut memiliki suara yang daya ledaknya tinggi dan tembakan yang sangat jauh, dan termasuk hasil rampasan dari Belanda.

8. Peninggalan LainnyaSelain peninggalan-peninggalan tadi, Kerajaan Banten juga memiliki beberapa peninggalan yang lainnya berupa aksesoris, diantaranya adalah mahkota binokasih, keris panunggal naga, dan keris naga sasra.


Mahkota Binokasih. sumber: google.co.id


Keris Panunggal Naga. sumber: google.co.id


Keris Naga Sasra. sumber: google.co.id


DAFTAR PUSTAKA Ensiklopedi Nasional Indonesia,Tahun 1989. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka
Ahmad Mansur Surya Negara. 1998. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan di Indonesia.Bandung: Mizan.
Kartodirdjo Sartono, 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Jakarta: PT Gramedia.
H.J. Graff dan Th. Pigeud, 1985.Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Jakarta: Grafiti pers Catatan Pertama, Ai- Ma’arif
Buchari, Drs. S. Ibrahim, 1971. Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Djakarta: Publicita
Zuhri K.H. Saifudin, 1979 Sejarah Kebangkitan Islam. Dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung: Catatan Pertama, Ai- Ma’arif
Djajadiningrat Hoesein, 1983. Tinjaun Kritis Tentang Sejarah Banten. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Prof. Dr. Hamka, 1981. Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang
______________________

[1] Hoesein Djajadiningrat, Tinjaun Kritis tentang Sejarah Banten, (Jakarta. Penerbit djambatan,1983), hal 91

[2]Ahmad Mansur Surya Negara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, h 174-177

[3] Buchari,Drs, S. Ibrahim Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Jakarta; publicita,1971. hal 115

[4] Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900, jilid 1(Jakarta: PT Gramedia,1987),hal.70-73

[5] Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta: 1989, hal 158

[6] Zuhri K.H. Saifuddin, Sejarah kebangkitan Islam, dan perkembangannya di Indonesia, catatan pertama, Al-Ma’arif Bandung: 1979 hal. 63

[7] Hoesein Djajadiningrat, Tinjaun Kritis tentang Sejarah Banten, (Jakarta. Penerbit djambatan,1983), hal 91

[8]Ahmad Mansur Surya Negara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, h 174-177

[9] Buchari,Drs, S. Ibrahim Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Jakarta; publicita,1971. hal 115

[10] Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900,jilid 1(Jakarta: PT Gramedia,1987),hal.70-73

[11] Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900,jilid 1(Jakarta: PT Gramedia,1987),hal.70-73

[12] H..J Graff dan th. Pigeud, Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa, Jakarta:Gratifi Press,1985, hal 49

[13] http://tv.kompas.com

[14] http:www.aia.Banten.com

(ezs/sol)